Mohon tunggu...
Laela Nurhayati
Laela Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Praktisi PAUD

Ibu Rumah Tangga, Guru PAUD, Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini di Kegiatan Permadani Bunda dalam Bermain Proyek

10 September 2022   16:35 Diperbarui: 10 September 2022   16:38 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KAJIAN PUSTAKA

  • Anak Usia Dini

Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada rentang waktu perkembangan yang sangat pesat dalam kehidupannya untuk siap menjalani kehidupan selanjutnya. Rentang waktu ini sering dikenal dengan masa golden age atau masa keemasan. Pada masa kemasan ini anak-anak dengan mudah menerima rangsangan dari segala yang ia terima melaui panca inderanya yang terjadi pada seluruh waktu yang mereka lalui di setiap detiknya. Sangatlah  penting sekali pada masa keemasan ini anak diberi stimulasi yang baik dan benar agar tumbuh kembang mereka dapat optimal, hal ini sejalan  dengan (Pratiwi, 2017) dalam penelitiannya bahwa Anak usia dini adalah anak yang berada di rentang usia 0-6 tahun dengan segala potensi yang harus terus dikuatkan hingga mengkristal menjadi karakter yang baik, yang kelak akan menjadi modal anak dalam menjalani hidupnya dimasa yang akan datang. Bagaimana kesiapan ini akan terus dikembangkan oleh orang dewasa di sekitarnya baik guru atau orang tua sehingga tumbuh kembang anak akan maksimal.

Periode emas seorang manusia adalah periode yang paling krusial dari seluruh periode hidupnya. Sejak masa konsepsi yaitu sejak  janin masih berada dalam kandungan hingga lahir dan berumur 6 tahun, merupakan masa fondasi pembentukan  kecerdasan dan karakter seseorang yang menjadi bekal di masa-masa selanjutnya. Untuk membentuk generasi yang berkualitas tinggi, dibutuhkan orang dewasa yang benar-benar berupaya memanfaatkan 6 tahun pertama tersebut untuk menstimulasi  anak-anaknya secara optimal. Tak kalah pentingnya dukungan penuh dari lingkungan luar keluarga, mulai dari masyarakat sekitar hingga dukungan Pemerintah dalam memfasilitasi tumbuh kembanga anak pada masa ini. (Uce, 2017).       

  • Kreativitas Anak

Setiap individu memiliki beragam kemampuan yang berbeda. Bercermin dari keragaman kemampuan yang berbeda itu, hendaknya perlu dilakukan pelbagai cara dalam mengembangkan kemampuan tersebut. Salah satu kemampuan individu adalah kreativitas. Kreativitas merupakan suatu kemampuan yang penting untuk dikembangkan, pun di berbagai elemen pendidikan. Dalam hal ini, para pendidik memegang peranan yang penting untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Kreativitas sangat penting untuk dikembangkan, karena kreativitas memiliki pengaruh besar dan cukup memberi andil dalam kehidupan seseorang, misalnya dalam prestasi akademik. Kreativitas merupakan suatu kemampuan yang tidak dibawa sejak lahir, namun dapat dipelajari dan dikembangkan, sehingga seyogyanya kemampuan ini dapat dikembangkan sejak dini. Hal tersebut dikarenakan masa-masa usia dini merupakan masa golden age, yang merupakan pondasi dari tahapan usia yang selanjutnya. (Fakhriyani, 2016)

Kreativitas sangat penting untuk dikembangkan karena kreativitas dapat meningkatkan prestasi akademik (Yamamoto, 1964 dalam Palaniappan). Sehingga, semakin tinggi kreativitas yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula prestasi akademik yang diraih. Dari beberapa penelitian tentang kreativitas, menunjukkan bahwa kreativitas sangat penting untuk dikembangkan, karena kreativitas memegang pengaruh penting dalam kehidupan seseorang. Maka dari itu, kreativitas perlu dikembangkan sejak dini. Anak-anak, dalam hal ini anak usia dini yang memiliki kreativitas tinggi di sekolah hendaknya tidak diabaikan, akan tetapi kemampuan tersebut harus dikembangkan dan didukung penuh baik di lingkungan sekolah maupun keluarga, sehingga anak dapat mengeksplor kemampuannya tersebut. Kreativitas merupakan kombinasi dari inovasi, flexibilitas, dan sensitivitas yang membuat seseorang mampu berpikir produktif berdasarkan kepuasan pribadi dan kepuasan lainnya (Stenberg, dalam Dadvar, 2012). Kreativitas juga merupakan hasil dari motivasi intrinsik seseorang, pengetahuan, dan kapabilitas pada kemampuan tertentu. (Fakhriyani, 2016)

Bermain adalah kegiatan yang paling disukai anak usia dini, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, sebagian besar waktu digunakan untuk bermain. Dengan dukungan guru saat bermain, maka seluruh potensi perkembangan anak baik nilai agama dan moral, fisik motoric, kognitif, Bahasa, social emosional dan seni nya terus terstimulasi. Proses bermain yang menyenangkan secara bertahap dengan terus menerus  dapat meningkat perkembangan anak dengan pesat. Anak akan menemukan sendiri apa sebenarnya masalah dan solusi mainnya. (Pratiwi, 2017). Anak akan siap hidup pada jaman apapun di masa depan jika potensi kreativitasnya terus dijaga dan di kuatkan (Priyanto, 2014).

Pendidikan Anak Usia Dini memiliki karaktersitik yang berbeda dengan Pendidikan anak-anak di jenjang salanjutnya. Pembelajaran anak usia dini akan maksimal jika dilakukan melalui bermain. (Wahyuni & Azizah, 2020) mengatakan bahwa dalam bermainnya itu anak akan menemukan beragam hal terkait kebutuhannya untuk terus belajar memperbaiki diri, baik sikap, pengetahuan dan keterampilan. Bermain bagi anak adalah kebutuhan mendasar yang tidak dapat dihilangkan atau diabaikan, karena saat kebutuhan ini tidak terpenuhi di masa kecil, maka kebutuhan ini akan ia penuhi dimasa selanjutnya atau jenjang sekolah selanjutnya.                

Pada saat bermain ini anak melakukan suatu kegiatan berulang -ulang, karena kegiatan itu dianggap oleh dirinya menyenangkan. Anak akan mencoba menambahkan bahan yang digunakan atau dapat juga merubah cara yang digunakan dalam main sebelumnya. Dalam pengulangan kegiatan mainnya anak terus melakukan perbaikan atas apa yang dirasakan dirinya kurang tepat, karena anak berada pada fase trial and error  (Permono, 2013).

Bermain proyek

Bermain proyek anak biasanya dilakukan dengan mengembangkan kepahaman anak terkait cerita-cerita yang dibacakan guru dan buku cerita lain yang disediakan di pojok baca sebagai sumber belajar anak mengembangkan proyeknya. Anak kadang bukan hanya mengembangkan proyek dari buku cerita ini saja tpi juga mengasosisasi dengan pengalaman sebelumnya, sehingga bermain proyek anak berbeda. Misalnya saat guru memceritakan tentang seperti apa jarak bulan dari bumi, bermain  proyek yang dikembangkan anak berbeda-beda, ada yang membuat roket, bulan, astronot, puti hingga kue tart.

Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu inovasi yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran ini memberikan kesempatan anak secara berkelompok untuk memecahkan persoalan sehari-hari. Interaksi yang bermakna antara guru dengan anak maupun antara satu anak dengan anak lain dalam pembelajaran berbasis proyek memungkinkan anak untuk meningkatkan keterampilan komunikasi, khususnya komunikasi verbal. Pembelajaran proyek ini memberikan pengalaman belajar untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaan anak itu sendiri, dan memungkinkan anak untuk menjelaskan tujuan mereka sendiri serta mengevaluasi prestasi mereka sendiri. (Khikmah Novitasari, 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun