Mohon tunggu...
Laeli Nuraj
Laeli Nuraj Mohon Tunggu... Lainnya - Basic Education Research Team

Suka baca, ngopi, jalan pagi, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Walking Tour Medan: Kawasan Kesawan yang Menawan

31 Juli 2024   23:30 Diperbarui: 1 Agustus 2024   11:04 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Es Kopi Dingin dan Roti Bakar| Dok. pribadi

Satu menit berjalan dari Werenhuis, kami tiba di kedai kopi yang masih berjaya sejak tahun 1923 bahkan sebelum Indonesia merdeka. Kedai kopi kuno nan sederhana ini hanya menyediakan 7 meja saja. Maka bersiaplah untuk mengantri, karena pelanggan setia selalu memenuhi kedai kuno legendaris ini.

Kedai Kopi Apek| Dok. pribadi
Kedai Kopi Apek| Dok. pribadi

Saya memesan es kopi dingin yang kental dan khas serta roti kukus srikaya yang menjadi favorit pengunjung. Harganya relatif mahal bagi saya, harga kopi sekitar Rp 50.000-an, sementara roti kukus atau bakarnya sekitar Rp 30.000-an. Datanglah pagi-pagi, karena Kedai Kopi Apek hanya buka sampai jam 12 siang. Siapkan uang cash, di sini tidak melayani pembayaran dengan e-money.

Es Kopi Dingin dan Roti Bakar| Dok. pribadi
Es Kopi Dingin dan Roti Bakar| Dok. pribadi

Pasar Hindu

Kenyang dengan menu sarapan dengan citarasa autentik yang terus dipertahankan, kami menuju ke seberang jalan. Pasar Hindu, pasar terkecil dan terpendek di Kota Medan. Meskipun panjangnya hanya 50 meter saja, namun pasar ini cukup lengkap dipenuhi penjual ikan, daging, buah dan sayur segar serta jajanan tradisional. 

Dinamakan Pasar Hindur, karena masyarakat yang bermukim di wilayah ini mayoritas beragama hindu.

Pasar Hindu| Dok. pribadi
Pasar Hindu| Dok. pribadi

Museum Al Washliyah

Selanjutnya, kami berjalan melalui gang-gang sempit hingga tiba di Museum Al Washliyah Tapanuli. Ornamen serta warna yang didominasi kuning dan hijau sangat khas dengan gaya melayu dan Islam. Konon, banyak warga Mandailing (Tapanuli Selatan) yang merantau meninggalkan kampungnya ke Sumatra. Di sampingnya berdiri Maktab Islamiyah Tapanuli yang merupakan sekolah untuk masyarakat muslim. Dulu, Belanda melarang pribumi mengenyam pendidikan di sekolah umum.

Sayang sekali kami tidak bisa masuk ke dalam lantaran tidak ada penjaganya. Kami hanya bisa mengintip museum yang masih asli ini dari jendela. Nampak beberapa foto tokoh-tokoh Islam dan para ulama dipasang pada dinding-dinding kayu bagian dalam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun