Mohon tunggu...
Laeli Nuraj
Laeli Nuraj Mohon Tunggu... Lainnya - Basic Education Research Team

Suka baca, ngopi, jalan pagi, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Walking Tour Medan: Menjelajah Kota Tua Binjai

30 Juli 2024   20:19 Diperbarui: 12 Agustus 2024   08:57 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walking tour atau wisata jalan kaki yang kini banyak digemari masyarakat rupanya sudah ada sejak September 2014. Diinisiasi oleh komunitas pemandu wisata berlisensi di Jakarta, Jakarta Good Guide. Visinya adalah menjadikan setiap kota ramah turis melalui wisata jalan kaki yang diagendakan secara reguler. 

Bagi wisatawan asing dan masyarakat urban, mengikuti walking tour memudahkan untuk mengenal sebuah kota yang sedang dikunjungi atau ditinggali sementara. Bagi warga lokal, wisata dengan berjalan kaki memberikan pemahaman mendalam tentang kotanya, sejarahnya, budaya dan potensi pariwisata yang dimiliki.

Aktivitas outdoor menjelajah kota selama 2-3 jam sejauh 2-5 km ini, tidak hanya ada di Jakarta. Ada beberapa kota lain yang terafiliasi yaitu Jogja Good Guide, Bandung Good Guide, Palembang Good Guide, dan Medan Good Guide. Sementara di kota-kota lain juga tengah merintis walking tour semacamnya, ada Bersukariawalk Semarang, Bersuariawalkbali, Bersukariawalkmlg, dan Bersukariawalksby.

Nah, ini adalah pengalaman pertama saya mengikuti walking tour di Medan edisi Binjai Old Town . Ada beberapa tujuan destinasi lainnya yang ditawarkan seperti Kota Tua Kesawan, Tjong A Fie Mansion, Land of Deli, Merdeka En Omgeving, dan tujuan terbaru Museum Perkebunan. Jadwal wisata jalan kaki setiap hari pada jam 9 pagi dan jam 3 sore. Informasi jadwal akan selalu di-update setiap awal bulan melalui akun Instagram Medan Good Guide.

Stasiun Kereta Api Binjai

Minggu, 8 Februari 2024 lalu, saya bersama 3 orang peserta walking tour berkumpul di statiun kereta api Kota Binjai. Dipandu oleh Nathan, kami memulai walking tour ini. 

Binjai merupakan salah satu kota di Sumatera Utara, jaraknya sekitar 25 km dari Medan. Salah satu alternatif untuk menuju ke sana dengan kereta api bandara Medan-Binjai selama 22 menit. Harga tiket keretanya sangat murah, hanya Rp 5.000 saja.

Binjai/Binjei berasal dari kata Ben dan i-jei dalam Bahasa Karo yang berarti bermalam di sini. Konon, dulu para pekerja dan petani dari daerah Karo sering bermalam di sini.

Tugu Perjuangan 45 dan Tugu Rambutan

Dari stasiun kereta api, kami menuju ke Tugu Perjuangan 45 yang merupakan saksi sejarah perjuangan masyarakat Kota Binjai melawan penjajah. Patung yang ada di Tugu ini adalah anak-anak dari Amir Hamzah, seorang pahlawan dari Kesultanan Kota Langkat.

Berikutnya, kami berjalan ke Tugu Rambutan yang merupakan landmark Kota Binjai. Tugu ini sebagai simbol bahwa hasil bumi Kota Binjai yang terkenal adalah rambutan.

Tugu Rambutan | Dok. pribadi
Tugu Rambutan | Dok. pribadi

Es Campur Kalimantan

Cuaca di kota tua nan kecil ini cukup panas. Topi saja terasa kurang melindungi, beruntung beberapa dari kami membawa payung. Di siang yang terik begini, paling nikmat minum yang dingin-dingin. Kami mampir ke Es Campur Kalimantan yang legendaris sejak puluhan tahun silam. Es campur dengan isian cendol, cincau, kacang merah, dan tapai rasanya sangat segar dan autentik. Cocok dinikmati dengan nagasari. Di warung es sederhana ini juga menjual sate yang tidak kalah kelezatannya.

Es Campur Kalimantan | Dok. pribadi
Es Campur Kalimantan | Dok. pribadi

Vihara Setia Buddha

Selanjutnya, Nathan membawa kami ke tempat ibadah umat Buddha tertua di Kota Binjai. Bertepatan menjelang hari Imlek, maka lampion-lampion merah dipasang meriah memenuhi setiap sudut vihara. Beberapa orang sedang sembahyang memanjatkan doa.

Vihara Setia Buddha | Dok. pribadi
Vihara Setia Buddha | Dok. pribadi

Kami diberi kesempatan mengintip rumah duka, tempat pelarungan atau penyimpanan abu kremasi yang disebut kolumbarium. Bau dupa yang dibakar seketika menyeruak. Nampak lemari yang menutupi dinding berisi laci-laci penuh dengan kotak abu. Semakin di depan dan semakin tinggi penyimpanan abu kremasi, harganya semakin mahal. Dituturkan Nathan, harganya bisa mencapai Rp 20.000.000 untuk satu laci di barisan paling depan.

Vihara Setia Buddha | Dok. pribadi
Vihara Setia Buddha | Dok. pribadi

Toko Kopi Segar Harum

Terakhir, kami singgah ke Toko Kopi Segar Harum atau lebih dikenal AWI Coffee yang berdiri sejak tahun 1945.  Selain di Binjai, AWI Coffee juga ada di Medan dan Jakarta. Roastery dan exporter kopi legendaris ini menjual bermacam biji kopi pilihan dan kopi kemasan dari berbagai daerah. Saya membeli kopi tradisional khas Medan yang super kental karena dicampur dengan mentega. Aromanya nikmat sekali

Toko Kopi Segar Harum | Dok. pribadi
Toko Kopi Segar Harum | Dok. pribadi

Sebenarnya masih ada satu tujuan lagi yaitu Kuil Shri Mariamman. Namun sayangnya kuil ini sedang tutup. Jadi, berakhirlah walking tour edisi Binjai di sini. Sebelum berpisah, kami membayar jasa walking tour ini sesuai konsep yang mereka gaungkan "pay as you wish".

Salam dari Binjai!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun