Mohon tunggu...
Kang Didin
Kang Didin Mohon Tunggu... Jurnalis - Saya adalah Penulis dan Videografer serta foto grafer apa saja

MENULIS SEDIKIT NGAWUR SELEPAS MUNGKIN

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menghitung Cinta Isoman

7 Maret 2023   15:49 Diperbarui: 7 Maret 2023   16:01 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat menjalani isolasi mandiri, kujalani semua dengan perasaan campur aduk. Yang bercampur kebanyakan soal rasa yang gak enak sebenarnya. Rasa sudah ga enak harus diaduk-aduk pula. Tapi so must go on. Apa yang terjadi terjadilah.

Untung saja laptop yang sudah berumur nyaris sewindu lamanya masih bisa lancar dipakai. Jadi saya bisa memanfaatkan waktu untuk menulis, atau menonton youtub. Mendengar music atau berselancar di mesin pencari.

Kekuatan terbesarku adalah dukungan dari keluarga. Anak-anak, isteri dan mertua tentu saja. Mereka semua bisa menerima kenyataan. Meskipun  pada akhirnya saya juga tau, bahwa mereka mendapatkan perlakuan khusus saat beraktifitas di luar rumah.

Contoh ketika ayah mertua adzan di mushola, maka yang datang berjamaah akan berkurang banyak. Maka kemudian ayah mertua memutuskan sementara tidak usah berjamaah di mushola. Anak-anak dijauhi teman-teman sepermainan karena ku.

Sementara isteri tentu saja bercerita tentang pandangan kurang enak dari tetangga lain. Ya. Korona ini sakitnya ga seberapa namun pedihnya luar biasa. Ini soal rasa dan empati cuuuk.

***

Ya saban hari isteriku berhitung kapan saya keluar dari kamar dengan merdeka. Aku tau ada rasa tidak sabar dalam dirinya. Sangat lumrah dan manusiawi. Sebesar kesabaran yang kami tumbuhkan sebesar itu juga ketidak sabaran akan tumbuh. Sebanding. Apa boleh buat pasrah dengan kawontenan.

Dari hari pertama setiap pagi dia menunjukan cintanya dengan mengatakan kurang 14 hari.

Esoknya, kurang 13 hari

Esoknya, kurang 12 hari

Esoknya, kurang 11 hari

Esoknya, kurang 10 hari

Esoknya

Esoknya

Esoknya

.....

***

Konsultasi dan komunikasi dengan petugas terus kami lakukan dengan baik. Setiap hari. Dari sejak hari pertama. Mengingat siapa sih yang mau komunikasi dengan kami saat begini. Kalau bukan mereka yang minimal bekerja dan diberi tugas untuk memantau kami sekeluarga, bahkan lingkungan sekitar. Saya sangat manut dengan keadaan ini. Yo wes...

***

Beberapa hal juga harus terpaksa sementara waktu ditinggalkan, tugas di gudang logistik KPU Kota Semarang dengan segala dinamikanya. Keseruan bekerja dengan bercucuran keringat, karena panas dan karena berat juga.

Kesabaran ekstra saat malam-malam melaksanakan tugas. Melakukan banyak kerja di kantor. Lebih tepatnya sih di gudang.  Kini sabar, karena hanya bisa menyaksikan aktivitas yang menyenangkan dari dalam kamar saja. Sementara media sosial dan WA terus saya hidupkan supaya saya tidak mati gaya. Maksudnya bisa tetap memantau kabar teman-teman di gudang.

Minimal sarana hiburan laaah, selebihnya ada komunikasi, ada perhatian, asupan semangat dan motivasi.  Ada juga nilai silaturahmi. Ben ketok kaya wong mbener... positif tingking. #taeknekora

***

Aku tuliskan cerita ini entah malam keberapa aku isoman. Selepas aku keluar rumah memandang hujan sambil minum kopi dan menghisap sigaret. Diteras depan rumah. Sesekali kulihat kubah megah mushola samping rumah.

Tuhan, nikmat sekali anugerahmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun