Mohon tunggu...
lady  anggrek
lady anggrek Mohon Tunggu... Wiraswasta - write female health travel

Suka menulis, Jakarta, Blog: amaliacinnamon.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Dawai Sendu untuk Deara

25 September 2018   05:20 Diperbarui: 25 September 2018   15:08 1640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: catatanrobert.com

"Telah aku lakukan semampuku. Semoga engkau baik-baik saja. Untuk kedepannya." Deara memperhatikan Thomas seksama. Merekam wajah kekasihnya untuk yang terakhir kali.

Kedua kakinya berjalan meninggalkan kekasihnya lagi untuk yang terakhir kali. Air mata berjatuhan membasahi pipi. Bahkan ingatan terakhir Kak Thomas hanyalah punggung Deara berlalu pergi menjauh darinya. Hanya waktu yang bisa menjawab. Kepalanya menunduk lagi. "Seandainya saja aku lebih bersabar menjalani tuntutan pekerjaan. Seandainya saja." Ucapnya dalam hati. Penyesalan yang terlambat. Sangat terlambat.

Satu bulan sesudahnya. Deara tak lagi mendengar kabar tentang Kak Thomas. Bahkan Mas Indra dan Mbak Ningsih selalu membantu dia selama bekerja lagi. Tapi hari sabtu pagi ini tampaknya agak berbeda. Kedua bola mata Deara perhatikan Mas Indra bermain biola.

Angin pagi hari berhembus dengan syahdu. Bahkan ia melihat sekeliling tak sedikit ada beberapa pengunjung di taman Cattleya menikmati permainan biolanya. Jari-jemari lincah bermain dawai biola. Agak janggal rasanya melihatnya secara langsung. Apalagi dengan pernyataan mendadak  tadi pagi. Ekspresi wajahku sungguh konyol. Terdiam selama beberapa menit setelah mendengar kata-katanya.

"Maukah kamu ikut denganku besok? Ada konser biola di salah satu taman kota." Katanya. Dia berdiri tegak depan pintu rumahku.

"Hmm.... Ya... Sebenarnya..." Lidahku kelu. Bagaimana ya? Bingung menyelimuti kepala ini. Setelah kejadian Kak Thomas rasa-rasanya ingin beristirahat dulu. Setelah medengar kabar dari Hani, kawanku kuliah dulu. Memberitahu Kak Thomas mulai menunjukkan kemajuan berjuang sembuh dari kecanduan narkoba.

"Ini permintaan terakhirku. Aku minta tolong." Kedua mata menatap dengan penuh harapan. Bibirnya terkatup rapat. Mas Indra yang aku mengerti orangnya agak berbeda. Ya, dia bukan tipe orang yang tidak gampang bersosialisasi juga. Ada kotak panjang yang digenggamnya. Penasaran dalam diri Deara memuncak.

"Itu apa yang kamu bawa?" Tanyaku bingung. "Ini adalah Biola." Jawabnya. Aku perhatikan lagi. Tubuhnya yang kurus dan tinggi badan sepantaran denganku. Bahkan kalau tidak ada Mas Indra yang menyelesaikan masalah saat sedang deadline. Mungkin sudah banyak kesulitan kami terima.

Matahari bersinar cerah hangat menyelimuti. "Ada konser mini di Taman Cattleya." Samar-samar suaranya terdengar kembali dalam kepala. Baris berbaris membentuk kesatuan. Deretan tanaman bunga tertata rapi. Suara air berbunyi dari kolam menambah syahdu. Sesungguhnya aku tidak ada masalah dengan Keenan lagi. Bahkan kejutan dari Mas Indra miliki perasaan kepadaku . Sejak awal bekerja di perusahaan periklanan.

"Sebenarnya Mas Indra itu dulu pernah menekuni bermain biola profesional. Karena ada kecelakaan dia jarang bermain lagi." Jawab Mbak Ningsih.

"Lalu dia itu ternyata ada rasa sama kamu." Aku kaget hampir saja berteriak keras. Untunglah mulutku berhasil aku tutupi dengan tangan. Tubuhku maju sedikit ke depan. Mengintip dari balik kamar apa yang sedang Mas Indra lakukan kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun