Mr. Dummy mengulurkan tangan untuk menjabat tanganku. Tiba-tiba saja bukan hanya menjabat tangannya erat, aku pun berusaha memeluk Mr. Dummy sambil berbisik kepadanya.
"Benar, apa yang telah bapak-bapak itu katakan?." Kataku sambil berbisik ditelinganya.
Badan Mr, Dummy terguncang hebat, laki-laki yang ku anggap paling tegar dan sabar itu akhirnya tumpah juga tangisnya. Dalam isaknya, ia masih sanggup berkata-kata. "Aku laki=laki, Pak!, Aku laki-laki!, Aku bukan orang bodoh, Pak!, Aku bukan orang tolol, Pak"
Kedua polisi berpakaian preman itu akhirnya melerai Mr. Dummy.
"Ma'af." Hanya suara singkat itu yang keluar dari mulut polisi sambil memasang borgol ke lengan Mr. Dummy.
Baru kali ini aku lihat mata elangnya Mr. Dummy, mata yang lapar dan marah dibasahi air mata. Ya, aku lihat ketegaran dan keberanian di kedalaman matanya.
"Sukses, Pak!." Kataku sambil menepuk-nepuk bahunya. Kedua polisi menggiring Mr. Dummy keluar dari ruang kantorku.
Setelah kepergian mereka. Aku pun bingung, kenapa aku katakan sukses pada Mr. Dummy. Apakah aku sudah tak waras, menganggap seorang pembunuh seperti Mr. Dummy sebagai orang yang sukses?.
Ya, Bagiku Mr. Dummy telah sukses sebagai seorang pemberani yang telah menyelesaikan masalah dengan cara yang ia pilih. Sedangkan aku?. Ya, aku hanyalah orang tolol. Yang telah berlarut-larut mendiamkan dan tidak berani menyelesaikan permasalahanku dengan istriku sendiri.
*****
Kutu Kata si Kutu Buku Rangkat, Lelaki Yang Tak Punya Rasa Cemburu, 12062012