Mohon tunggu...
Adhyatmoko
Adhyatmoko Mohon Tunggu... Lainnya - Warga

Profesional

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menyibak Mitologi Penciptaan

5 September 2013   21:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:18 1287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1378386371420183707
1378386371420183707
Kekosongan dalam Perspektif Filsafat dan Sains

Kerangka berpikir yang melatarbelakangi keyakinan bahwa alam semesta tercipta dari tiada menjadi ada berasal dari persepsi terhadap eksistensi materi/benda yang seolah-olah berasal dari Tiada, menjadi Ada, lalu Tiada. Contoh:  gelas belum tercipta (dinyatakan Tiada) - tercipta gelas (dinyatakan Ada) - lalu gelas rusak/hancur (dinyatakan Tiada). Gelas adalah benda yang sifatnya menempati ruang. Sebelum penciptaan, ketiadaan diibaratkan ruang yang kosong (Dunia ini kosong sebelum alam semesta diciptakan. Dunia = ruang).

Kekosongan tidak sepadan dengan konsep Tiada itu Tiada. Apa itu yang Tiada? Misalnya, ‘X’ itu Tiada, berarti ‘X’ dapat dibicarakan dan tidak dapat dikatakan Tiada. Tiada tidak terdefinisikan karena memang Tiada. Jika dapat ditunjukkan atau dibayangkan sesuatu yang Tiada, itu bukan Tiada.

Kosong tidak berarti Tiada karena kosong masih menunjukkan sesuatu sebagai substansinya, yaitu ruang itu sendiri, atau secara lengkap “ruang ini kosong.” Masih terdapat ruang, maka tidak dapat dinyatakan Tiada.

Setelah jelas bahwa Tiada itu Tiada, kita dapat menelusuri sesuatu yang berada di dalam ruang yang seolah-olah kosong. Pasti terdapat sesuatu, dan yang diperlukan hanyalah mencari cara untuk mengetahuinya. Selanjutnya, sains mengambil peran.

Ontologi yang terumuskan di atas menjawab pertanyaan mendasar tentang eksistensi alam semesta,“Why is there something rather than nothing?” Dengan demikian, ilmu-ilmu alam mesti menjelaskan penyebab suatu fenomena terjadi, dan tidak menjelaskan penyebab sesuatu menjadi Ada. Ini batas antara filsafat dan sains.

Kemudian, kita dapat membuktikan bahwa pada kenyataannya tiada sesuatu yang benar-benar kosong. Dengan kata lain, kita dapat menyatakan bahwa 'kosong' adalah tidak nyata, yang secara matematis bernilai 0 (nol). Apakah nol menunjuk sesuatu yang nyata? Tidak (lihat artikel: Waktu Sebagai Bukti Absensi Tuhan). Berbeda dengan gelas. Sebelum dibuat/diciptakan, unsur-unsur pembentuk gelas telah tersedia. Gelas menunjukkan wujud materi yang berbeda dari materi-materi pembentuknya. Hal yang ditunjuk oleh kata 'gelas' adalah nyata.

13783879131075776110
13783879131075776110
Eksperimen berikut menunjukkan bahwa tiada sesuatu tercipta dari kekosongan karena tiada sesuatu yang benar-benar kosong. 1948, Hendrick Casimir berteori bahwa jika dua lempeng logam paralel saling berdekatan dan membentuk ruang vacum yang sempit, kedua lempeng logam akan memperoleh gaya untuk merapat. Kejadian ini tidak dipengaruhi gaya gravitasi atau elektromagnetik, tetapi disebabkan oleh fluktuasi kuantum di dalam ruang vacum. Mekanika Kuantum dapat menjelaskan bahwa suatu vacum tidak sesungguhnya kosong karena di dalamnya terdapat partikel-partikel yang kadang-kadang muncul dengan eksistensi energi yang begitu singkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun