"Halo, Hei siapa ini?. Jangan kurang ajar ya!. Halo, siapa ini?!." Tanyaku marah.
Suara ketawa kuntilanak itu makin lama makin hilang. "Bangsat!, kurang ajar!." Ku banting BB istriku sambil teriak-teriak marah. Siapa laki-laki itu?. Tanyaku dalam hati. Hati yang telah hangus dibakar cemburu.
*****
Sejak kejadian itu. Komunikasi aku dan istriku telah sebulan terputus. Dia berusaha menjelaskan kalau laki-laki itu hanyalah teman sekolahnya dulu yang suka bercanda. Ah, siapa yang bisa percaya?. Istriku telah bersumpah-sumpah kalau ia tidak ada hubungan apa-apa dengan lelaki kuntilanak itu. Tapi aku lebih save berlindung pada dinding tebal rasa cemburuku.
Tok! Tok! Tok!. Terdengar suara pintu ruang kerjaku diketuk dari luar.
"Masuk!."
Dua orang berpakaian jaket hitam dengan kepala berrambut cepak, masuk kedalam ruanganku kemudian duduk di hadapanku.
Salah sorang dari mereka menjelaskan bahwa mereka membawa surat penangkapan untuk Mr. Dummy yang diduga telah melakukan pembunuhan terhadap seorang laki-laki ABG.
"Apa bapak tidak salah orang?." Tanyaku tak percaya dengan penjelasan orang itu.
"Demi penyelidikan lebih lanjut makanya Mr. Dummy akan kami bawa ke kantor polisi." Begitu penjelasan orang itu.
"Selamat siang, Pak." Mr. Dummy masuk ke dalam ruang kerjaku setelah aku suruh office boy untuk memanggilnya.