Dalam perenungan senja
Menanti hujan disaat cuaca panas
Berkeringat tanpa sebab
Seperti gelas kopi yang beruap
Mata slalu terbelalak terjadi saat ini
Demo.berjilid-jilid
Laksana penerbitanb uku
Di susul kata alumni setiap jilidnya
Mataku terbelalak berucap "Haaaaahh"
Kapan wisudanya ?
Awak angkutan selalu berseteru
Antara konvensional dengan Aplikasi
Selalu ribut di jalanan
Mataku terbelalak "Haaaaah"
Kapan dapat rejekinya ?
Pemutaran sebuah film juga ramai
Bukan bioskop lawan layar tancap
Tapi upaya reka ulang peristiwa penghiatan
Mataku kembali terbelalak "Haaaaah"
Kapan perdebatan opini terselesaikan ?
Peristiwa kemanusiaan nun jauh disana di ributkan
Bencana nasional pun ribut berkepanjangan
Rasa kepedulian di anggap pencitraan
Kembali mataku terbelalak "Haaaaah"
Kapan nyinyir diberhentikan ?
Garam dapur hilang di pasaran
Kalau pun ada berharga mahal
Namun petani garam tetap termarginalkan
Kembali mataku terbelalak "Haaaaah"
Sampai kapan menyalakan petani garam ?
Jagat asmara pun selalu dihebohkan
Penghianatan pada pasangan jadi hal kebiasaan
Banyak Juga yang tertagkap tangan
Hingga mataku kembali terbelalak "Haaaaah"
Sudahkah pada sebut Istigfarnya
Dan aku pun ada yang nembak ?
"Haaaaah"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H