Mohon tunggu...
laelarahmawati
laelarahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

"Saya adalah seorang mahasiswa program studi informatika yang memiliki minat dalam informatika dan juga dalam publik speaking. Saya memiliki keterampilan dalam publik speaking. Selain itu, saya menikmati membaca dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Tujuan jangka panjang saya adalah untuk terus berkembang di bidang yang saya minati dan memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat."

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Perilaku Konsumtif Fast Fashion, Ternyata Banyak Sekali Dampak Buruknya

10 Januari 2025   09:11 Diperbarui: 10 Januari 2025   09:11 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PERILAKU KONSUMTIF FAST FASHION, TERNYATA BANYAK DAMPAK BURUKNYA

Perkembangan trend fashion saat ini dapat berubah hanya dalam sekejap mata, hampir setiap saat brand pakaian mengeluarkan koleksi terbaru yang sangat beragam dan juga menarik di mata khalayak umum. Fenomena ini disebut dengan istilah fast fashion.

Fast fashion juga memiliki keterkaitan dengan perilaku konsumtif, dimana perilaku konsumtif cenderung akan membeli sesuatu berdasarkan trend saja dan tidak berdasarkan kebutuhan mereka.Namun sering kali kita jarang menyadari hal tersebut, ternyata trend fast fashion itu sendiri memiliki dampak buruk yang tidak kita sadari selama ini.

Apa saja si dampak buruk yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif fast fashion itu?mari kita simak bersama ulasan selanjutnya.

Apa itu fast fashion ?

Fast fashion adalah salah satu produk yang dirancangan untuk memenuhi dan mengikuti trend di setiap musim.Fast fashion awalnya adalah sebuah trend yang muncul selama tahun 1980 sampai 1990 di United Kingdom (muthu,2019).

Fast fashion menjadi sebuah evolusi dengan trend fashion yang terdiri atas dua musim yaitu  musim spring/summer dan fall/winter yang menjadi 52 koleksi mikro. Satu koleksi mikro adalah sub dari koleksi dua musim yang diluncurkan oleh retail setiap minggunya. Bertujuan untuk meningkatkan konsumsi produk fast fashion. Koleksi yang awalnya diluncurkan untuk meningkatkan penjualan ditingkatkan dan ditekan lagi demi memberikan kepuasan kepada konsumen untuk menjadi fashionable dan terus memperbarui stok pakaian, hal ini yang menjadikan dan menimbulkan sifat konsumtif pada masyarakat (Diantasari, 2019).

perilaku konsumtif terhadap fast fashion

Menurut (Aprilia & Hartoyo, 2014) perilaku konsumtif ialah perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh factor sosiologis dari dalam kehidupannya yang di tunjukkan untuk mengkonsumsi secara berlebihan atau pemborosan dan tidak terencana atau jasa yang tidak diperlukan.

Perilaku konsumtif sendiri sangat berkaitan dengan adanya fast fashion. Seperti yang kita ketahui fast fashion memproduksi berbagai jenis pakaian dengan waktu yang relatif singkat membuat perilaku konsumen terdorong untuk memiliki barang tersebut yang bahkan itu tidak mereka butuhkan

Adanya fast fashion juga semakin membuat konsumen merasa mendapatkan kepuasan instan dikarenakan dapat memiliki barang yang di incar. Didukung oleh social media yang dapat menyebarluaskan informasi dan juga berbelanja online di saat itu juga, dan itulah hal yang menyebabkan perilaku konsumtif semakin parah.

Dampak buruk fast fashion bagi lingkungan dan social

  • Air

Industri mode merupakan industri konsumen air terbesar kedua yang membutuhkan sekitar 700 galon untuk memproduksi satu kemeja katun dan 2000 galon air untuk memproduksi sepasang celana jeans, dimana hal ini sangat merugikan alam yang akan sangat berdampak pada kehidupan manusia. Zat pewarna yang biasanya ada di dalam industri tekstil ialah pewarna azo, dimana pewarna ini tergolong limbah yang sulit untuk di uraikan dan dapat mencemarkan air juga mengurangi produktivitas tanah.

2.Limbah

Di setiap industry fashion menyumbang limbah yang sangat banyak, baik itu saat memproduksi maupun setelah di konsumsi, dan hanya 1% tekstil yang di daur ulang menjadi pakaian baru, kebanyakan dari itu adan berakhir ke tempat sampah. Bahan polyester merupakan bahan yang biasa digunakan dalam industri tekstil, dimana bahan ini sulit sekali terurai. Dibutuhkan sekitar 20 tahun agar dapat terurai dan ini menyebabkan dampak buruk lainnya seperti pelepasan gas metana dan gas rumah kaca ke atmosfer (bick et al., 2018).

3.Energi 

Proses produksi serat plastic menjadi tekstil merupakan salah satu proses yang membutuhkan  minyak bumi dalam  jumlah yang sangat besar, selain itu juga kapas yang sebagian besar terdapat dalam produk mode cepat juga tidak ramah lingkungan untuk di produksi, pestisida yang di anggap perlu untuk pertumbuhan kapas dapat menimbulkan risiko dampak gangguan kesehatan bagi petani.

4. Kondisi kerja yang buruk 

Salah satu risiko yang umum di hadapi oleh orang yang menjadi pekerja garmen ialah paparan dari zat-zat bahan kimia yang pastinya sangat berbahaya bagi kesehatan. Ada banyak pekerja yang tidak dilengkapi dengan alat pelindung yang sesuai agar dapat menghindari dampak buruk bahan kimia karsinogenik, seperti formadehida atau kalium dikromat yang diguunakan untuk merawat dan merusak kain (Lambert, 2014).

            Perilaku konsumtif terhadap fast fashion ternyata memiliki banyak pengaruh baik itu dari segi sosial juga lingkungan, dampak buruk yang kita rasakan akibat fast fashion ini. Oleh karena itu sangat penting untuk kita lebih bijak dalam berbelanja, memilih produk yang ramah lingkungan dan mendukung industry fashion yang bertanggung jawab.

Penulis:

Laela Rahmawati

Mahasiswa program studi informatika, Fakultas rekayasa sistem, Universitas Teknologi Sumbawa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun