Bahkan dampak negatifnya justru dapat menjadi sangat butuk apabila kita pengguna sudah kecanduan dan tidak mampu mengendalikan untuk tidak melibatkan atau melepaskan peran media sosial dikehidupan kita walaupun hanya sebentar saja.Â
Dalam film The Social Dilemma walaupun sebagaian besarnya berisi wawancara  saja, film ini juga benar benar mengangkat kejadian yang terjadi belakangan ini seperti penyebaran hoax, perpecahan politik, runtuhnya demokrasi, bullying dan juga perang saudara yang mana semua itu digambarkan dengan adegan rekayasa agar penonton dapat dengan mudah menangkap point penting yang ingin didampaikan dalam film The Social Dilema.Â
Tujuan film ini sebenarnya memberikan peringatan kepada kita pengguna platform media sosial agar kita memanfaatkan perubahan kebaikan media sosial ini dengan tepat. Dan memberi peringatan kepada kita untuk berhati hati dalam menggunakannya, karena proses penyampaian informasinya yang cepat ini membuat kita tidak bisa untuk mengontrolnya lagi padahal informasi itu sendiri belum tentu kebenarannya atau hoax.Â
Itu lah yang mebuat film The Social Dilemma ini menjadi film yang sangat rekomen untuk ditonton sebagai pengingat kita juga mengenai teknologi manipulatif yang ada di dalam kehidupan sosial kita dan juga memberikan kita peringatan untuk berhati hati dalam menggunakan media sosial atau juga teklogi lain. Kita juga harus ingat semakin banyaknya kemudahan yang ada pada saat ini dalam kita berkehidupan, berhati hati dalam menggunakan media sosial ini sangat terlu dimana semua aktivitas kita di media sosial ini direkam, dilacak dan juga disimpan oleh mereka. Â
Penggambaran dalam film The Social Dilemma ditunjukan dengan penggambaran satu keluarga yang didalamnya ada anggota dari keluarga itu yang kecanduan atau sangat terikat dengan media sosial dan tidak mampu untuk mengandalikannya. Anak remaja perempuan yang kecanduan dan tidak dapat jauh dari media sosial tergambarkan pada scene dimana saat makan bersama keluarga ibunya meminta untuk semua anggota keluarga mengumpulkan hp masing masing dengan tujuan makan malam yang hangat tanpa handphone selama satu jam yang dikumpulkan dalam satu wadah beralarm.
 Awalnya memang semua anggota keluarga mengumpulkan handphoen dalam satu wadah itu, namun hal itu tidak bertahan lama. Anak remaja perempuan yang paling kecil tidak lama berpura pura akan melakukan sesuatu yang ternyata justru berusaha mengambil kembali handphone dengan memecahkan wadah, disitulah terjadi perang saudara.Â
Kemudian gadis kecil ini pergi kekamar dan menggunakan media sosial untuk mengupload foto selfie dirinya yang menggunakan filter foto. Dari foto itu ia mendapatkan komentar positif dan juga negatif, sayangnya ia lebih memikirkan komentar negatif yang membuat ia menuntut dirinya sendiri untuk selalu sempurna itu tentunya mustahil, akhinya mentalnya lah yang kena.
Dari pecahnya wadah tadi membuat layar handphone saudara laki lakinya kena retak, tapi masih bisa menyala. Ia meminta ibunya untuk mengganti dan ibunya memberi syarat agar ia hidup satu minggu tanpa handphone juga media sosial. Ia pun meyetuji, sayangnya itu hanya bertahan beberapa hari saja.Â
Singkatnya sebelum ia menyetujui perjainjian dengan ibunya ia sedang dimanipulasi untuk terikat menggunakan media sosial dengan didekatkan dengan satu wanita, karena perjanjian itu membuat ia tak menggunakan media sosial. Saat itu lah ia dimanipulasi dengan berbagai macam cara agar ia kembali menggunkan media sosial kembali.Â
Diakhir cerita saat ia sudah mulai akan kebenaran para pengguna media sosial itu sebenarnya dimanipulasi dia dan kaka perempuannya dibuat tertangkap pada saat kericuan suasana pada demo saat itu. Itu tadi sekilas gambaran mengenai sebenarnya bagaimana media sosial bekerja bagaiamana manipulasi itu berjalan yang tertuju pada uang.
Saat ini kita hidup di era modern, dimana telah terjadi perubahan berupa kemajuan yang dapat memberikan kita kemudahan dalam berkehidupan.Â