Dalam situasi kehidupan ini, banyak hal membuat kita tegang, yang dalam bahasa psikologinya adalah ‘stress’, pemicu ketegangan tersebut, diistilahkan sebagai stresor. Stres adalah kondisi dimana jiwa kita berada pada situasi yang membutuhkan perhatian, ketabahan dan keberanian, ketangkasan juga pengertian dari jiwa sendiri.
Akibat stres dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum: gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku. Ketegangan ini pada fisik ditandai dengan rasa kaku pada otot leher dan pundak,gejala migren ringan sampai berat, yaitu kondisi sakit kepala sebelah yang sangat menyiksa, dan gangguan pencernaan, gangguan tidur yang menimbulkan kelelahan fisik.
Tidak semua ketegangan itu bersifat negatif, sebab ketegangan yang diterima dengan positif bisa menjadi alat pendorong untuk kita melakukan hal-hal positif, sebagai contoh seseorang yang dikejar ‘deadline’ untuk karyanya, dia akan selalu mengingatkan kapan waktu itu akan habis dan sampai. Dalam proses itu jiwanya terpacu untuk menetralisir ketegangan yang terjadi, dengan mengerjakan tugasnya tersebut.
[caption id="attachment_143555" align="aligncenter" width="300" caption="by google"][/caption]
Banyak orang menjadi frustasi dan berlanjut menderita depresi, karena tidak bisa melalui proses ketegangan yang ada. Masih kita mengambil contoh dari kejaran ‘deadline’. Hal ini jika kita tunda-tunda waktu untuk mengerjakannya, hasilnya kita akan semakin stres sebab jiwa kita tahu, hal yang salah sudah kita tempuh. Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan pekerjaan.Ketidakpuasan adalah efek psikologis sederhana, tetapi paling nyata dari suatu ketegangan jiwa.
Banyak riset sudah menyimpulkan bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme tubuh, meningkatkan detak jantung dan tarikan napas, menaikkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan memicu serangan jantung.
Stres juga muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain, misalnya, ketegangan sikap, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan. Anehnya semakin kita frustasi semakin ‘buntu’ pikiran kita, akhirnya benar-benar tidak mampu mengerjakan tugas-tugas yang harus kita selesaikan, kita terjebaksikap yang suka menunda-nunda pekerjaan. Akibatnya bisa ditebak, kita semakin tenggelam dalam lautan ketegangan, sampai tidak bisa tidurnyenyak dan makanpun mulai tidak enak, emosi semakin labil, interaksi sosial menjadi buruk, dengan temperamen yang mudah meledak.
[caption id="attachment_143556" align="aligncenter" width="300" caption="by goolge"][/caption]
Faktor individual yang secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang.Artinya, gejala stres yang diekspresikan pada pekerjaan, bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang tersebut. Karakter malas dan menyepelekan waktu, menempati urutan pertama dalam stres akibat pekerjaan.
Kemajuan jaman membuat orang hidup dengan banyak masalah, Kita menjadi Stres dan sakit ketika jiwa kita tidak mampu menetralisir segala pencetus yang ada, diantaranya :
ªIntensitas persaingan karier yang ketat
ªVolume kerja yang bertambah, Target kerja meroket
ªBeban tanggung jawab yang lebih berat
ªLingkungan kerja berubah dengan pesat
ªSemua orang dituntut lebih berinovasi dalam hidup
ªPekerjaan yang menjemukan dan bermasalah
ªProblem pergaulan antar relasi bisnis.
ªProblem dalam rumah tangga, dengan pasangan atau anak-anak.
[caption id="attachment_143557" align="aligncenter" width="300" caption="by google"][/caption]
Kapan berubah?
Jika kita terus menyalahkan keadaan, jelas kita sendiri yang akan semakin dalam berkubang dengan banyak menyalahkan hal-hal yang ada disekitar. Padahal diri sendiri yang bermasalah. Kita harus membuat perubahan, dan hal tersebut dimulai secepat mungkin, sebab seburuk apapun hari kemarin,Tuhan selalu menyediakan hari yang baru untuk kita.Kita selalu diberi kesempatan baruuntuk melakukan sesuatu yg benar dalam hidup kita setiap harinya.Kita selalu bisa memperbaiki kesalahan kitadan melanjutkan alur cerita kedepannya sampai saat usia berakhir. Menyesali diri dan menangis karena peluang-peluang baik berlalu begitu saja, hanya membuat kita bertambah depresi.
Banyak gangguan kejiwaan yang bisa hinggap di diri kita, jika tidak mau menetralisir stres yang ada, sebagai contoh diantaranya:Enosimania dikenal juga dengan beberapa nama lain seperti Enissophobia, Enosiophobia, yaitu kondisi seseorang yang sangat alergi dengan kritikan, sampai membuatnya takut berbuat apa-apa karena takut dipersalahkan. Para ahli jiwa menyimpulkan beberapa keadaan fisik untuk orang yang mengindap Enosiophobia ini, begitu ada yang mengritiknya, keluar gejalanya napas pendek dan cepat, detakan jantung tak menentu, berkeringat, rasa muak yang memicu muntah-muntah, dan rasa gelisah yang luar biasa.
Gangguan kejiwaan yang terlihat ‘biasa’ dianggap umum yaitu, Trichotillomania, atau lebih dikenal dengan sebutan ‘trich’, yaitu gerakan reflek dalam bentuk penyiksaan diri yang ditunjukkan dengan berulang kali menjambak rambut sendiri jika dalam kondisi tertekan.Ada lagi Aboulomania bisa didefinisikan sebagai ‘penyakit’ keraguan atau ketidakmampuan seseorang untuk memutuskan masalah apapun, kondisi ketika mendapat tekanan keadaan, yang muncul rasa bingung tidak bisa berpikir sama sekali.
Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menetralisir ketegangan jiwa yang membawa kita ke alam frustasi, diantaranya, pergi mencari situasi baru dengan belibur dan menjalankan hobi pribadi, melakukan pertolongan dengan mengikuti kelas-kelas pelatihan relaksasi seperti yoga, meditasi dan sejenisnya.
[caption id="attachment_143558" align="aligncenter" width="300" caption="by google"][/caption]
Beberapa hal yang bisa kita terapkan untuk menetralisir stress yang ada, diantaranya:
ªMampu bertoleransi dalam berinteraksi dengan sesama
ªMempunyai rasa sayang terhadap siapapun
ªMementingkan kepentingan umum, diatas kepentingan sendiri
ªMempunyai sikap musyawarah untuk kebahagiaan bersama
ªRendah hati, tetapi tinggi/ kuat iman
ªBerusaha menjadi contoh kebaikan disetiap kelakuan
ªMempunyai kepercayaan diri yang kuat
ªMencintai tubuh sendiri sebagai kepunyaan Tuhan
ªMenerima segala yang terjadi dengan rasabersyukur
Stres membuat kita frustasi, berlanjut kearah depresi, saat ini orang yang menderita ‘sakit jiwa’ semakin bertambah, terutama ‘sakit jiwa’ terselubung.Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emawatimengatakan, Pasien gangguan jiwa ringan tahun 2010 mencapai 159.029 orang. Sampai triwulan kedua 2011 jumlahnya sudah mencapai 306.621 (media online)
Yang bermasalah dalam pengobotan, penderita tidak merasa dirinya bermasalah,bahwa dia bergaul dalam masyarakat luas, tetapi pemikiran dan pola interaksinya membuat lingkungannya tidak nyaman dan tidak tertutup kemungkinan, terjadi bentrokan fisik dan psikis yang parah, sebab diri orang tersebut, sering bertindak sebagai penyerang dan penghujat.
Teknologi kedokteran semakin canggih, saat ini mampu mengadakan pemeriksaan pada seseorang, apakah dia menderita depresi, hal tersebut bisa diukur melalui Air Liur, Urin dan setiap helai rambut. Orang yang stresmengandung hormon stres yang disebut kortisol.Hormon ini biasanya dilepas tubuh saat mengalami stres atau reaksi psikologis dan fisiologis atas perubahan situasi yang tidak dapat diterimanya.
Penulis studi Stan Van Uum dan Gideon Koren (Times of India) mengatakan: ”Kadar kortisol di rambut dapat menjadi prediktor kuat terjadinya serangan jantung, Ini bisa menjadi penanda biologis adanya stres kronis pemicu serangan jantung. Menjadi penting karena langkah pencegahan bisa dilakukan sedini mungkin sebelum serangan terjadi, sebab “Stres bisa dinetralisir”
Jangan Tunggu menjadi penderita stroke atau penyakit berat lainnya, mari kita mulai melakukan langkah-langkah cerdas untuk menetralisir stres yang ada dalam hidup ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H