Mohon tunggu...
Karila Wisudayanti
Karila Wisudayanti Mohon Tunggu... wiraswasta -

A mom of 3, a wife and teacherpreneur who tries to fulfill life to the fullest

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

ASI Eksklusif dari Working Mom

18 Desember 2014   21:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:02 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah keputusan apapun yang diambil seorang ibu, namun saya yakin pasti semua ibu yang normal dan waras berpikir untuk memberikan yang terbaik untuk buah hatinya.

Bagi saya pribadi, sebelum saya menikah, saya jatuh cinta untuk menjadi seorang guru. Ketika anak - anak saya lahir, saya ingin juga tetap melanjutkan profesi saya namun saya juga ingin anak - anak saya bisa ASI Eksklusif (terutama anak kedua dan ketiga, karena si sulung tidak berhasil ASIX disebabkan minimnya informasi saya saat melahirkan dia). Dulu ketika saya baru melahirkan anak pertama, saya tidak terlalu "ngoyo" untuk ASIX, karena seperti ada pembenaran dan juga sangsi apakah bisa ASIX padahal dalam sehari saya akan meninggalkan nya selama 8-9 jam.

Namun saya alami sendiri ketika anak kedua dan ketiga, bahwa memberikan ASIX dan juga tetap bekerja adalah suatu hal yang sangat mungkin. Sesungguhnya yang berperan sangat besar keberhasilan ASI Eksklusif, baik oleh Stayed at Home Mom maupun Working Mom adalah beberapa hal berikut :

1. Keyakinan diri dan sugesti diri bahwa kita sebagai IBU pasti bisa memberikan Asi Eksklusif. Ketika kita komitmen dan yakin, maka ketika ada tantangan juga akan lebih mudah mengatasinya.

2. Support dari orang - orang terdekat terutama suami dan juga keluarga. Dukungan dari suami bagi ibu yang baru saja melahirkan dan komitmen untuk ASIX mutlak diperlukan.

Bagaimana agar dapat membuat mereka mendukung kita sebagai IBU ? Satu - satunya cara adalah dengan memberikan informasi yang benar juga kepada mereka, karena tidak dapat dipungkiri terkadang karena termakan iklan, ada yang beranggapan bahwa Sufor lebih baik dari ASI. Ajaklah si Ayah untuk bergabung di Komunitas ayah ASI, atau bisa juga berikan hasil googling tentang kelebihan ASI.

3. Pembiasaan dari mulai awal kelahiran yang Pro-ASI (dengan adanya IMD dan Room In). Oleh sebab itu, hendaknya semua perlengkapan bayi dan persiapan bersalin sudah disiapkan matang jauh - jauh hari sebelum Hari H. Anak pertama saya kesulitan menyusu karena dari jam pertama hidupnya sudah terbiasa dengan sufor melalui alat bantu.

4. Ilmu yang cukup tentang kelebihan ASI, untuk hal ini anda dapat bergabung menjadi anggota AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui). Di komunitas ini juga, anda akan menemukan banyak support dan penyemangat ketika kondisi kita sebagai ibu sedang down atau Baby Blues. Saya pribadi merasakan manfaat yang sangat besar dari Kelas Pre Natal AIMI dan juga konselor laktasi yang mau datang ke rumah ketika saya galau tentang laktasi

5. Perlengkapan menyusui yang memadai. Pada saat ini banyak sekali kemudahan bagi ibu menyusui, mulai dengan penutup menyusui yang membantu ibu agar tidak risih menyusui di tempat umum hingga pompa ASI yang beraneka ragam.

Terutama bagi para Working Mom, dibutuhkan komitmen dan disiplin diri yang lebih kuat. Ketika kita bisa menyusui secara langsung, bayi kita secara tidak langsung akan "membuatkan jadwal teratur" untuk pengosongan PD. Namun ketika kita harus meninggalkan mereka, berarti kita harus memiliki stok paling tidak 1,5x lipat dari kebutuhan mereka secara normal dan kita harus mendisiplinkan diri untuk mengosongkan PD secara teratur.

Jika jadwal pengosongan PD ini sering terlewati, maka produksi ASI pun makin lama akan makin berkurang. Jadi ada beberapa hal tambahan yang berperan dalam proses ASIX dari seorang working mom, yaitu :

1. Jadwal pumping yang teratur dan konsisten. Kedisiplinan dan komitmen yang kuat untuk menepati jadwal tersebut. Saya ingin berbagi cerita sedikit, sebagai seorang guru High School, jadwal mengajar saya tidak tetap sama dari Senin sampai Jumat. Oleh sebab itu, saya maksimalkan ketika anak-anak break maka saya akan pumping secepatnya. Disela waktu antar break, saya sempatkan pumping 1-2 kali lagi. Sedikit apapun hasil pumping saya, saya akan simpan sebagai tabungan ASIP

2. Perlengkapan tambahan seperti cooler bag ASI, ice gel, pompa, botol ASIP dan nursing poncho itu adalah teman setia selama masa menyusui.

3. Suasana kerja yang mendukung. Di tempat saya mengajar, tidak ada nursing/pumping room khusus. Sehingga ketika akan pumping, maka saya akan secepatnya lari mencari kelas kosong yang bisa dipakai.

Pernah suatu ketika, tidak ada kelas kosong dan saya terburu waktu, jadilah saya masuk ke sebuah Laboratorium yang memang kondisinya gelap, lalu saya matikan lampunya, kunci pintu dan saya masuk ke bawah kolong meja Lab yang tinggi. Di kolong - kolong meja kelas/Lab itulah saya melakukan komitmen saya untuk memberikan ASIX bagi anak - anak saya. :D Jika kondisi kantor kita saat ini tidak ramah untuk Busui, tetap berbesar hatilah dan terus mencari, pasti ada pojokan tersembunyi atau ruang yang bisa kita pakai :) Walaupun terkadang dibelain sambil separo tiarap agar tidak terlihat dari luar..hahaha...

4. Orang terpercaya di rumah yang memang sepaham dengan kita untuk bisa memberikan ASIX kepada si bayi. Stok ASIP kita mencukupi atau banyak yang terbuang percuma juga akan bergantung pada orang yang mengasuh buah hati kita ketika kita tinggal kerja.

Jika anda seorang working mom ataupun stayed at home mom, tetaplah semangat untuk memberikan ASI kepada buah hati anda, selama tidak ada kondisi medis yang melarangnya. Happy nursing!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun