Kerangka berpikir yang melatarbelakangi keyakinan bahwa alam semesta tercipta dari tiada menjadi ada berasal dari persepsi terhadap eksistensi materi/benda yang seolah-olah berasal dari Tiada, menjadi Ada, lalu Tiada. Contoh: gelas belum tercipta (dinyatakan Tiada) - tercipta gelas (dinyatakan Ada) - lalu gelas rusak/hancur (dinyatakan Tiada). Gelas adalah benda yang sifatnya menempati ruang. Sebelum penciptaan, ketiadaan diibaratkan ruang yang kosong (Dunia ini kosong sebelum alam semesta diciptakan. Dunia = ruang).
Kekosongan tidak sepadan dengan konsep Tiada itu Tiada. Apa itu yang Tiada? Misalnya, ‘X’ itu Tiada, berarti ‘X’ dapat dibicarakan dan tidak dapat dikatakan Tiada. Tiada tidak terdefinisikan karena memang Tiada. Jika dapat ditunjukkan atau dibayangkan sesuatu yang Tiada, itu bukan Tiada.
Kosong tidak berarti Tiada karena kosong masih menunjukkan sesuatu sebagai substansinya, yaitu ruang itu sendiri, atau secara lengkap “ruang ini kosong.” Masih terdapat ruang, maka tidak dapat dinyatakan Tiada.
Setelah jelas bahwa Tiada itu Tiada, kita dapat menelusuri sesuatu yang berada di dalam ruang yang seolah-olah kosong. Pasti terdapat sesuatu, dan yang diperlukan hanyalah mencari cara untuk mengetahuinya. Selanjutnya, sains mengambil peran.
Ontologi yang terumuskan di atas menjawab pertanyaan mendasar tentang eksistensi alam semesta,“Why is there something rather than nothing?” Dengan demikian, ilmu-ilmu alam mesti menjelaskan penyebab suatu fenomena terjadi, dan tidak menjelaskan penyebab sesuatu menjadi Ada. Ini batas antara filsafat dan sains.
Kemudian, kita dapat membuktikan bahwa pada kenyataannya tiada sesuatu yang benar-benar kosong. Dengan kata lain, kita dapat menyatakan bahwa 'kosong' adalah tidak nyata, yang secara matematis bernilai 0 (nol). Apakah nol menunjuk sesuatu yang nyata? Tidak (lihat artikel: Waktu Sebagai Bukti Absensi Tuhan). Berbeda dengan gelas. Sebelum dibuat/diciptakan, unsur-unsur pembentuk gelas telah tersedia. Gelas menunjukkan wujud materi yang berbeda dari materi-materi pembentuknya. Hal yang ditunjuk oleh kata 'gelas' adalah nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H