Pohon kata-kata yang tumbuh di halaman batinku.
Bu, sejak kapan ia tumbuh?. Tanyaku pada ibu.
Bersamaan dengan kau tumbuh dan mulai bisa berkata-kata.
Rawat dan jagalah ia. Pinta ibu padaku.
Semai dan pupuki ia.
Biar ia rimbun dengan berjuta aksara yang berjuntai-juntai menyapa.
Akarnya menancap kuat di jiwa yang basah.
Disitulah tempat para penyair berteduh lelah.
Bertatap kata dengan Dia sang pencipta kata.
Begitu, ibu bercerita tentang pohon kata-kata...
yang tumbuh di halaman batin sang penyair.
Aih, pohon kata-kata yang indah, batangnya adalah cipta, ranting-rantingnya adalah karya, tunas-tunasnya adalah asa.
Ibu, bilakah pohon kata-kata ku seindah pohon kata-kata sang penyair?.
Sayangi ia dengan segala rasa dan warna.
Cinta ia dengan segenap jiwa dan raga.
Karena ia adalah lidah, darah dan nyawamu juga.
Benar katamu ibu, pohon kata-kata itu sudah mau bercerita padaku.
Tentang surga, tentang Dia ... yang suatu ketika aku sempat bertegur sapa dengan-Nya.
*****
Kutu Kata si Kutu Buku Rangkat , Pohon Kata-Kata Yang Tumbuh Di Halaman Batinku, 13052012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H