Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentadaburi Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Indeks Literasi", Sebuah Prestasi atau Tanda Keprihatinan

1 Maret 2024   06:03 Diperbarui: 2 Maret 2024   16:25 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penikmat Buku Sedang Asik Dengan Dunianya |Dok. readerdigis.co.uk

"Dalam parameter keberhasilan literasi sebuah negeri, pendidikan, akses ke pendidikan, kampanye literasi, kesejahteraan ekonomi, kemajuan teknologi, kebijakan pemerintah, dan kesadaran masyarakat menjadi faktor penilaian pencapaian angka indeks literasi. Walau tidak bisa dijadikan alat ukur yang general, karena setiap negara selalu memiliki tantangan yang unik dalam upaya meningkatkan literasi penduduknya."

UNESCO pada 2023 memberi nilai indeks literasi Indonesia di peringkat 71 dari 77 negara, dengan skor nilai 372.0. Menurut UNESCO, dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 yang memiliki minat membaca. Sebuah penilaian yang sangat memprihatikan untuk sebuah bangsa yang memiliki aneka ragam budaya, namun budaya litersinya sangat rendah.

Penelitian Program for International Student Assessment (PISA) dari Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) juga memberi penilaian, 91,58%. 

Masyarakat Indonesia berusia 10 tahun ke atas diklaim lebih memilih suka menonton televisi atau film dibanding membaca. Faktanya memang media sosial, streaming film, dan aneka game online merangsang secara instan dibanding buku atau bacaan lainnya.

Penikmat Buku Sedang Asik Dengan Dunianya |Dok. readerdigis.co.uk
Penikmat Buku Sedang Asik Dengan Dunianya |Dok. readerdigis.co.uk

Selain dua Lembaga dunia di atas, masih ada beberapa Lembaga yang memiliki kompetensi dalam mengukur dan membandingkan Tingkat literasi pada negara-negara di dunia, antara lain; World Bank, UIS (UNESCO Institut for Statistics), dan Global Partnership for Education (GPE) -- mitra global yang berfocus pada pendidikan dasar.

Dengan menggunakan data survei, tes, analisis yang komprehensiflembaga-lembaga tersebut membuat dan mempublikasikan peringkat literasi negara-negara dunia. Tentunya dengan metodologi dan kriteria yang berbeda mengakibatkan hasil peringkat dapat sangat variatif. Ini harus disikapi dengan bijak oleh semua pihak.

Faktor dan Parameter Penilaian Indeks Literasi

UNESCO dan lembaga-lembaga dunia yang memiliki kredibilitas dan kapabilitas menilai indeks literasi suatu bangsa dengan parameter seperti pendidikan, akses ke pendidikan, kampanye literasi, kesejahteraan ekonomi, kemajuan teknologi, kebijakan pemerintah, dan kesejahteraan masyarakat.

Pendidikan dasar, menengah, dan tinggi menjadi barometer pengukuran utama. Semakin berkualitas pendidikan suatu bangsa, semakin tinggi potensi warga negeranya memiliki pendidikan yang sangat baik. Yang menghasilkan generasi yang berkualitas dan berproduktifitas tinggi.

Di negara-negara yang memiliki sistem pendidikan yang kuat dan merata di hampir semua tingkatan pendidikan, cenderung memiliki tingkat literasi yang lebih tinggi.

Membaca Merangsang Imajinasi | Dok.elevationsrtc.com
Membaca Merangsang Imajinasi | Dok.elevationsrtc.com

Kunci lain yang memegang peranan penting meningkatnya literasi suatu bangsa adalah, akses ke pendidikan itu sendiri. Akses dan kemudahan ke fasilitas pendidikan dari dasar, menengah dan tinggi, termasuk di dalamnya lembaga sekolah, universitas, lembaga pelatihan, lembaga kursus, Balai Latihan Kerja (BLK), perpustakaan, taman baca, dan sejenisnya memainkan peran penting dalam mengkatkan literasi warga negeri.

Kesadaran berliterasi harus didorong secara terprogram dan kontinyu baik oleh pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi yang "concern" dengan dunia literasi, serta seluruh komponen masyarakat, untuk terus menjadikan literasi sebagai sebuah kegiatan yang menjadi kebutuhan hidup. 

Kampanye, promosi, inisiatif, dan insentif program tentang pentingnya kesadaran literasi menjadi hal yang penting dan terus digaungkan untuk meningkatkan literasi yang semakin baik pada seluruh anak bangsa.

Tak bisa disangkal bahwa faktor kesejahteraan ekonomi berpengaruh signifikan terkait akses ke pendidikan dan kesempatan belajar. Di negara-negara dengan ekonomi stabil, apalagi negara maju, Tingkat literasi warganya cenderung tinggi.

Untuk faktor ini peran pemerintah harus menjadi garda terdepan dalam penyelesaian atau meminimalisasi hambatan ke akses pendidikan yang ada. Beasiswa, subsidi silang biaya pendidikan, program pendidikan khusus, paket pendidikan gratis, dan program-program insentif pendidikan lainnya, bisa menjadi solusi bagi penyelesaian kendala yang dihadapi masyarakat yang memiliki tingkat kesejahteraan rendah.

Program wajib belajar hingga sekolah menengah atas mungkin harus menjadi program kegiatan mencerdaskan anak bangsa. Pengawasan dan manajemen yang baik dalam mengelola anggran negara untuk sektor pendidian wajib belajar ini menjadi kata kunci tercapainya tujuan dan amanat bangsa mencerdaskan warga negaranya.

Teknologi informasi dan komunikasi memainkan peranan penting dalam pengembangan semua aspek kehidupan masyarakat. Demikian juga keterkaitannya dengan peningkatan literasi. 

Negara-negara yang berhasil memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi akan lebih mudah mengakses ke semua sumber informasi dan pembelajaran. Yang berperan signifikan dalam meningkatkan literasi warga negaranya.

Peran dan kebijakan pemerintah adalah hal yang mutlak. Dukungan kebijakan berupa Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Penganggaran terstruktur dalam RAPBN yang diaplikasikan ke semua program pendidikan memberikan kontribusi maksimal bagi peningkatan literasi. Dengan catatan bahwa semua dapat terlaksana dengan sistem yang benar dan terarah, terkoordinasi dengan baik serta dievaluasi secara berkala.

Dan yang tak kalah pentingnya adalah kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam berperan aktif pada semua program-program literasi yang dikembangkan, disediakan, difasilitasi oleh semua pihak-pihak yang dalam meningkatkan literasi masyarakat luas.

Kreativitas meningkat Dengan Membaca Buku | Dok.grb.uk.com
Kreativitas meningkat Dengan Membaca Buku | Dok.grb.uk.com

Kalau Indeks Literasi Rendah, So What gitu loh!

Di atas sudah dinyatakan bahwa indeks literasi merujuk pada rendahnya minat membaca dibandingkan dengan melihat tayangan televisi, film atau media sosial lainnya. Walau sejatinya indeks literasi tidak melulu fokus diminat baca.

Dimensi lain yang juga berperan adalah akses terhadap bahan bacaan, seperti perpusatakaan, toko buku dan media lain. Lalu ada kecakapan, terkait kemampuan individu dalam membaca, menulis dan memahami teks. 

Kemudian ada pilihan atau alternatif, ini terkait aktivitas membaca di luar buku sebagai bahan bacaan, seperti artikel online, blog atau media sosial lainnya. Juga tradisi budaya, terkait kebiasaan yang terjadi di keluarga, lingkungan dan masyarakat sekitanya akan kegemaran membaca.

Artinya urusan literasi tak melulu pada soal membaca. Semua dimensi di atas saling terkait dan memberi pengaruh, berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik terhadap konsep literasi pada suatu bangsa.

Sebelum menjawab pertanyaan, "So What gitu loh?" ada baiknya kita pahami terlebih dahulu perbedaan signifikan antara buku sebagai bahan bacaan dan media sosial sebagai bagian dari media komunikasi. Mari kita diskusikan satu per satu.

Ditinjau dari aspek konten dan format. Konten di media sosial pada umumnya berkarakter singkat, padat, dan mudah dicerna. Tampil hanya beberapa detik saja dengan format isi pesan bervariasi. Sudah termasuk teks, gambar, video, dan audio.

Sementara, konteks buku lebih mendalam dan kompleks. Diperlukan konsentrasi dan waktu yang lebih lama untuk memahami isi bacaannya. Buku diformat dalam teks panjang dan terkadang disupport dengan kehadiran ilustrasi gambar, foto, atau grafik.

Ditinjau dari aspek interaksi dan keterlibatan. Media sosial memilki interaksi yang bersifat cepat dan instan. Respons berupa "like-suka; comment-komentar; ataupun share-berbagi" dapat terjadi hanya dalam hitungan detik. Kelemahannya adalah interaksi bersifat dangkal, respon spontan, tanpa rasa keterlibatan di dalamnya.

Memahami dan Mendalam Suatu Topik Dengan Buku| Dok. delinewtv.com
Memahami dan Mendalam Suatu Topik Dengan Buku| Dok. delinewtv.com

Keterlibatan pembaca dalam memahami buku yang dibacanya adalah aspek yang penting. Interaksi harus mendalam. Pembaca harus memahami topik bahasan, konteks, karakter, atau alur cerita. Keterlibatannya harus mendalam agar isi buku atau bacaan bisa dipahami dengan baik dan isi pesan dapat diterima.

Ditinjau dari dampaknya pada kognisi dan konsentrasi. Sering terpapar banyaknya informasi dalam waktu singkat, menjadikan pengguna media sosial sering kurang berkonsentrasi dan menurunnya fokus perhatian. 

Aspek kognisi tak terangsang untuk berkembang seiring dengan proses pembelajaran, karena stimulus diterima secara singkat dan jumlah yang begitu banyak dengan berbagai bentuk stimulus-stimulus.

Sementara dengan membaca buku aspek kognitif terangsang untuk terus memproses informasi lebih mendalam, mencoba mengorganisir, dan mengintrepretasi hingga memahami isi pesan di dalamnya. Semua proses membentuk konsentrasi yang tinggi dan meningkatkan fokus perhatian.

Ditinjau dari aspek tujuan dan hasil. Fungsi berinteraksi sosial di dunia maya, sebagai hiburan, dan mendapat informasi singkat menjadi tujuan utama media sosial. Hasilnya pun instan didapat dan segera terlihat. Seperti terlihat di tanda like atau sederet comment singkat. That's all.

Sementara buku digunakan untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan; memahami suatu masalah; dan mendapat hiburan dan pengalaman yang lebih mendalam. Bicara hasil, tuntunya membaca tidak dapat dirasakan secara langsung, namun dampaknya akan dirasakan dalam jangka Panjang.

Ditinjau dari aspek pilihan pribadi. Trend kekinian dan preferensi atau kesukaan pribadi menjadi alasan utama pemilih menggunakan media sosial. Sementara memilih buku atau bacaan lebih banyak membutuhkan pertimbangan dari tema, genre, minat pribadi, dan penulis buku.

Dari semua aspek yang menjadi pertimbangan kita memahami buku atau bacaan lain serta media sosial sebagai bentuk informasi terkini; ada hal terpenting yang harus kita pahami secara bijak; yaitu harus adanya keseimbangan memanfaatkannya; Juga eksistensi kita sebagai manusia sosial agar tetap terhubung dengan dunia secara luas. 

Di sisi lain kita juga memanfaatkan kekayaan ilmu pengetahuan yang terdapat dalam buku atau bacaan lainnya.

Membaca Diperpustakaan Bisa Memjadi Pilihan | Dok. readerdigis.co.uk -elevationsrtc.com-pinterset-
Membaca Diperpustakaan Bisa Memjadi Pilihan | Dok. readerdigis.co.uk -elevationsrtc.com-pinterset-

Sekarang mari kita coba menjawab statement, "So What, gitu loh ?" terhadap literasi yang rendah, terkait preferensi pada buku dan media sosial. Apa saja yang menjadi efek atau dampak jangka panjangnya, terutama pada Mmasyarakat secara umum.

Preferensi (kesukaan kepada) media sosial dibandingkan dengan minat membaca buku atau literasi secara jangka panjang akan memberikan dampak perkembangan individu dan masyarakat secara signifikan. Banyak aspek yang akan terpapar pengaruhnya.

Preferensi yang tinggi terhadap media sosial mengakibatkan paparan informasi singkat, hanya kulit luar atau permukaannya saja dari suatu konteks bahasan atau topik akan semakin tinggi. Pemahaman yang singkat dapat membatasi kemampuan mengolah informasi yang mendalam.

Kurangnya pendalaman materi mengakibatkan rendahnya pemahaman. Tidak terciptanya daya analisis yang kritis. Semua informasi terasa simple, mudah dan sesederhana itu. 

Daya kognitif tidak terangsang untuk mengorganisir, mengelola, menganalisis, menginterpretasi semua stimulus yang diterimanya untuk mendalami dan memahami suatu topik atau masalah.

Lain halnya dengan membaca buku atau literasi lainnya yang akan memperkaya kosa kata, mempertajam daya analisis kognitif, memperluas pengetahuan, serta meningkatkan pemahaman terhadap suatu subjek atau topik masalah. Membaca buku dan literasi akan memperkuat ketrampilan berpikir dan analisis yang kritis.

Kreativitas dan imajinasi pada menikmat media sosial sangat terbatas. Konten yang ditampilkan di media sosial, seperti video, foto, atau meme hanya dibuat oleh segelintir orang yang disebut konten kreator. 

Tapi para pengguna atau penikmat media sosial yang jumlahnya sangat besar jarang berkontribusi aktif menciptakan kreativitas baru yang imajinatif di media sosial. Walau belum ada data penelitian yang up to date tapi secara fenomena umum bisa terlihat jelas bahwa perbandingannya sangat jauh sekali.

Pada penikmat (baca: pembaca) buku atau literasi, pembaca bisa diajak memasuki dunia yang penuh imajinasi. Membaca cerita pengalaman seseorang di dunia travel yang berpetualang keliling dunia, seorang pembaca bisa menikmati dunia dalam imajinasinya tanpa harus mengeluarkan biaya, tenaga, dan waktunya.

Semua bisa menginspirasinya untuk bekerja lebih keras untuk melakukan hal yang sama dengan penulis dalam versi dan kapasitasnya. Bisa menginspirasinya menulis artikel petualangan dengan tema yang berbeda dari pangalaman hidupnya. Intinya kreativitasnya akan terangsang dan imajinasinya semakin meluas.

Membaca fiksi, puisi, cerpen, analisis politik, dan berbagai topik lainnya akan banyak menghinspirasi ide-ide baru yang lebih kreatif. Pembaca akan semakin tajam dalam menganalisis masalah dalam kehidupannya dengan referensi bacaan-bacaan literasi yang dinikmatinya setiap hari.

Memahami sebuah Topik dengan Membaca | Dok. huffpost.com via Pinterest.es
Memahami sebuah Topik dengan Membaca | Dok. huffpost.com via Pinterest.es

Sekarang ini banyak ditemui para pengguna media sosial yang mengalami stress, gonjangan jiwa, cyberbulliying, kecemasan, depresi, dan kecanduan yang semuanya karena terpengaruh oleh isi dan gaya hidup konten kreator.

Konten-konten yang ada membawa khayalan tentang hidup mewah, kehidupan yang mudah dan glamor yang jauh dari kenyataan hidup yang dihadapinya. 

Konten-konten yang menertawakan nasib dan kesialan orang lain, gibah, fitnah, dan masih banyak lagi aneka konten yang tidak mendidik. Walau kita tak menutup mata banyak juga konten yang bermanfaat. (Walau sekali lagi hanya dikulit luar atau permukaannya saja).

Lain halnya dengan pecandu buku (baca: penggemar buku atau literasi), baginya buku bisa menjadi kegiatan atau pelarian yang positif. Dengannya ia tenggelam dalam imajinasi, kreativitas, pengetahuan, pemahaman, pengelolaan emosi, dan belajar semua aspek kehidupan.

Informasi di dalam media sosial lebih banyak tampil dalam frame-frane singkat, tak selalu akurat, kadang hoax. Semua bentuk informasi terfragmentasi, sehingga pengguna sosial terkadang banyak mengalami kehilangan nilai, hakekat budaya, sejarah, atas semua peristiwa yang disajikan. Semua dipahami secara dangkal dan seadanya.

Dengan membaca buku atau literasi lainnya, memungkinkan kita memahami suatu peristiwa penting, kejadian, budaya, Sejarah dan masih banyak lagi dari semua kejadian-kejadian di dunia. Semua membantu perspekstif pembaca buku.

Like mother, like Daughter. Like Father, like son. Buah akan jatuh tak jauh dari pohonnya. Itulah perumpamaan yang mungkin terjadi bila banyak generasi muda suatu bangsa lebih memilih media sosial dibandingkan membaca buku atau literasi lainnya. 

Generasi "Penggila" media sosial akan menjadi dominan. Yang berakibat hal negatif yang kita bahas di atas mungkin dapat terjadi. Mereka akan menjadi generasi yang kurang menghargai literasi.

Sebaliknya generasi "Penggila" buku jaga akan menularkan kebiasaannya membaca kepada anak, cucu dan orang-orang disekitarnya. Maka generasi pencinta literasi akan terus terjaga. (maaf kata "Penggila" saya gunakan sebagai ungkapan anak zaman now. Mereka sering mengungkapkan hal-hal yang luar biasa dan keren kepada teman sebaya untuk mengungkapkan ekspresi kekagumannya, "gila bro, gaya tulisan dan ulasan artikel ini cakep bangat. Kudu elo baca tuh").

Menikmati Fiksi, Puisi, Merangsang Imajinasi| Dok.ceoevent
Menikmati Fiksi, Puisi, Merangsang Imajinasi| Dok.ceoevent

Jadi pernyataan "So What, gitu loh" paling tidak sudah tercerahkan dengan diskripsi di atas. Negara yang mendapat penilaian indeks literasi yang tinggi, bisa berbangga diri atas prestasi yang dicapai. Sehingga masyarakat dunia melihatnya dengan lebih respek. Bisa menjadi tempat belajar dan referensi untuk meningkatkan indeks literasi dimasa-masa mendatang.

Untuk Bangsa Indonesia, ini sebuah keprihatinan. Yang harus menjadi penyemangat, pemecut, pemantik gairah untuk menggaungkan; untuk menggemakan; dan untuk merubah penilaian sebagai bangsa dengan budaya literasi rendah, menjadi negara dengan indeks literasi tinggi. In syaa Allah.

Yang pasti dalam kehidupan modern dan kemajuan teknologi sekarang ini, kehadiran media sosial tidak bisa dihindari. Kita harus lebih bijak saja dalam memanfaatkannya. 

Menjadikan media sosial sebagai bagian hidup yang tidak mendominasi keseharian kita. Pengetahuan yang sekedarnya kita manfaatkan melengkapi pengetahuan yang lebih mendalam di literasi yang kita baca.

Terus jadikan kebiasan membaca buku dan literasi sebagai gaya hidup kita. Salah satunya, terus membaca Kompasiana yang penuh dengan materi dan topik kehidupan, pengetahuan, pengalaman dan hal-hal lain yang bermanfaat untuk menjadikan kita memahami semua arti kehidupan.

Dan ini yang terpenting, yang juga ada di Kompasiana. Terus baca semua artikel yang saya sajikan secara apik di Kompasiana. Pastikan Anda membacanya, In syaa Allah bermanfaat dan banyak gunanya. Apalagi bila redaksi Kompasiana selalu berkenan memberi penilaian sebagai Artikel Utama pada artikel-artikel saya.

Salam Literasi. Salam Satu Bangsa. Salam Kompasiana!!!

Jkt/29022024/Ksw/91

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun