Mohon tunggu...
Rizki AhmadNugraha
Rizki AhmadNugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Jambi

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan psikologi. Saya memiliki hobi bermain musik, membaca, dan juga olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Awas Kamu Bisa Menjadi Korban Selanjutnya! Kenali Apa Itu Paraphilia

3 Desember 2023   08:52 Diperbarui: 3 Desember 2023   08:56 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagian besar masyarakat mengetahui tentang gangguan seksual Parafilia dari internet, khususnya sosial media seperti Twitter, Tiktok dan Instagram. Lalu di google berupa artikel berita, edukasi seksual dan situs-situs Kesehatan. Kemudian dari film yaitu salah satunya yang disebut adalah Fifty Shades of Grey. Sedangkan sisanya mengetahui dari buku, materi mata kuliah, dan dari teman/keluarga.

Apa itu Parafilia

Parafilia adalah gangguan dan penyimpangan seksual dimana rangsangan seksual muncul nyaris secara eksklusif dalam konteks objek-objek atau individu-individu yang tidak semestinya (Durand dan Barlow, 2006). Berdasarkan (American Psychiatric Association, 2013) gejala dari parafilia biasanya ditunjukkan dengan adanya ketertarikan seksual yang terjadi secara intens dan terus menerus namun ketertarikan ini diluar dari rangsangan atau perilaku seksual yang normal, dewasa secara fisik dan adanya persetujuan antar pasangan. Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders seri ke 4 (2014), gangguan Parafilia diklasifikasikan menjadi delapan kondisi yaitu: Eksibisionisme, Fetisisme, Frotteurisme, Pedofilia, Masokisme, Sadisme, Transvetisme, dan Voyeurisme.

Voyeurisme, merupakan gangguan dimana individu merasakan gairah seksual dengan mengamati atau melihat secara diam-diam orang yang telanjang, sedang melakukan aktivitas seksual, atau sedang membuka pakaian.

 

Eksibisionisme, merupakan gangguan dimana individu merasakan gairah seksual dengan menunjukkan alat kelaminnya kepada orang asing tanpa adanya persetujuan dari orang tesebut. Penderita ini umumnya melakukan aksinya di depan umum namun dalam kondisi dimana korban tidak dapat menjangkaunya.

Frotteurisme, merupakan perilaku menyimpang dimana seseorang mendapatkan kepuasan dengan cara menempelkan atau menggosokkan alat kelaminnya kepada orang lain dengan sengaja tanpa persetujuan orang tersebut.

Berikut pengakuan dari salah satu saksi aksi frotteurisme, “Seorang laki-laki mengeluarkan kemaluannya dan berupaya mengggesekkan ke paha dan bokong perempuan di antrean TransJakarta. Yang saya rasakan adalah marah dan ingin menendang mukanya dan menginjak kemaluannya sampai luka berat, tetapi ditahan orang sekitar,” 

Masokisme, merupakan gairah atau kepuasan seksual yang didapatkan dengan melibatkan kekerasan seperti diikat, dipermalukan, dipukuli atau dibuat menderita

Sadisme, umumnya berpasangan dengan masokisme. Pengidap gangguan ini akan merasakan kepuasan seksual dari penderitaan fisik maupun psikologis yang dialami lawannya. Hal ini bisa juga terjadi tanpa adanya persetujuan dari korban yang diberikan kekerasan.

 

Pedofilia, merupakan fantasi, tindakan secara berulang yang membangkitkan gairah seksual dengan cara melibatkan aktivitas dewasa dengan anak-anak atau anak praremaja yaitu umumnya usia 13 tahun atau bahkan lebih muda. 

“Pada saat itu, usia saya masih 9 tahun. Saya begitu polos untuk menerima tawaran diantarkan pulang oleh guru ngaji saya. Pada saat itu, saya dimintanya untuk duduk depan (di motornya). Saya kira saya langsung diantar pulang, namun pelaku malah mengajak saya mengitari lingkungan tempat ngaji kami sebentar. Melalui jalan-jalan yang sepi, tangan nakalnya mulai meraba kemaluan dan bagian dada saya. Saya awalnya tidak sadar bentuk perlakuan kurang ajar itu, saya baru menyadarinya ketika saya sampai di rumah,” ucap salah satu korban pelecehan seksual oleh Pedofilia.

Transvetisme, merupakan gairah atau kepuasan seksual yang didapat dengan cara berpenampilan seperti lawan jenis atau cross-dressing.

Fetisisme, merupakan gangguan terhadap dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang kuat dan selalu berulang yang melibatkan benda mati, seperti pakaian (bra, celana dalam, kaus kaki, sepatu, boot, kulit, sutra, dan sejenisnya). 

 

Terdapat beberapa faktor yang berpeluang untuk membuat seseorang mengalami gangguan parafilia, yaitu faktor dari dalam diri sendiri dan faktor dari luar. Faktor-faktor dari luar diri sendiri meliputi:

a.     Pola asuh orang tua yang permisif (tidak ada komunikasi dua arah antara anak dengan orang tua).

b.     Ibu yang terlalu dominan dalam pengasuhan.

c.     Orang tua yang tidak memberikan pendidikan seks kepada anak.

d.     Lingkungan bermain, belajar, dan masyarakat yang mendukung untuk berkembangnya penyimpangan seksual.

e.     Punya pengalaman menjadi korban pemerkosaan/pelecehan seksual.

f.      Penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang.

Terdapat beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk mencegah gangguan parafilia diantaranya yaitu :

a.     Komunikasi dua arah antara orang tua dan anak

b.     Peran orang tua sebagai pendamping, pendidik, dan pemantau dalam pendidikan seks kepada anak

c.     Memakai pakaian yang sopan sehingga tidak akan mempengaruhi orang lain untuk melakukan pelecehan seksual

d.     Menghindari media sosial yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi

e.     Tidak mengonsumsi alkohol dan obat-obat terlarang

f.      Menambah ilmu pengetahuan tentang aktivitas seksual yang sehat dengan cara mengikuti seminar kesehatan atau membaca konten terkait

G. Memilih lingkungan belajar dan bermain yang mendukung untuk kegiatan-kegiatan positif.

Gangguan parafilia adalah jenis gangguan mental yang dapat diobati. Pengobatan ini dilakukan untuk mengubah pola gairah dan ketertarikan seksual, mengurangi dorongan seksual, memodifikasi fungsi kognisi dan sosial untuk interaksi seksual yang tepat, dan untuk mengurangi kebiasaan agar tidak mengulanginya lagi

Biasanya pengobatan Parafilia dalam bentuk terapi. Terdapat beberapa terapi yang direkomendasikan untuk penderita parafilia, seperti perilaku kognitif, terapi kelompok, program 12 langkah untuk kecanduan, rekondisi orgasmick, terapi hormon, serta mengonsumsi obat-obatan

Gangguan parafilia adalah hal yang penting untuk diketahui oleh masyarakat umum. Pengetahuan yang lebih baik tentang parafilia dapat membantu dalam mengurangi stigma terhadap individu yang mengalami gangguan ini. pamahaman tentang parafilia membantu kita untuk menyadari potensi risiko terkait dengan jenis perilaku seksual yang tidak biasa, perilaku seksual yang sehat dan perilaku yang menyimpang. sehingga dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi mereka yang mungkin memerlukan bantuan perawatan. 

jiunkpe-is-s1-2019-51415048-44785-penerimaan-chapter1 (4). (n.d.).

 Novianti, L. E., Noer, A. H., Qodariah, L., Moeliono, M. F., Pebriani, L. V., Joefiani, P., & Ardiwinata, M. (2018). Program Psikoedukasi Untuk Meningkatkan Pengetahuan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Tentang Ciri Perkembangan Anak Usia Pra-Sekolah (2-5 Tahun). Journal of Psychological Science and Profession, 2(1), 51–54. https://doi.org/10.24198/jpsp.v2i1.15286

 Of, M., & Disorders, M. (2013). Desk reference to the diagnostic criteria from DSM-5. In Choice Reviews Online (Vol. 51, Issue 04). https://doi.org/10.5860/choice.51-1822

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun