Mohon tunggu...
Kang Didin
Kang Didin Mohon Tunggu... Jurnalis - Saya adalah Penulis dan Videografer serta foto grafer apa saja

MENULIS SEDIKIT NGAWUR SELEPAS MUNGKIN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Manut Pepesthi Dalane Gusti

7 Maret 2023   13:06 Diperbarui: 7 Maret 2023   13:10 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kala itu awal desember 2020. Saat aku menjalani isolasi mandiri. Dikamar. Saat covid sedang merajalela di seantero jagadraya. Aku tulis cerita ini. Dikamar aku menjalani kurungan akibat terpapar covid. Meskipun termasuk tanpa gejala atau OTG.

Ini cerita singkat tentang anggota keluarga kami. Saat aku menjalani isolasi. Sebagai bagian dari takdir yang mesti berjalan.

Ya... Mbah Asiyah. Biasa kami panggil Po Yah.  Selama beberapa bulan tinggal Bersama kami. Kondisinya sudah sepuh, usianya sudah kepala 8. Hamper 90 tahun. Sudah hanya bisa duduk dan berbaring. Makan minum dan mandi sudah dilakukan oleh anak-anaknya yang  berbakti. Dimandiin, disuapin. Aku menyaksikan anak-anaknya melakukannya dengan penuh cinta.

***

Entah firosat apa, atau pengetahuan apa yang masuk kedalam benak om Kin . yang pasti itu adalah taqdir dan jalan Tuhan yang berlaku. Andaikan tetap di rumah ini, tentu akan membuat panik siapapun. Subhanalloh.

Apa yang dilakukan Om Kin semata firosat. Bahwa mbah harus dibawa Kembali ke rumahnya. Supaya lebih mudah dalam merawat kesehariannya. Dia gendong mertua perempuannya. Dibawa Kembali ke rumah . proses renovasi rumah sudah selesai dan bisa Kembali ditempati.  Semata menuruti kata hati. Katanya padaku.

Om Kin adalah menantu, suami dari anak bontot Mbah Asiyah.  

***

Sampai kemudian, singkatnya adalah pada hari ini senin petang  1 Desember 2020, Mbah Asiah dinyatakan meninggal dunia. Setelah beberapa saat sebelumnya om Kin datang ke rumah dan mengatakan bahwa Po Yah panggilan akrab Mbah Asiyah) sudah tidak bisa apa-apa.

Maka kala itu segera keluarga berkumpul, membacakan Yasin. Jadilah membaca Yasin dan saya tidak bisa karena masih mejalani isolasi.

Sekitar jam sembilanbelas lewat seperempat, Nisa ponakan kami datang ke rumah sambil menangis mengatakan bahwa Po yah sudah meninggal. Innalillahi Wa Inna ilaihi rajiuun.

Segera aku tulis status dan aku kabari karib saudara yang bisa aku kabari. Seperlunya saja. Sambil baca fatehah dan doa.

Saya tidak bisa mengiring jenazah Po yah ke pembaringan terakhir. Maafkan. Insya Allah doa kami untuk panjejengan Almarhumah Po Yah.

Sesuai rencana jenazah diberangkatkan jam sembilan. Sayup sayup aku mendengar seremoni pemberangkatan oleh Kyai Kyai desa kami. Aku dengar kyai suudi berdoa tahlil. Sambutan dari shohibul musibah adalah Kyai Adib. Sahabatku. Ya.....

Persaksian dan nasehat kepada kita yang hidup sayup terdengar. Melalui pengeras suara, ketika ditanyakan apakah termasuk wong sing sae, maka demi Allah saya bersaksi bahwa Po Yah wong apik. Beberapa bukti adalah donasi pembangunan masjid, sholat lima waktu dan Alhamdulillah anak perempuan yang kini menjadi mertuaku adalah perempuan sholehah yang berbakti kepada orang tua. Insya Allh.

***

Jam di laptop menunjukan pukul sembilan lebih dua puluh lima menit. 02/12/2020  persis helikopter lewat diatas kami. Saat saya mengetik ini. Dan seremoni pemberangkatan masih berlangsung. Kyai Adib memberikan nasehat hasanah tentang kematian.

Mugi-mugi arwah mbah Asiyah katampi Allah kalebet khusnul khatimah. Al fatehah.

Ingkang pungkasan kulo nyuwun paseksen bilih Mbah Asiyah kalebet ahli ibadah, kalebet tiyang sae napa sae..? , SAE SAE SAE al fatehah

Dilanjutkan doa pemberangkatan oleh Kyai Suudi. Allohuma Firlaha Warhamha Waafihi Wafuanha.

Saya bisa bayangkan keadaan itu...hanya bayangan saja.. asline mbuh kaya apa....jam setengah sepuluh persis  om Kin mengumandangkan adzan pemberangkatan.  Sugeng Kondur mbah..... Asiyah.

***

Hal aneh memang terjadi, dan baru aku sadari setelah berlakunya hal-hal yang juga musti berlaku. Pertama adalah simbah kami, mbah asyiah, yang beberapa lama bersama kami di rumah ini, mendadak diambil oleh om Kin. Kembali kerumah sebelum pindah kesini karena renovasi.  Itu hari selasa tepat tiga hari sebelum adik ipar dinyatakan terpapar positif corona.

Andaikan Po yah meninggal di rumah kami, sementara saya masih isolasi. Saya yakinkan bahwa tidak aka nada orang yang datang untuk berdoa, tahlilan atau yasinan. Dan itu pasti.

Terimakasih Tuhan. Kenapa ? Ada orang yang mampu membaca firosatnya dengan baik. Ya kabeh wis dadi pesthi. Sudah kepastian. Kepastian tentang jalan-NYA. Dalane Gusti Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun