Memulai Tur di City Hall
Petugas berseragam khusus menyapa dengan ramah saat saya menyodorkan voucher reservasi untuk tur di city hall. Memberi arahan teknis pelaksanaan dan memberi stiker berbentuk bulatan-bulatan kecil berwarna jingga sesuai dengan jumlah anggota dalam group kami. Sticker bulatan kecil itu pengganti karcis yang akan ditempelkan pada baju peserta sebagai tanda pengenal. Yang dengannya petugas lainnya dapat mengidentifikasi bahwa kami berada dalam satu group tur di dalam city hall.
Tas berukuran besar tidak diperkenankan dibawa ke dalam ruangan. Harus disimpan di ruangan khusus, yang dapat diambil kembali setelah tur di dalam ruangan city hall selesai. Mereka pun sangat friendly dengan para penyandang disabilitas. Memudahkan akses bagi yang menggunakan kursi roda dan lift untuk naik dan turun ke setiap lantai.
Kami menunggu beberapa saat sampai seorang petugas penjaga pintu memperkenankan kami masuk dan mengatakan bahwa pemandu tur group kami sudah menunggu di dalam ruangan. Seorang gadis muda, langsing, berambut pirang, dengan wajah menarik, tersenyum menyambut kami. “Wellcome to Stockholm City Hall”, sapanya ramah.
Ruang Banquet Nobel (Blue Hall- Blå Hallen)
Ruang terbuka dan luas itu berukuran 1.500 M2. Dengan Panjang 50 meter dan lebar 30 meter. Di sekelilingnya seakan dipagari dinding dengan pilar-pilar lengkung tapal kuda di atasnya, Lengkungan-lengkungan diatas pilar tersebut seakan menyatu, membentuk gelombang. Beberapa bagiannya memiliki materia senada dengan lantai. Berwarna marmer abu-abu kehijauan. Dengan ornament list berwarna abu-abu hijau gelap. Sementara dinding diatas lengkungan pada sisi lainnya terbuat dari bata merah.
Gadis muda, langsing, berambut pirang, dengan wajah menarik yang menyebut dirinya “Stephanie” ini mengajak group kami mengambil posisi agak ke sudut ruangan, agar mudah memberi penjelasan tentang ruang Blue Hall (Blå Hallen) yang memiliki nilai penting di Stockholm City Hall ini.
Ragnar Östberg, sang arsitek utama Balai Kota Stockholm, dalam rancangan awalnya ingin mengecat ruangan dengan warna biru. Setelah melihat hasil akhir desian nya dari batu bata yang tidak dicat, maka ia memutuskan tetap mempertahankan tampilan alami tersebut karena terlihat lebih indah dan megah. Ruangan ini tetap dinamakan Blue Hall, walau tidak ada warna biru yang mencolok dalam ruangan ini.