Mohon tunggu...
Nanda Laela Sofi Sasmita
Nanda Laela Sofi Sasmita Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030125 Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga

trying to be better

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Riset Menunjukkan Usia 16-24 Tahun adalah Masa Kritis Kesehatan Mental

12 Mei 2023   18:09 Diperbarui: 12 Mei 2023   18:12 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari survey online yang dilakukan pada 393 orang responden usia 16-24 tahun, sebanyak 95,4% yang mengatakan bahwa mereka pernah mengalami gangguan kecemasan (anxiety), dan 88% pernah mengalami depresi dalam menghadapi permasalahan selama di usia tersebut. Selain itu, sebanyak 96,4% menyatakan kurang memahami cara mengatasi stress akibat permasalahan yang mereka alami. 

Penyelesaian masalah yang paling sering mereka lakukan adalah bercerita pada teman (98,7%), menghindari masalah tersebut (94,1%), mencari informasi tentang cara mengatasi masalah dari internet (89,8%). 

Namun, sebagian juga berakhir dengan menyakiti diri mereka sendiri (51,4%), atau bahkan menjadi putus asa serta ingin mengakhiri hidup sebanyak (57,8%).

Segala permasalahan di atas akan semakin berakibat fatal jika tidak ditangani dengan optimal. Namun, banyak diantara mereka yang justru tidak mencari bantuan saat mengalami gangguan kesehatan mental.

Faktor penyebabnya yakni karena kurangnya layanan kesehatan mental di Indonesia dan layanan yang kurang sesuai dengan yang diharapkan oleh kebutuhan para remaja di usia tersebut. 

 Dalam penelitian yang dilakukan,menunjukkan hasil berikut : para remaja mengatakan bahwa mereka mengharapkan layanan bantuan kesehatan mental yang menjamin kerahasiaan (99,2%), tidak menghakimi (98,5%), berkelanjutan untuk periode waktu tertentu (96%), serta dapat diakses online (84,5%).

 Selain itu, mereka juga merasa bahwa berbagai layanan yang ada diisi oleh tenaga profesional yang kurang ramah (99,2%) dan belum terbuka untuk mendengarkan segala permasalahan yang mereka alami (99%).  

Faktor lain yang juga menghambat adalah stigma negatif dari masyarakat tentang kesehatan jiwa. Mereka takut untuk membicarakannya kepada orangtua atau orang terdekat karena takut dianggap sebagai orang gangguan jiwa berat atau kurang iman.

Jawaban dari para responden juga mengindikasikan bahwa ada masalah kurangnya pengetahuan remaja usia transisi tentang masalah layanan kesehatan mental dan kemana mencari bantuan.

Padahal, pemahaman tentang hal ini sangatlah penting untuk diketahui agar mereka dapat mengidentifikasi masalah sejak dini dan mengatasinya dengan mencari bantuan agar lebih optimal. 

Meningkatnya ketahanan mental (resilience) seseorang pada masa ini akan berdampak positif tidak hanya terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan mereka, tapi juga keberhasilan mereka secara akademis, di lingkungan kerja, dan di kehidupan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun