Mohon tunggu...
Laeli Nuraj
Laeli Nuraj Mohon Tunggu... Lainnya - Basic Education Research Team

Suka baca, ngopi, jalan pagi, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Walking Tour Medan: Menjelajah Kota Tua Binjai

30 Juli 2024   20:19 Diperbarui: 12 Agustus 2024   08:57 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikutnya, kami berjalan ke Tugu Rambutan yang merupakan landmark Kota Binjai. Tugu ini sebagai simbol bahwa hasil bumi Kota Binjai yang terkenal adalah rambutan.

Tugu Rambutan | Dok. pribadi
Tugu Rambutan | Dok. pribadi

Es Campur Kalimantan

Cuaca di kota tua nan kecil ini cukup panas. Topi saja terasa kurang melindungi, beruntung beberapa dari kami membawa payung. Di siang yang terik begini, paling nikmat minum yang dingin-dingin. Kami mampir ke Es Campur Kalimantan yang legendaris sejak puluhan tahun silam. Es campur dengan isian cendol, cincau, kacang merah, dan tapai rasanya sangat segar dan autentik. Cocok dinikmati dengan nagasari. Di warung es sederhana ini juga menjual sate yang tidak kalah kelezatannya.

Es Campur Kalimantan | Dok. pribadi
Es Campur Kalimantan | Dok. pribadi

Vihara Setia Buddha

Selanjutnya, Nathan membawa kami ke tempat ibadah umat Buddha tertua di Kota Binjai. Bertepatan menjelang hari Imlek, maka lampion-lampion merah dipasang meriah memenuhi setiap sudut vihara. Beberapa orang sedang sembahyang memanjatkan doa.

Vihara Setia Buddha | Dok. pribadi
Vihara Setia Buddha | Dok. pribadi

Kami diberi kesempatan mengintip rumah duka, tempat pelarungan atau penyimpanan abu kremasi yang disebut kolumbarium. Bau dupa yang dibakar seketika menyeruak. Nampak lemari yang menutupi dinding berisi laci-laci penuh dengan kotak abu. Semakin di depan dan semakin tinggi penyimpanan abu kremasi, harganya semakin mahal. Dituturkan Nathan, harganya bisa mencapai Rp 20.000.000 untuk satu laci di barisan paling depan.

Vihara Setia Buddha | Dok. pribadi
Vihara Setia Buddha | Dok. pribadi

Toko Kopi Segar Harum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun