Limbah kotoran unta yang jumlahnya ribuan terlihat dikelola dengan sangat baik, sehingga tak terlihat banyak kotoran unta di sana-sini. Bau tak sedap kotoran unta pun masih bisa ditolerir, dan hanya sedikit tercium di titik lokasi berkumpulnya untuk menunggu penumpangnya. Artinya pengelola wisata sudah sangat baik menangani limbah.
Demikian pula pengelolaan toilet yang kondisinya relatif bersih. Aroma khas toilet di China memang tak sepenuhnya dihilangkan. Hal ini terkait dengan asupan jenis makanan dan minuman rata-rata orang china di sana. Namun secara umum terlihat sangat baik dan bersih dalam mengelola air dan limbah yang ada.
4. Ekonomi dan Keterlibatan Penduduk Lokal
Pengelolaan objek wisata Gunung Pasir Bernyanyi ini melibatkan banyak penduduk lokal. Unta-unta yang jumlahnya ribuan di padang pasir ini dimiliki oleh penduduk lokal.
Asosiasi mengatur penyewaan unta untuk dikendarai wisatawan dengan pemilik sebagai penuntun unta. Penomoran punggung unta mempermudah pengaturan. Sehingga terlihat setiap rombongan mempunyai unta dengan jumlah yang tidak sama.
Dengan penggunaan unta sebagai objek wisata, pendapatan penduduk lokal untuk kesejahteraan hidupnya terus terjaga. Belum lagi tip atau apresiasi langsung sebesar 10 yuen per orang dari setiap rute perjalanan unta yang dilakukan. Semua cukup berkontribusi bagi kesejahteraan penduduk di sekitar objek wisata.
Penduduk lokal yang tidak memiliki unta diberi kesempatan untuk berdagang di sekitar lokasi pembelian tiket dan menuju parkiran bus yang datang dari beberapa penjuru kota.
Dari makanan dan minuman khas lokal, souvenir, kelengkapan wisata seperti topi, payung, sal masker, sarung sepatu untuk menghindari pasir, hingga penyewaan baju dan rias wajah.
Maka tak heran di Mingsha Shan terlihat banyak “bidadari-bidadari” cantik china turun ke bumi ditemani pangeran-pangeran dari dunia persilatan china. Menjadikan pemandangan semakin meriah. Penuh pesona, ala China.
5. Edukasi Wisatawan