Suara serak penuh emosi berenergi dan dentuman drum khas Phil Collins rasanya memang tak tergantikan, sebagai mantan pentolan dan kreator kreatif Genesis. Lahir di Chiswick, London, 30 Januari 1951, pria yang kini berkepala plontos ini, tak hanya menjadi ikon dalam dunia musik progresif, tetapi suaranya tetap menggema menembus batas generasi, bahkan ditengah kemunduran fisiknya di usia senja. Dari Album Atrick of the Tail (1975) dan Duke (1980). Dan lagu "Turn It on Again; Follow You Follow Me; Home By the Sea; dan Invisible Touch" hingga musiknya soundtrack ikonik seperti "You'll Be in My Heart" dari film Disney Tarzan, yang memenangkan Academy Award.
Â
Tak Pernah Sepi Panggung Dari Genesis Hingga Solo Karier
Tak hanya menjadi ikon dalam dunia musik progresif, Phil Collins juga berhasil merajai tangga lagu sebagai solois. Konser dan perform panggungnya tak pernah sepi penonton yang menikmati musik berkarakter gaya Phil Collins. Nama Phil Collins tak pernah lepas dari perbincangan para pecinta musik era '70-an hingga '90-an. Bahkan, di tengah kemunduran fisiknya di usia senja, suaranya tetap menggema, menembus batas generasi.
Menggantikan Peter Gabriel, vokalis utama Genesis yang mengundur diri pada 1975, Collins yang awal bergabung di Genesis sebagai drummer dan vokalis latar, akhirnya mengambil alih posisi sebagai vokalis utama di era kejayaan musik progresif. Genesis mampu menunjukkan diri menjadi salah satu band yang mendefinisikan genre ini dengan musikalitas yang rumit dan lirik yang puitis.
Perlahan Collin yang memimpin Genesis digaris depan mulai menggeser arah musik progresif yang kompleks kearah pop rock yang lebih ramah telinga, namun tetap dengan sentuhan megis mereka.
Musik progresif memiliki struktur lagu yang kompleks. Lagu-lagunya biasanya memiliki durasi panjang dengan banyak perubahan tempo, dinamika, dan tanda birama. Lirik musik progresif puitis dan naratif. Genesis sering menggunakan lirik yang abstrak, penuh alegori, dan mengisahkan cerita-cerita fantasi atau mitologi. Elemen kunci gaya musik ini penggunaan keyboard melodi yang rumit, solo gitar yang panjang, dan arensemen multi-layer. Di era ini musical yang bersifat teaterikal sangat menonjol.
Lewat Album seperti A Trick of the Tail, Duke, Abacab, dan Invisible Touch, Collins membuktikan kemampuannya membawa Genesis ke masa depan yang cerah tanpa kehilangan daya tarik musikalnya. Lagu seperti "Follow You Follow Me, Misunderstending , dan Turn It On Again" menjadi bukti betapa Genesis tetap relevan meski terjadi pergantian dinamis dalam formasi mereka.
Rasanya dunia musik terasa begitu kecil menampung ledakan bakat besar Phil Collins jika ia hanya berada di Genesis. Pada 1981, ia memulai debut baru dengan merilis album solo dalam album Face Value. Lagu In the Air Tonight langsung mencuri perhatian. Nuansa gelap dan dentuman drum yang ikonik, menjadi anthem bagi generasi yang sedang bergelut dengan realitas emosional.
Saat berkarier Solo, tema-tema lagu Collins bersifat lebih personal, cenderung intim dan langsung. Pengalaman emosional pribadinya, kala mengalami perceraian dalam pernihakan dan refleksi diri terasa benar pada lagu "In the Air Tonight" dan "Against All Odds". Phil Collins juga bereksperimen dengan music pop, soul, jazz, dan bahkan big band jazz. Musiknya menunjukan genre yang lebih beragam. Seperti terdengar di album, No Jacket Required yang penuh dengan lagu pop energik. Dan tema sosisl yang mendalam di album "...But Seriously".
Lagu-lagu solo Collins juga didominasi produksi pop mainstream. Collins menjadi leader utama produksi musiknya, menciptakan karya yang lebih condong ke arus utama dengan elemen ritme yang khas dari dentuman drum yang dimainkannya, selain sebagai vokalis.
Collins bersama Genesis adalah bagian dari sebuah mesin kreatif kolektif, sementara karier solonya adalah cerminan pribadinya sebagai seniman yang ingin mengekspresikan diri tanpa batasan band. Kedua fase ini melengkapi dan memperkaya warisannya sebagai salah satu musisi paling berpengaruh di dunia.
Album-album solo Collins berani menunjukan fleksibelitas musikal yang jarang dimiliki artis lain. Eksplorasi genre musik yang berbeda, dari pop, rock, hingga sentuhan jazz dan soul. Semua menunjukkan ambisi Phil Collins sebagai musisi solo. Terlihat pada lagu "Sussudio" dalam album No Jacket Required (1985). Sisi introspektif dengan lirik yang lebih berat dapat dilihat di lagu "Another Day in Paradise" dalam album "...But Seriously".
Selain bersolo karier sebagai vokalis, Collins juga berkarir sebagai actor (serial televisi "Miami Vice"). Dia juga sering menjadi drummer tamu untuk konser-konser Rober Plant dan Eric Clapton. Ketia ia cabut dari Genesis pada 1996, banyak orang meramalkan, ini adalah akhir perjalanan Ganesis.(?)
Â
Karakter Vokal Yang Ikonik
Tony Banks (Keyboards) dan Mike Rutherford (Gitas, Bas) dua orang diantara pendiri Genesis berspekulasi tinggi memilih Phil Collins, saat mendapuknya menjadi Vokalis utama Genesis, kala ditinggal pergi Peter Gabriel. Pada awalnya banyak pihak yang meragukan, namun Collins membuktikan dirinya sebagai seorang penyanyi handal dan suaranya juga mirip Gabriel (Setidaknya pada awalnya).
Diluar keahliannya sebagai drummer, karakter vokal Collins menjadi salah satu elemen yang membuatnya begitu istimewa. Suaranya yang serak namun penuh emosi dan energi mampu menyampaikan berbagai nuansa, dari kemarahan dan kehilangan hingga cinta dan harapan. Tidak banyak vokalis yang bisa membuat pendengar merasakan kedalaman emosi hanya dengan cara mereka menyanyikan sebuah frasa, dan Collins adalah salah satunya.
Bukan hanya kemampuan bermain dram atau menulis lagu, Collins dengan kualitas suara vokalnya yang serak, mendalam dan penuh emosi adalah medium sempurna menyalurkan isi pesan lagunya. Kala bernyanyi Collins menciptakan koneksi emosional yang intim dengan pendengarnya. Dari amarahnya yang mendidih di lagu "Mama" hingga kehangatan mendalam di lagu "You'll be in My Heart".
Selain itu ada kejujuran dan kerentanan yang terpancar, menjadikan lagu-lagunya terasa personal meski berisi tema universal, saat Collins bernyanyi. Karakter vocal ikonik nya menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai genre yang ia eksplorasi, membuat musiknya diterima luas oleh berbagai kalangan pecinta musik. Sejatinya Vokal Collins adalah jantung dari musiknya.
Â
Legenda Hidup Yang Tak Pernah Sirna
Sama halnya dengan musik yang memiliki sejuta irama, kehidupan Phil Collins penuh lika-liku, di balik kesuksesan musiknya. Kehdupan pribadinya berantakan. Pernikahan indahnya  berakhir dengan perceraian.  Masalah kesehatan juga menggrogotinya. Tekanan industri musik yang gila sempat membuatnya vakum.
Namun, bukan Phil Collins namanya bila ia menyerah. Collins bukan tipe pria yang mudah kalah dengan tantangan. Pada 2016, ia kembali ke panggung dengan tur bertajuk Not Dead Yet, mengisyaratkan bahwa semangat musiknya masih menyala. Belum mati.
Kini di usia 70-an, Collins tetap menjadi legenda hidup. Popularitasnya belum sirna. Bintang kemasyurannya masih menyala. Meskipun kesehatannya membuatnya harus tampil duduk di atas kursi roda, penonton tetap terpukau oleh kehadirannya yang karismatik. Generasi baru pun mengenal musiknya lewat soundtrack ikonik seperti "You'll Be in My Heart" dari film Disney Tarzan, yang memenangkan Academy Award.
Warisan Musik Lintas Generasi
Phil Collins adalah bukti nyata bahwa musik tidak mengenal batas waktu. Ia bisa menembus lintas generasi. Membuang sekat-sekat yang kadang memisahkannya. Dari Genesis hingga karier solonya, ia telah menciptakan lagu-lagu yang menjadi soundtrack kehidupan jutaan orang. Dalam setiap dentuman drum dan bait lagu dinyanyikannya, tersimpan jejak emosional yang menghubungkan Collins dengan para pendengarnya di seluruh dunia.
Dunia musik boleh terus berubah. Vokalis dan musisi baru hadir, Â datang dan pergi memberi warna. Namun nama Phil Collins tetap menjadi sebuah ikon jangkar. Mengikat dan menambat emosional pendengarnya di seluruh dunia. Dengan dentuman dram dan suara serak penuh dinamika. Seperti halnya "In the Air Tonight dan Another Day in Paredise" yang tak lekang oleh waktu, suara dan musikalitas Collins akan terus bergema. Selalu ada ruang di hati para penggemar untuk seorang pria yang telah menulis sebagian besar bab dalam sejarah musik progresif, Pop, Rock, Jazz, Soul hingga Modern.
Jkt/18012025/Ksw/115
# Kompasioner adalah Pecinta lagu-lagu Phil Collins (Genesis With Phil Collins)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H