Pertama, puasa dapat membersihkan dan meninggikan jiwa. Maksudnya adalah melalui berpuasa manusia dididik dan diajarkan untuk meningkatkan diri dari hanya sekedar sifat kebinatangannya saja, yang hanya mementingkan makan dan minum untuk memenuhi nafsu mengenyangkan perut semata.
Kedua, puasa dapat menimbulkan sikap toleran dan dermawan. Orang yang berpuasa akan dapat ikut merasakan betapa pahit dan getirnya orang-orang yang kelaparan dan kehausan. Dari perasaan itu akan muncul kesadaran terhadap sesame, bahwa betapa menderitanya orang-orang yang kelaparan dan kehausan diakibatkan memang tidak ada makanan atau kemiskinan.
Ketiga, puasa dapat membersihkan jiwa dari ikatan keduniaan dan kecintaan terhadap dunia. Hal itu dapat terjadi melalui latihan-latihan selama bulan Ramadhan, seperti dengan bershadaqah, infak, sabar, dan sebagainya.
Keempat, puasa dapat menimbulkan sifat memelihara amanah dan ikhlas beramal. Maksudnya, melalui berpuasa manusia dilatih untuk meluruskan niat ibadah dan menjauhkan diri dari segala bentuk kepura-puraan, riya dan pamer.
Kelima, puasa mampu mendidik diri untuk menjadi disiplin. Hal ini dapat terjadi karena melalui berpuasa manusia diharuskan untuk menghindarkan dari perilaku yang membatalkan puasa dan adanya batasan waktu puasa dari selepas subuh sampai maghrib, sehingga mau tidak mau manusia akan mengikuti aturan itu dan bersikap disiplin.
Keenam, dalam konteks kehidupan sosial, ibadah puasa melahirkan sikap-sikap solidaritas dan kepekaan sosial. Hal ini bukan saja terlihat dari menahan diri untuk tidak makan dan minum, melainkan dibuktikan pula melalui kesadaran dengan bersedia menyisihkan dari kekayaan untuk membayar zakat fitrah.
Penutup
Ramadhan bukan sekedar bulan yang di dalamnya dilaksanakan berbagai amalan dan ibadah untuk menggapai rahmat, maghfirah dan janji kebahagiaan di akhirat dari Tuhan, justru Ramadhan seharusnya dapat dijadikan sebagai landasan bagi individu-individu muslim untuk memunculkan sikap solidaritas sosial dan kepekaan sosial.
Sikap solidaritas sosial dan kepekaan sosial dari individu muslim tidak akan tercapai, jika pelaksanaan ibadah puasanya tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Oleh karena itu, sebuah keniscayaan untuk melakukan segala yang dilakukan Rasulullah di bulan Ramadhan agar tercapainya sikap solidaritas dan kepekaan sosial. Sikap ini pada lingkup yang lebih luas dan besar, yaitu di lingkungan masyarakat atau kehidupan sosial secara umum dapat menimbulkan perubahan sosial, sehingga terciptalah suatu kondisi masyarakat yang ideal serta diharapkan.
Akhirnya, penulis berharap melalui manfaat dan hikmah berpuasa yaitu, membersihkan dan meninggikan jiwa; menimbulkan sikap toleran dan dermawan; membersihkan jiwa dari ikatan keduniaan dan kecintaan terhadap dunia; menimbulkan sifat memelihara amanah dan ikhlas beramal; mendidik diri untuk berdisiplin; dan melahirkan sikap solidaritas dan kepekaan sosial, kondisi muslim, baik individu maupun kolektif menjadi semakin baik dan segala persoalan-persoalan yang menimpa kehidupan sosial umat Islam, khususnya di Indonesia dapat terpecahkan dan terselesaikan.
Referensi: