Gaya kepemimpinan Aristoteles juga mengajarkan pentingnya fleksibilitas dan adaptabilitas. Pemimpin harus mampu menyesuaikan pendekatan mereka sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dalam dunia yang selalu berubah, kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat menjadi sangat penting. Pendekatan ini mendorong pemimpin untuk tidak hanya mengandalkan teori, tetapi juga memperhatikan kondisi nyata masyarakat.
9. Membangun Jaringan dan Kolaborasi
Aristoteles mengakui bahwa membangun hubungan yang kuat antara pemimpin dan masyarakat sangat penting. Kepemimpinan yang efektif melibatkan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Pemimpin yang baik harus mampu menciptakan jaringan yang solid, yang melibatkan masyarakat, organisasi, dan institusi, untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini berkontribusi pada pembentukan komunitas yang lebih kuat dan responsif terhadap tantangan.
Mengembangkan Etika Kepemimpinan
Sebagaimana dikatakan Amundsen and de Andrade (2009), etika kepemimpinan berkaitan  dengan  interaksi  dan  tanggungjawab  pemimpin  publik  terhadap  masyarakat luas,  sektor  bisnis,  luar  negeri,  atau  terhadap  instansi  publik  itu  sendiri. Hal  ini menunjukkan  bahwa  seorang  pemimpin  perlu  menjalin  hubungan  baik  dengan  siapa saja  berdasarkan  standar  etika  tertentu  yang  dianggap  baik  khususnya  dalam  konteks Indonesia.
- Membangun kepemimpinan nasional. Kepemimpinan nasional tdk dapat berjalan dalam ruang  kosong,  tetapi memerlukan  suatu  sistem manajemen  nasional  (Sismennas)  untuk menjalankan   mekanisme   kepemimpinan   dan   siklus   penyelenggaraan   negara. Kepemimpinan nasional diharapkan dapat mengawal Sismennas dan menggerakkan dan mendukung keberlangsungan kehidupan nasional.
- Kepemimpinan super (dalamiptek). Dunia modern saat ini sedang membutuhkan konsep dan praktek kepemimpinan kontemporer. Kepemimpinan ini dicirikan oleh super leader yang mahir dalam penguasaan ilmu pengetahuan,. komunikasi IT, hubungan sosial dan kolegial, atau situasional.
- Kepemimpinan  inklusif.  Siapa  saja  atau  pemimpin  hendaknya  tidak  membatasi hubungan  pertemanan  kepada  hanya  beberapa  orang  (eksklusif).  Bergaulah  seluas mungkin,  dengan  bawahan,  atasan,  laki-laki  atau  perempuan,  sejawat  atau  lintas sektoral.  Jangan  pula  mengkultuskan  seseorang.Â
- Kepemimpinan  kolegial.  Lahirnya gagasan  pemikiran  yang  jernih  atau  idealisme  berasal  dari  kompetensi  atau  modalkeilmuan/ketrampilan.  Hubungan  atas  dasar  keilmuan  ini  menghasilkan  produktivitas tinggi dan kemajuan organisasi. Pemimpin atau siapa saja dalam organisasi saling melengkapi  dan  membantu  demi  terbangunnya  kemajuan.  Ada  rasa  keikhlasan, kepuasan dan kepercayaan menyumbangkan kompetensi untuk organisasi.
Bagaimana Menerapkan Gaya Kepemimpinan Aristoteles?
1. Keberadaan karakter dan kebajikan
Keberadaan karakter dan kebajikan sangat vital dalam kepemimpinan. Pemimpin yang memiliki karakter yang baik cenderung lebih dipercaya oleh tim dan masyarakat. Kepercayaan ini menjadi dasar penting untuk kolaborasi dan pencapaian tujuan bersama. Selain itu, seorang pemimpin yang menunjukkan kebajikan melalui tindakan sehari-hari akan menjadi teladan bagi orang lain, membangun budaya positif dalam organisasi atau komunitas.
Pentingnya karakter juga tercermin dalam kemampuan pemimpin untuk membuat keputusan yang etis. Ketika dihadapkan pada pilihan sulit, pemimpin yang berkarakter kuat dapat mengambil keputusan berdasarkan prinsip yang diyakini, meskipun mungkin tidak selalu populer. Karakter yang baik juga memberikan ketahanan, membantu pemimpin tetap teguh dalam menghadapi tantangan dan kesulitan, serta memotivasi orang lain untuk tetap berkomitmen pada visi bersama.
Lalu, bagaimana cara mengembangkan karakter dan kebajikan ini? Pertama-tama, pendidikan menjadi langkah awal yang sangat penting. Melalui pendidikan formal, seperti mengikuti kursus tentang etika dan kepemimpinan, pemimpin dapat memperdalam pemahaman tentang kebajikan. Namun, pembelajaran informal juga tidak kalah penting; membaca buku, menghadiri seminar, atau mendengarkan podcast tentang pemikiran moral dapat memperkaya wawasan.
Selain pendidikan, refleksi diri juga merupakan proses yang krusial. Melakukan penilaian diri untuk memahami sejauh mana nilai-nilai yang diyakini tercermin dalam tindakan sehari-hari sangat membantu. Salah satu cara efektif untuk melakukan refleksi adalah dengan menulis jurnal, mencatat pengalaman, tantangan, dan keputusan yang diambil.
Pengalaman praktis juga berperan besar dalam pengembangan karakter. Keterlibatan dalam kegiatan sosial atau sukarela dapat memperkuat rasa empati dan pemahaman terhadap tantangan yang dihadapi orang lain. Mencari mentor yang memiliki karakter yang kuat juga memberikan wawasan berharga tentang penerapan nilai-nilai tersebut dalam praktik sehari-hari.