Pada suatu sore, teman sekampusku dulu datang ke rumah.
"Aku mau nganter undangan, Bro." Kata temanku membuka pembicaraan.
"Hah, siapa yang mau kawin?. Anakmu?. Memangnya anakmu sudah selesai kuliahnya?." Tanyaku sambil menerima undangan itu.
"Hahaha, masa lupa sih?, anakku kan baru SMP. paling umurnya selisih berapa tahun saja dengan anakmu." Jelas temanku.
Aku baru ingat, selisih tiga tahun saja perkawinannya dengan perkawinanku. Jadi kira-kira anakku lebih muda tiga tahun dengan anaknya.
Setelah temanku pergi. Aku hanya bengong saja menatap undangan berwarna merah itu. So what?, sandiwara rumah tangga apa lagi ini?. Sebuah rumah tangga yang nampak adem ayem itu ternyata menyimpan bara yang panas begitu lama.
Setahun usia putriku. Badai telah menghantam rumah tanggaku. Aku menemukan surat cinta istriku dari seorang pilot senior teman kerjanya. Ya, aku ingat dulu waktu di kampus, Don Juan memamerkan pacar barunya yang seorang pramugari. Kami para jomblo cuma bisa iri melihat kemesraan Don Juan dengan pacarnya. Don Juan yang ganteng dan kaya serta si pramugari yang cantik, Sebuah pasangan serasi tanpa cela,
Sejak kejadian itu, kami hidup serumah tapi pisah ranjang. Keputusan kami yang sudah bulat untuk bercerai ditunda sampai putri kami besar dan mau mengerti keputusan yang telah diambil oleh kami orang tuanya. Begitu penjelasan Don Juan padaku.
Kini aku dan Angie sudah resmi bercerai. Putriku lebih memilih hidup denganku. Datang ya ke pesta pernikahanku?, awas jangan sampai gak datang!. Begitu pinta Don Juan padaku.
Selagi aku bengong menatap surat undangan. BB istriku berdering. Istriku sedang mandi. Biasanya aku tak perduli dan mendiamkannya saja. Tapi kali ini tidak.
"Haloooowww sayang, lagi apa ... qikqikqikqikqikqik." Suara seorang laki-laki dari BB istriku.