Mohon tunggu...
Laeli Nuraj
Laeli Nuraj Mohon Tunggu... Lainnya - Basic Education Research Team

Suka baca, ngopi, jalan pagi, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Jungle Trek in Bukit Lawang, See Orang Utan

17 Juli 2024   00:03 Diperbarui: 19 Juli 2024   14:47 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Jungle trek, jungle trek, in Bukit Lawang.
See the monkeys, see the birds, see orang utan.

Pasca menonton kanal YouTube "Travel with Rafa", jadi terngiang-ngiang terus lagu "Jungle Trek" dan jadi ingin sekali rasanya melihat orang utan, bermacam monyet dan burung-burung di hutan Sumatera. Tepatnya di Taman Nasional Gunung Leuser, Bukit Lawang, yang berbatasan dengan Provinsi Aceh. Seperti yang kita tahu, di Indonesia, orang utan ini hanya ada di Sumatera dan Kalimantan.

Nah, mumpung lagi tinggal di Medan dan ada teman yang ngajakin ke sana. Bergegaslah kami ke Bukit Lawang.

Transportasi dari Medan ke Bukit Lawang
Jumat malam, 24 Mei 2024, saya bersama empat orang teman berangkat menuju Bukit Lawang. Kami sepakat menyewa mobil beserta driver untuk mengantar kami. Maklum, di antara kami belum ada yang punya kendaraan dan belum mahir menyetir. 

Sewa mobil dengan harga 500k untuk sekali jalan sudah include driver dan bahan bakar, menjadi pilihan yang tepat karena tidak ada lagi transportasi umum (bus) yang beroperasi di malam hari. 

Kami berangkat malam hari agar bisa istirahat sesampainya di sana dan paginya bisa ikut trekking full day.

Kurang lebih tiga jam perjalanan, kami pun tiba di lapangan tempat parkir Bukit Lawang. Di titik itu, kendaraan-kendaraan para pengunjung dititipkan, karena setelahnya kita harus berjalan kaki, menyeberang sungai dan jembatan kecil yang panjang menuju penginapan. Cukup menegangkan melaluinya.

Penginapan di Bukit Lawang
Sebelumnya, saya sudah memesan penginapan melalui aplikasi Booking.com. Kami memilih Lucky Bamboo' Bungalows dengan harga kurang lebih 500k untuk dua malam. 

Kami memesan dua kamar, satu untuk kaum perempuan, dan satu lagi untuk kaum adam. Lumayanlah, cukup untuk merebahkan badan, tersedia bed dengan kamar mandi dalam dan dapat free sarapan serta bisa refill air putih kapan saja.

Kami disambut hangat oleh Bang Jhonny, pemilik penginapan, dan disuguhi kopi hitam oleh Obi, anak buah Bang Jhonny. Setelah berkenalan dan mencari info paket trekking dan tubing untuk esok hari, kami memutuskan untuk istirahat. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Betapa terkejutnya, di dalam kamar disambut lukisan orang utan segade gaban. Kompak saya dan teman-teman terbahak membayangkan betapa malu tidur malam ini berasa dipandangi orang utan.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

For your information: di Bukit Lawang banyak tersedia penginapan, dengan bermacam fasilitas dan harga, dari jarak yang cukup jauh sampai yang benar-benar di hutannya pun ada. Jadi tidak perlu khawatir kehabisan, kecuali ke sana saat high season, lebih baik pesan dulu. Karena tidak hanya pelancong domestik, turis manca negara malah lebih banyak yang berkunjung ke Bukit Lawang.

Malam berlalu, pagi pun menyambut riang. Udara pagi di Bukit Lawang sangatlah segar. Meskipun sudah diingatkan Bang Jhony, tetap saja kami kaget, pagi hari banyak monyet-monyet berkeliaran di depan kamar mencari makan. Tidak ada ayam-ayam sepeti di kampungku, tapi kera-kera hutan. Menggemaskan.

Paket Trekking dan Tubing
Sarapan omelette sayur dan secangkir kopi tepat di pinggir sungai, rasanya nikmat sekali. Damai dan tenang. Bang Jhonny mendatangi kami, kembali menawarkan paket trekking dan tubing. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Fyi: trekking full day 350k, trekking full day + tubing 500k, sudah include makan siang dan buah-buahan yang menyegarkan.

Obi dan Kiting, adalah duo sekawan yang akan memandu dan menemani perjalanan kami. Kami berjalan santai, sembari menikmati alam dan udara segar yang tidak kami temukan di kota-kota besar. Sesekali kami berhenti, untuk istirahat sejenak atau untuk mendengar penjelasan dari Obi dan Tutung tentang flora dan fauna di Bukit Lawang.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Baru saja tiba di gerbang masuk Taman National Gunung Leuser, Si Pesek, menyambut kami dari atas pohon. Kami bersama rombongan lain pun berhenti, melihat Si Pesek beraksi. 

Seolah sadar dipandangi, Si Pesek lompat dari satu pohon ke pohon lainnya, menggantungkan badan di antara dahan-dahan. Menggemaskan. Semua terpana akan tingkah lucu Si Pesek.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Berjalan sebentar, kami pun berjumpa dengan Si Gantung, orang utan yang sudah cukup berumur. Tingkahnya tidak kalah lucu dari Si Pesek, apalagi Si Gantung bermain bercengkerama bersama anaknya. Tiba-tiba terdiam, Si Gantung memandang ke arah kamera dan berpose.

Selain Si Pesek dan Si Gantung, kami juga bertemu dengan orang utan lainnya yang tidak diketahui namanya. 

Obi dan Kiting bilang, kami cukup beruntung, baru jalan sebentar sudah bersua beberapa orang utan. Di depan, ada Gibbon, Burung Enggang, Beruk, dan kawanan kera lainnya yang tidak tertangkap kamera. Cukup jauh mereka berada, di atas pohon yang tinggi.

Kami lanjut berjalan, naik turun hutan, dengan medan yang beragam. Kadang lurus nyaman, tiba-tiba ada tanjakan, kemudian jalan berlumpur, penuh air, lalu turunan yang licin menyebabkan sedikit tergelincir. Kami saling menjaga, menunggu, dan membantu satu sama lain. Seru, trekking di hutan bersama teman-teman.

Sesekali kami berfoto, mengabadikan momen dan kenangan agar tidak terlupakan. Di tengah-tengah perjalanan, kami berhenti untuk makan siang. Obi dan Kiting membelikan kami Nasi Lemak. Saya pesan tanpa nasi, eh malah diberi telur tiga biji dan sayur. Lalu kami makan bersama, diiringi musik dari alam, suara-suara binatang. Nikmat...

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Kenyang makan siang, kami lanjut berjalan, medan pun lebih menantang, tanjakan lagi lalu turunan tajam. Tiba-tiba Kiting mengingatkan untuk diam, rupanya ada Catherine dan anaknya yang sedang bergelantungan. Wah senangnya, kami bisa jumpa lagi dengan orang utan. Ada lagi Thomas yang sedang mengorek-orek tanah yang tertimban daun-daun kering.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Catherine dan anaknya sampat mengikuti kami, kami pun waspada, takut kalau tiba-tiba Catherine menyerbu merampok barang-barang yang kami bawa. Untungnya, Catherine dan anaknya mengikuti kami tak cukup lama, tiba-tiba saja mereka menghilang entah kemana. 

Kami berjalan semakin jauh, menerobos jalan-jalan sempit, jalan-jalan yang terhimpit akar liar Liana yang cantik. Mau tidak mau kami harus merunduk, berjalan sembari terbungkuk. Pegal rasanya. Tapi tidak mengapa, karena kami dipertemukan lagi dengan Thomas yang sedang santai duduk di atas dahan, sendirian. Kami menggodanya, mengajak bicara. Seolah Thomas mengerti Bahasa manusia.

Tidak mendapat respons dari Thomas, kami hendak berjalan, tapi Thomas memberi kejutan. Sembrono sekali, ia kencingi kami dari atas pohon. Astaga! Untung tidak mengenai kami. Buru-buru kami menghindar, meninggalkan Thomas yang kurang ajar.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Kaki-kaki ini mulai terasa letih, menahan pada setiap pijakan, tapi bagaimanapun perjalanan harus tetap dilanjutkan. 

Sampailah kami di tempat camping para wisatawan yang hendak bermalam di hutan. Semula kukira akan disediakan tenda-tenda kemah. Rupanya sudah tersedia gubuk-gubuk yang lebih kuat dan aman tentunya. 

Tersedia kelambu agar tetap terlindung dari nyampuk hutan, dekat dengan sumber air, tersedia tempat buang air juga. Jadi tidak perlu khawatir. Ada pula di tempat yang lebih rendah, di tepian sungai, gubuk-gubuk seragam yang disewakan.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Sebentar menyapa orang-orang yang berjaga di gubuk yang sedang sibuk memasak untuk tamunya, berkenalan dengan orang Pekalongan. Lah kok bisa? Jauh sekali merantaunya. Lah, sininya juga iya ya. Dari Jawa kok sampai Medan. Senang rasanya, ketika di perantauan bertemu dengan orang sekampung. Berpamitan kami dan lanjut ke ujung hutan, sungai tempat bermula tubing.

Segar sekali air sungainya. Seperti wisatawan mancanegara yang terlihat menikmati sekali air sungai ini, salah satu teman saya tidak tahan untuk segera mandi dan merasakan segarnya sungai Bukit Lawang. Sementara kami, menyantap buah-buahan tropis yang sudah disediakan oleh Kiting. Ada pisang, jeruk, salak, markisa dan nanas. Wah, baru kali ini saya mencoba nanas dan markisa, segar sekali rasanya, asam-asam bikin merem melek. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Setelah kenyang dengan buah-buahan, saya dan salah satu teman serta  Kiting melanjutkan tubing. Sementara Obi dan yang lainnya lanjut berjalan kurang lebih satu jam hingga penginapan.

Tubingnya seru, meskipun debit air tidak terlalu deras, tapi cukup memberikan kejutan di beberapa titik dan membuat kami basah semua. Selama 20 menit tubing, kami melihat banyak turis baik lokal maupun mancanegara yang mandi di pinggiran sungai, beberapa berendam. Kami juga menjumpai Penginapan Kupu-kupu dan Back to Nature yang tersohor itu. Semoga lain waktu bisa menginap di sana.

Makan Malam di Ecolodge

Lelah trekking selama lebih dari lima jam sejauh 7 km, kami istirahat sejenak sembari menikmati jagung dan kedelai rebus yang dibeli teman-teman dalam perjalanan pulang. 

Selepas maghrib kami memutuskan untuk makan malam di Ecolodge, salah satu restoran sehat yang mengusung sustainability. 

Pemilihan bahan makanan yang tidak mengandung gula, minyak kelapa, banyak diminati para wisatawan. Meskipun rasanya agak hambar dan harganya lumayan mahal, tapi seimbang dengan pelayanan dan kenyamanan yang diberikan restoran berkonsep alami dengan bangunan penuh bambu. Makanya disebut kapal bambu karena bentuknya menyerupai kapal. 

Selain menyediakan berupa panganan sehat, Ecolodge juga menyediakan tempat bersantai di lantai 2. Di sana, pengunjung dilarang membawa makanan dan minuman, tempatnya untuk bersantai, berbincang ataupun berdiam diri.

 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Kenyang makan gado-gado, capcay, dan ayam bakar, kami kembali ke penginapan. Melanjutkan obrolan dewasa 30 ++ hingga larut ditemani dua mangkuk indomie rebus.

Jalan Pagi di Bukit Lawang
Paginya, masing-masing dari kami ada yang lanjut tidur, ada yang jalan pagi sendiri menikmati tenteramnya kota kecil Bukit Lawang. Berjalan menyusuri setiap jengkal dan sudut Bukit Lawang, melihat lincahnya kera berkejar-kejaran, bermain dengan kucing lalu berkemas bersiap pulang.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Brunch at Jungle Inn
Sembari menunggu jemputan mobil yang sama seperti kami berangkat, kami pun berjalan lagi hingga ke ujung melihat-lihat banyaknya penginapan-penginapan dengan bermacam gaya, ada yang modern, tradisional, menarik semua.

Sampailah kami di Jungle Inn, salah satu restoran dan penginapan yang banyak dilirik wisatawan. Lokasinya yang tepat di tepian sungai, vibesnya yang menyenangkan, dan kudapan yang beragam, menjadikan Jungle Inn sebagai tempat santai nyaman. Kami memesan banana pancake, wedang jungle alias wedang jahe ala Jungle Inn yang penuh dengan rempah-rempah. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Selepas makan, kami kembali ke penginapan dan kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke Medan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun