Adakalanya, kau memang tak kuasa. Menahan ingatan, untuk tak pernah kembali ke kenangan. Sekali pun telah kau bunuh dengan sumpah. Kau tutup pintunya. Di atas keyakinanmu. Kau kira masalalu telah kiamat. Lalu sepasang kakimu seperti detik ingin mengejar abad-abad menjauhi kisah pedih.
Dan kutemui hatimu. Berhanyut-hanyut pada kekosongan. Di atas pencarian yang entah. Pada sepi yang kau anggap lebih memahamimu. Sunyi-sunyimu membeku di atas waktu.
Meski telah kuceritakan padamu, di Alisan keabadian sakura telah dilakoninya berabad-abad. Serupa lampion-lampion yang terus memanjat langit meski tak ia yakini bertemu tuhan. Namun hatimu tetap membatu.
Doa-doaku akan senantiasa leleh mengantar wangi dupa ke surga. Berharap langit mengirim keajabaiban. Menyembuhkan rasamu yang patah. Sehingga dukamu tak panjang. Lalu kulihat di matamu, cinta serupa bayi. Lahir di sana.
Baozhong, 19 April 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H