Mohon tunggu...
Lactashare
Lactashare Mohon Tunggu... Dokter - Yayasan Donor ASI Indonesia

Lactashare adalaha Yayasan Non Profit yang berdiri sejak tahun 2018 dengan visi membangun peradaban manusia yang kokoh dengan kebaikan ASI, dan dengan misi menciptakan sistem donor ASI terintegrasi sesuai kaidah medis dan agama serta dengan cita-cita mendirikan Bank ASI Pertama di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Anti Stunting Itu bernama Bank ASI

22 Agustus 2023   10:25 Diperbarui: 22 Agustus 2023   10:32 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya Meralda Nindyasti, dilahirkan dari keluarga yang memiliki jiwa wirausaha dan passion pendidikan. Sejak kecil, cita-cita saya menjadi dokter. Setahun sebelum kelulusan sarjana, saya mewakili BEM Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya untuk mengikuti Workshop Pediatric Nutrition Care di Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Prof Dr.dr. Damayanti Syarif Sp.A(K) adalah pembicara utama dalam pelatihan tersebut yang berhasil membuat saya jatuh cinta pada bidang gizi anak, dan saya mencita-citakan pendirian Rumah Sakit Gizi Metabolik sebagai sebuah solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan gizi anak Indonesia.

Puncak kerisauan saya terhadap permasalahan gizi anak, terjadi saat 2013 saya terpilih sebagai dokter pada kegiatan Ekspedisi Pelayaran Bhakti Kesra Nusantara oleh Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Kegiatan itu mengantarkan saya untuk berlayar selama 30 hari bersama prajurit TNI-AL dalam kapal KRI Banda Aceh 593 untuk menjelajahi 10 pulau terluar di Indonesia.

Di Pulau Telo, saya bertemu seorang ibu paruh baya yang menderita TBC, dan tinggal hanya berdua bersama balitanya 1,5 tahun yang stunting dengan berat badan hanya 5 kg.

Sepulang dari pelayaran, saya terpilih sebagai dokter kebencanaan untuk misi kemanusiaan Bencana Tsunami Topan Super Haiyyan di Filipina. Saya mengabdi di kota Tacloban selama 14 hari.

Di hari terakhir sebelum saya kembali ke Indonesia, saya dibuat terpana pada sebuah plang nama bertuliskan "Human Milk Bank" dekat pintu masuk sebuah Rumah Sakit. Hati kecil saya berkata "Menarik, Indonesia belum punya!"

Pelatihan Konselor Menyusui yang saya ikuti sepulang dari Filipina, menjadi titik balik untuk menemukan misi hidup. Saya terpukau dengan ASI dan menyusui. Inilah sepaket solusi atas permasalahan gizi anak yang bisa dicegah sedari 1000 Hari Pertama Kehidupan.

ASI adalah ciptaan Tuhan, dan tidak ada satupun yang sanggup menyaingi kesempurnaan Tuhan dalam menciptakan segala sesuatu. ASI adalah hak setiap bayi, menyusui adalah kewajiban setiap Ibu dan keberhasilan menyusui adalah tanggung jawab setiap Ayah.

Ironinya, tidak setiap bayi beruntung mendapatkan ASI dari ibunya. World Health Organization (WHO) menyebut hanya 1 dari 2 bayi berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif.

Sementara, angka kematian Ibu juga masih tinggi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melansir di tahun 2020 ada 4.627 bayi yang terancam kelaparan sedari awal kehidupannya akibat tidak bisa mendapat ASI dari ibu kandungnya karena ibundanya wafat setelah persalinan, 20% diantaranya akibat Covid-19. Dan Indonesia adalah penghasil bayi stunting dan prematur tertinggi ke-5 sedunia, kelahiran prematur sejumlah 779.000 bayi/tahun dan 25.200 bayi/tahun meninggal akibat prematuritas.

Kabar baiknya, ASI Eksklusif efektif mencegah malnutrisi hingga stunting dan menurunkan angka kematian bayi hingga 88%. WHO juga merekomendasikan Hierarki asupan nutrisi bayi prematur, meliputi ASI segar dari Ibu kandung sendiri, kemudian ASI Donor segar dari pendonor dengan bayi prematur, ASI Donor segar dari pendonor dengan bayi cukup bulan, ASI Donor yang terpasteurisasi dan lazimnya dari Bank ASI.

Alternatif paling terakhir yang direkomendasikan WHO adalah Susu Formula Khusus Prematur dan Susu Formula biasa. Pasalnya, konsumsi susu formula dapat meningkatkan risiko kebutaan karena prematuritas, pneumonia, alergi, asma, diare, ekzema, anemia, obesitas, diabetes, leukemia, gangguan pembuluh darah dan jantung. Tentu hal tersebut akan berdampak pada tingginya angka kesakitan dan membengkaknya biaya pengobatan di suatu negara.

Itulah mengapa donor ASI adalah solusi yang selaras dengan anjuran WHO sebagai langkah alternatif kedua setelah ASI dari ibu kandungnya sendiri. ASI menjawab poin Millenium Development Goals sebagai upaya menurunkan angka kematian bayi dan menjawab poin Sustainable Development Goals sebagai upaya perwujudan ketahanan pangan, perbaikan nutrisi serta menggalakkan hidup sehat. Bahkan donor ASI sejatinya adalah upaya pemberdayaan wanita agar bermanfaat bagi sesama dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.

Donor ASI adalah jembatan untuk mencapai ASI Eksklusif. Namun, telah 1 dekade lebih, proses donor ASI di Indonesia terjadi tanpa terfasilitasi agar sesuai kaidah medis, hukum dan agama. Bank ASI bertugas mengumpulkan, menskrining, menyimpan, mengolah, memproses dan mendistribusikan ASI kepada bayi dengan indikasi medis. Total 800.000 bayi menerima 1 juta liter ASI Donor/tahun melalui Bank ASI.

Setelah mempelajari prosedur donor ASI pada buku yang saya beli dengan judul Guidelines Human Milk Bank of North America, saya mendapat 3 hikmah penting.

Pertama, bahwa penapisan calon pendonor ASI nyaris sama dengan calon pendonor darah. Mengartikan, sangat mungkin untuk mendirikan Bank ASI di Indonesia dengan bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI).

Kedua, prosedur donor ASI di Luar Negeri tidak sesuai dengan kaidah ibu susu dalam agama Islam. Pada tahap homogenisasi, terjadi pencampuran ASI Donor dari 2-3 identitas yang dalam kaidah Islam akan menyamarkan nasab sepersusuan.

Dan ketiga, bahwa prosedur donor ASI di Bank ASI luar negeri terbiayai oleh negara. Mengartikan, untuk berdiri Bank ASI di Indonesia dibutuhkan mekanisme pembiayaan yang mapan, salah satunya dengan pelayanan donor ASI ditanggung oleh BPJS, sebagaimana pelayanan transfusi darah juga dibiayai oleh BPJS.

Saya bergegas  mempelajari aspek hukum mengenai Donor ASI, kemudian berguru di PMI dan Majelis Ulama Indonesia melalui KH.Chamzawi Syakur selaku Ketua Fatwa MUI Kota Malang mengenai Fatwa MUI No. 28/2013 Seputar Masalah Donor Air Susu Ibu (Istirdla'). Dan ditemukan setidaknya, ada 2 payung hukum di Indonesia yang secara lugas melindungi praktek pemberian ASI.

Pertama, Peraturan Pemerintah No.33/2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif menyebutkan bahwa setiap Ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya dan apabila Ibu kandung tidak dapat memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, maka pemberian ASI Eksklusif dapat dilakukan oleh pendonor ASI, dan setiap Ibu yang melahirkan harus menolak pemberian Susu Formula serta setiap tenaga kesehatan dilarang memberikan dan mempromosikan susu formula bayi yang dapat menghambat program pemberian ASI Eksklusif.

Kedua, pada Undang-Undang No.36/2009 tentang Kesehatan pada Pasal 200 tersebut bahwa setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian ASI Eksklusif, dipidana paling lama 1 tahun dan denda paling banyak 100 juta rupiah.

Tahun 2014, saya memutuskan untuk berhenti praktek sebagai dokter umum dan memfokuskan diri sebagai dokter laktasi dan konselor menyusui. Saya menemukan fenomena berbagi ASI di media sosial yang cukup meresahkan. ASI bisa menjadi media penularan penyakit. Transmisi rate pada bayi yang disusui dari ibu yang terinfeksi HIV sebesar 5-66%, dari ibu yang terinfeksi Citomegalovirus, HTLV-1, Rubella, Hepatitis B, Hepatitis C bertutut-turut sebesar 40-76%, 80%, 20-50%, <4%, < 1% dan dari ibu terinfeksi sifilis tidak terjadi penularan bila tidak ada lesi.

Kemenkes RI menyebut penularan kasus HIV didominasi oleh ibu rumah tangga, sebesar 35%. Penularan dari ibu ke anak bisa terjadi sejak dalam kandungan, saat proses kelahiran, atau saat menyusui, dan menyumbang 20-45% dari seluruh sumber penularan HIV lainnya. Saat ini kasus HIV pada anak usia 1-14 tahun telah mencapai 14.150 kasus.

Saya bertekad menginisiasi terciptanya sistem donor ASI terintegrasi, agar terlaksana proses donor ASI yang aman, tepat, cepat, terpercaya sesuai kaidah medis dan agama.

Menyadari bahwa impian ini tak lazim, maka saya harus berani mempopulerkannya. Di tahun 2017, Kementerian Informasi dan Komunikasi membuka kegiatan skala nasional bernama 1000 Start Up Digital. Di sinilah saya yakin untuk mulai mempopulerkan Donor ASI yang aman sebagai sebuah solusi bagi permasalahan gizi bayi.

Dari kegiatan ini terhasilkan sebuah karya bernama Lactashare, aplikasi Donor ASI Pertama di Indonesia. Lactashare berkolaborasi dengan MUI Kota Malang untuk menerbitkan sertifikat sepersusuan agar pencatatan mahram persusuan rapi dan terjaga hingga 30-40 tahun mendatang.

Kemunculan Lactashare di bumi pertiwi membuat kami terbang ke Jakarta untuk diliput media Berita Satu TV dan DAAI TV, dan membuat kami bertemu dengan kesempatan besar lainnya seperti diundang ke rumah dinas Gubernur DKI Jakarta Bapak Anies Baswedan dan Ibu Ferry Farhati, masuk menjadi 20 besar dalam ajang kompetisi dan inkubasi start-up The NextDev Telkomsel, dan bahkan terpilih mewakili Indonesia dalam program sosiopreneur di University of Connecticut Amerika Serikat.

Di tahun 2018, saya tercatat sebagai Pendiri Yayasan Lactashare. Dan setahun setelahnya, saya meluncurkan gagasan yang diberi judul "How Indonesia Human Milk Bank Works", yang berisi 40 tahapan prosedur Bank ASI Indonesia. Gagasan tersebut telah Lactashare sebarkan melalui program edukasi unggulan 'Melek ASI Menyusui', dan kami bisa pastikan 33.000++ Ayah Ibu dan tenega kesehatan telah memahami prosedur berdonor ASI yang aman, mengerti urgensi berdirinya Bank ASI dan mendukung berdirinya Bank ASI Syar'i di negeri ini.

Dan hingga Juli 2023 ini, atas izin Allah, Lactashare telah menyalurkan 7.781 liter ASI Donor. Telah tertolong 400++ bayi kritis yang kelaparan, telah terberdayakan 400++ ibu susu dari 4.400++ calon pendonor ASI, telah terbimbing 8.000++ ibu menyusui pada layanan konsultasi dan konseling laktasi dan 110 paket sembako gratis telah tersalurkan kepada para ibu menyusui kalangan dhuafa untuk membantu memenuhi asupan nutrisi mereka, gizi seimbang ASIpun lancar.

Saya meyakini, kontribusi Lactashare untuk ibu Pertiwi ini memiliki potensi besar untuk diluaskan manfaatnya, disempurnakan sistemnya, dan diduplikasi pada fasilitas kesehatan lainnya, dengan terlebih dahulu saya mempelajari ilmunya.

Data Lactashare 2022, potensi ketersediaan ASI Donor di Pulau Jawa bisa melampaui 9.994 liter/tahun, dengan 3 urutan tertinggi yaitu Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Dan 5 indikasi medis terbanyak untuk mendapat ASI Donor meliputi bayi prematur/BBLR, ibu penyitas Covid-19, bayi dengan weight faltering risiko stunting, bayi dengan alergi protein susu sapi dan bayi piatu/adopsi. Dan profil pendonor serta didominasi oleh ibu yang memiliki bayi jenis kelamin laki-laki sebesar 55.5% dan perempuan 44.5%.

Banyak tantangan besar yang saya dan tim hadapi untuk mengembangkan Lactashare. Dan kami menyadari bahwa Lactashare adalah satu-satunya Yayasan Donor ASI di Indonesia dan tidak ada badan hukum atau yayasan lain sebelumnya yang memiliki tujuan pendirian yang sama dengan kami.

Artinya, Lactashare adalah pelopor atas tujuan ini, dan itu memacu kami untuk terus menimba ilmu agar wawasan dan kemampuan kami bisa tumbuh lebih pesat melampaui tantangan yang harus kami hadapi.

Dua tahun berturut-turut, yaitu pada 2021 dan 2022, saya mewakili Lactashare diundang oleh Kemenkes RI sebagai pembicara pada Rapat Pembahasan Perancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Unit Donor ASI.

Kami mendukung penuh segera disahkannya Rancangan Permenkes tersebut, karena inilah produk hukum yang menjadi pelaksana teknis dari proses donor ASI yang aman di berbagai Rumah Sakit di Indonesia. Kami yakin, Indonesia memerlukan banyak tenaga ahli dalam membentuk sistem donor ASI terintegrasi sebagai bentuk implementasi dari Permenkes tersebut kelak. Besar harapan, saya dan tim Lactashare diberi kesempatan membaktikan diri pada negeri dalam kapasitas tersebut.

Bank ASI adalah fasilitas kesehatan yang belum pernah ada di Indonesia. Sistem dan prosedur Bank ASI juga belum pernah dibuat di negeri ini. Artinya, untuk menjadikannya ada dari yang awalnya tiada, diperlukan niat yang kuat, gagasan yang cemerlang, manajemen yang mumpuni dan kepemimpian yang handal dalam merealisasikan inovasi tersebut. Sekalipun telah ditetapkan 19 Mei sebagai Hari Donor ASI Internasional, dan telah berdiri 572 Bank ASI di dunia,  37 diantaranya terletak di Asia Tenggara, namun tidak serta-merta prosedur Bank ASI tersebut dapat seutuhnya diadopsi di Indonesia.

Perlu ada perumusan prosedur global dengan kearifan lokal di dalamnya, mengingat Indonesia adalah negara kepulauan dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, yang memiliki karakteristik yang tidak bisa disamakan dengan negara lain, baik dari segi ideologi bangsa, ekonomi, sosial, budaya, geografi, politik, pertahanan dan keamanan, dan perdagangan.

Tak ayal, bagai "Babad Alas" dalam istilah Jawa, dalam menginisiasi pendirian Bank ASI di Indonesia, diperlukan banyak disiplin ilmu. Bagai mendirikan sebuah Rumah Sakit, maka mendirikan Bank ASI dari hulu ke hilir adalah sebuah kompleksitas tersendiri.

Saya yakin, diperlukan ilmu seputar manajemen keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, stratejik, sistem informasi dan teknologi, logistik, mutu, lingkungan & arsitektur, pelayanan, penanggulangan bencana, lean, dan aspek hukum, dan lain sebagainya, yang bisa saya dan tim Lactashare dalami agar kami makin terampil menjadi pemimpin yang berintegritas dalam memajukan fasilitas dan pelayanan kesehatan, utamanya dalam menjaga konsistensi dan peristensi didirikannya Lactashare untuk bisa meraih visi, misi dan cita- citanya, yaitu mendirikan Bank ASI Pertama di Indonesia dan menjadi Pusat Penelitian ASI, Menyusui dan Donor ASI.

Ketahanan pangan sebuah negara, harus berawal dari keterjaminan bayi yang terlahir di bumi pertiwi untuk mendapat ASI. Karena pangan pertama dan terbaik bagi bayi manusia hanyalah ASI. Untuk itulah negara harus hadir untuk menjamin hak setiap bayi.

Dan ijinkan saya bersama Lactashare berdiri tegak disini untuk membela tangisan bayi-bayi yang kelaparan karena belum mendapat ASI yang cukup dari ibu kandungnya. Kehadiran Bank ASI Syar'i di Indonesia, sudah sangat mendesak. Sebagai kesatuan program dalam mencegah dan mengobati stunting, di 1000 Hari Pertama Kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun