Lagi-lagi kami tidak bisa masuk ke dalam lantaran tidak ada penjaganya. Kami hanya bisa mengintip museum yang masih asli ini dari jendela. Nampak beberapa foto tokoh-tokoh Islam dan para ulama dipasang pada dinding-dinding kayu bagian dalam.Â
Masjid Lama Gang Bengkok Medan
Masih satu kawasan dengan Museum Al Washlyah, berdiri sebuah masjid dengan corak senada. Namanya yang unik berasal dari lokasinya yang berada di gang bengkok. Keunikan lainnya ditunjukkan pada bentuk kubahnya yang lebih menyerupai Klenteng. Ukirannya yang cantik disebut "Lebah Bergantung" mengandung makna tersembunyi yaitu seorang raja yang rela berkorban untuk mewujudkan kerukunan masyarakat.Â
Masjid tertua kedua setelah Masjid Raya Al-Osmani ini dibangun di atas tanah yang diwakafkan oleh Datuk Kesawan Haji Muhammad Ali, sementara biaya pembangunan diberikan oleh saudagar kaya Tionghoa, Tjong A Fie. Perpaduan menarik antara Islam, Melayu, dan Cina menunjukkan tingginya toleranasi di kota multikultural ini.
Es Krim Apo
Henok mengajak saya untuk lanjut berjalan. Tujuan berikutnya adalah Es Krim Apo. Salah satu kuliner legendaris Kota Medan yang patut dicoba. Tidak seperti es krim biasa, Es Krim Apo menggabungkan es krim yang lembut dengan soda. Perpaduannya menciptakan rasa segar nan ciamik.
Pajak (Pasar) Ikan Lama
Selanjutnya, kami memutari kawasan pasar perniagaan yang lebih populer dengan nama Pajak Ikan Lama. Dulunya memang pasar ini menjadi pusat perdagangan ikan. Namun kini tidak lagi, kawasan ini justru dipenuhi pedagang tekstil, seperti pakaian, bahan-bahan, kebaya, hingga perlengkapan sekolah dan ibadah. Juga kedai-kedai makanan yang turut meramaikan.