Masalah uang sumbangan yayasan ini yang dalam dunia kami, bahasan di kalangan para dosen dikenal dengan istilah "yayasan rewog" atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan rakus, yang mana yayasan terlalu mengambil banyak keuntungan dari sirkulasi keuangan kampus tanpa adanya imbal jasa baik bagi mahasiswa maupun bagi dosen dan tenaga kependidikan, bahkan dalam beberapa kasus merugikan mahasiswa yang mana biaya perkuliahan tidak sebanding dengan fasilitas kampus yang didapat.Â
Lalu, bagaimana selanjutnya?
Bagi pergurun tinggi yang profesional dan disokong oleh yayasan yang profesional juga tidak akan pernah menjadi masalah ketika publik menanyakan mengenai penyelenggaraan kegiatan kampus, termasuk menanyakan pengeluaran dalam kegiatan wisuda.
Sebab, kampus yang dikelola secara profesional akan bersifat transparan dan memberikan infomasi kepada publik yang menjadi bagian dari kampus mengenai informasi yang sudah menjadi haknya.
Sebaliknya, jangan harapkan hal serupa akan didapat apabila perguruan tinggi dikelola dengan tidak profesional, bahkan dikelola dengan asal-asalan.Â
Dari penjabaran tersebut, tanpa membela para dosen maupun pejabat kampus, maka dosen dalam dunia kampus, khususnya di kampus swasta bukan merupakan aktor satu-satunya yang mana setiap kesalahan kebijakan berujung kepada kesalahan dosen, bisa saja di kampus swasta.
Rajinnya yayasan "mengepel" lantai kampus hingga mengkilap dan licin, menyebabkan dosen terpeleset dan ditertawakan mahasiswanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H