Mohon tunggu...
Laela Ramadhani
Laela Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

43223010182 | S1 Akuntansi | Ekonomi dan Bisnis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Aristoteles

22 Oktober 2024   20:36 Diperbarui: 25 Oktober 2024   07:50 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya kepemimpinan Aristoteles juga mengajarkan pentingnya fleksibilitas dan adaptabilitas. Pemimpin harus mampu menyesuaikan pendekatan mereka sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dalam dunia yang selalu berubah, kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat menjadi sangat penting. Pendekatan ini mendorong pemimpin untuk tidak hanya mengandalkan teori, tetapi juga memperhatikan kondisi nyata masyarakat.

9. Membangun Jaringan dan Kolaborasi

Aristoteles mengakui bahwa membangun hubungan yang kuat antara pemimpin dan masyarakat sangat penting. Kepemimpinan yang efektif melibatkan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Pemimpin yang baik harus mampu menciptakan jaringan yang solid, yang melibatkan masyarakat, organisasi, dan institusi, untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini berkontribusi pada pembentukan komunitas yang lebih kuat dan responsif terhadap tantangan.

Modul Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
Modul Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Mengembangkan Etika Kepemimpinan

Sebagaimana dikatakan Amundsen and de Andrade (2009), etika kepemimpinan berkaitan  dengan  interaksi  dan  tanggungjawab  pemimpin  publik  terhadap  masyarakat luas,  sektor  bisnis,  luar  negeri,  atau  terhadap  instansi  publik  itu  sendiri. Hal  ini menunjukkan  bahwa  seorang  pemimpin  perlu  menjalin  hubungan  baik  dengan  siapa saja  berdasarkan  standar  etika  tertentu  yang  dianggap  baik  khususnya  dalam  konteks Indonesia.

  • Membangun kepemimpinan nasional. Kepemimpinan nasional tdk dapat berjalan dalam ruang  kosong,  tetapi memerlukan  suatu  sistem manajemen  nasional  (Sismennas)  untuk menjalankan    mekanisme    kepemimpinan    dan    siklus    penyelenggaraan    negara. Kepemimpinan nasional diharapkan dapat mengawal Sismennas dan menggerakkan dan mendukung keberlangsungan kehidupan nasional.
  • Kepemimpinan super (dalamiptek). Dunia modern saat ini sedang membutuhkan konsep dan praktek kepemimpinan kontemporer. Kepemimpinan ini dicirikan oleh super leader yang mahir dalam penguasaan ilmu pengetahuan,. komunikasi IT, hubungan sosial dan kolegial, atau situasional.
  • Kepemimpinan   inklusif.   Siapa   saja   atau   pemimpin   hendaknya   tidak   membatasi hubungan  pertemanan  kepada  hanya  beberapa  orang  (eksklusif).  Bergaulah  seluas mungkin,   dengan   bawahan,   atasan,   laki-laki   atau   perempuan,   sejawat   atau   lintas sektoral.  Jangan  pula  mengkultuskan  seseorang. 
  • Kepemimpinan  kolegial.  Lahirnya gagasan  pemikiran  yang  jernih  atau  idealisme  berasal  dari  kompetensi  atau  modalkeilmuan/ketrampilan.  Hubungan  atas  dasar  keilmuan  ini  menghasilkan  produktivitas tinggi dan kemajuan organisasi. Pemimpin atau siapa saja dalam organisasi saling melengkapi   dan   membantu   demi   terbangunnya   kemajuan.   Ada   rasa   keikhlasan, kepuasan dan kepercayaan menyumbangkan kompetensi untuk organisasi.

Modul Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
Modul Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Bagaimana Menerapkan Gaya Kepemimpinan Aristoteles?

1. Keberadaan karakter dan kebajikan

Keberadaan karakter dan kebajikan sangat vital dalam kepemimpinan. Pemimpin yang memiliki karakter yang baik cenderung lebih dipercaya oleh tim dan masyarakat. Kepercayaan ini menjadi dasar penting untuk kolaborasi dan pencapaian tujuan bersama. Selain itu, seorang pemimpin yang menunjukkan kebajikan melalui tindakan sehari-hari akan menjadi teladan bagi orang lain, membangun budaya positif dalam organisasi atau komunitas.

Pentingnya karakter juga tercermin dalam kemampuan pemimpin untuk membuat keputusan yang etis. Ketika dihadapkan pada pilihan sulit, pemimpin yang berkarakter kuat dapat mengambil keputusan berdasarkan prinsip yang diyakini, meskipun mungkin tidak selalu populer. Karakter yang baik juga memberikan ketahanan, membantu pemimpin tetap teguh dalam menghadapi tantangan dan kesulitan, serta memotivasi orang lain untuk tetap berkomitmen pada visi bersama.

Lalu, bagaimana cara mengembangkan karakter dan kebajikan ini? Pertama-tama, pendidikan menjadi langkah awal yang sangat penting. Melalui pendidikan formal, seperti mengikuti kursus tentang etika dan kepemimpinan, pemimpin dapat memperdalam pemahaman tentang kebajikan. Namun, pembelajaran informal juga tidak kalah penting; membaca buku, menghadiri seminar, atau mendengarkan podcast tentang pemikiran moral dapat memperkaya wawasan.

Selain pendidikan, refleksi diri juga merupakan proses yang krusial. Melakukan penilaian diri untuk memahami sejauh mana nilai-nilai yang diyakini tercermin dalam tindakan sehari-hari sangat membantu. Salah satu cara efektif untuk melakukan refleksi adalah dengan menulis jurnal, mencatat pengalaman, tantangan, dan keputusan yang diambil.

Pengalaman praktis juga berperan besar dalam pengembangan karakter. Keterlibatan dalam kegiatan sosial atau sukarela dapat memperkuat rasa empati dan pemahaman terhadap tantangan yang dihadapi orang lain. Mencari mentor yang memiliki karakter yang kuat juga memberikan wawasan berharga tentang penerapan nilai-nilai tersebut dalam praktik sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun