Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentadaburi Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"Hobbiton Movie Set" Cermin Sukses Film The Lord Of The Rings dan The Hobbit

14 Juni 2022   05:30 Diperbarui: 18 Juni 2022   06:38 1494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Hobbiton Movie Set" Tujuan Wisata Yang Sukses Mendatangkan Jutaan Pengunjung Setiap Tahun Mengikuti Kesuksesan Filmnya | Dok.100%PureNewZealand

 

# Seri ke: 7  Menjelajah Dunia Dengan Kapal Pesiar Mewah, Mengekplorasi Kecantikan New Zealand#

“Kesuksesan film trilogy The Lord of the Rings dan The Hobbit tak hanya di layar lebar. Jejak karya awalnya dalam proses pembuatan film berupa “Hobbiton Movie Set” kini menjadi salah satu icon tujuan wisata dunia di Matamata, Waikato, New Zealand yang dikunjungi jutaan wisatawan domestik dan mancanegara setiap tahunnya. Kesuksesannya pun sudah diawali dengan Novel nya, karya penulis Inggris J.R.R. Tolkien yang sukses tercetak hingga 150 juta eksemplar yang kemudian diangkat ke layar lebar oleh sutradara Peter Jackson”

Matahari baru saja terbangun saat Kapal pesiar kami mendekati Tauranga Harbour di New Zealand. Geliatnya memancarkan semburat kuning kemerahan di ufuk lautan, puncak bukit dan pucuk-pucuk pohon tertinggi di pinggiran pantai Indah Tauranga. Hangat…, terlihat seperti merahnya kuning telur beromega 3 yang baru saja dituangkan ke atas bubur ayam Cirebon. Hangat, lezat dan nikmat, siap disantap.

Alam masih sunyi. Bumi Allah di Tauranga serasa masih dalam selimut alam tebal.  Halimun (kabut) putih masih menutupi beberapa bagian bumi. Hanya sedikit yang tersibak, diterobos sinar mentari yang sedang menggeliat. Beberapa burung endemik memekikan suaranya yang khas. Bernyanyi menyambut pagi atau tengah mendeklarasikan wilayah yang dimiliki.  Burung-burung laut masih belum terliat, mungkin masih enggan dan hanya berdiam ditempat; menunggu Sang Mentari menampakkan wajahnya.

Perlahan namun pasti, Kapal Pesiar Mewah kami pun merapat di Tauranga Harbour. Docking sempurna tak jauh dari Kapal Pesiar Mewah lain yang sudah docking lebih awal. Memberi waktu dan kesempatan penumpang untuk mengeksplorasi tujuan wisata yang ada.

Tauranga Harbour adalah Pelabuhan alami. Sehingga pasang surut sering terjadi. Mengelilingi Tauranga CBD dan Kawasan gunung Maunganui. Aliran airnya mengalir ke Samudra Pasifik. Pelabuhan Taurangan merupakan dua system sungai banjir yang dipisahkan dari Samudra Pasific oleh Pulau Matkana.

Tauranga Harbour juga merupakan muara pasang surut yang besar. Luasnya sekitar 200 km2 dan memiliki kisaran pasang surut hingga 1,98 m. Pada setiap perubahan pasang surut, ada sekitar 290.000.000 ton air mengalir melalui pintu masuk yang dapat menghasilkan arus hingga 7 knot di dalam saluran masuk.

Terletak di area Pelabuhan yang merupakan Pelabuhan ekspor impor terbesar di New Zeland, sehingga banyak kapal kontener di sana. Aktivitas berlangsung siang atau malam, melalui jalur utama. Pelabuhan ini juga sangat popular untuk rekreasi, ski air, selancar layang, jet ski, berperahu, berenang, menyelam, dan memancing.

Pagi ini, beberapa deck Kapal Pesiar terlihat masih tampak sepi. Tak semeriah kegiatan semalam yang aktivitasnya meriah hingga dini hari. Dari pertunjukan show, aneka kegiatan lomba, bazar promosi produk ber merk, movie show, hingga late dinner dan program lain sesuai daily activities yang setiap hari di kirim ke setiap cabin penumpang.

Yang terlihat relative banyak dipenuhi penumpang adalah deck teratas. Area open deck. Mereka menikmati “Sunrise” yang mulai memainkan lukisan warna yang indah di garis horizon lautan. Warna yang tadinya kemerahan perlahan berubah menjadi kuning keemasan. Perubahan setiap fasenya sangat menakjubkan, indah dan menakjubkan. Memberi gairah baru bagi kehidupan.  Perlahan cahaya geliat mantari pagi ini menerangi semua sisi bumi. Yang tertidur mulai terbangun, bak menyambut kehidupan baru dengan senyum.

Seperti biasanya group kami berkumpul untuk kordinasi program kegiatan setiap hari di restaurant. Memastikan kunjungan pada program Shore Excursion di Tauranga berjalan sesuai jadual. Manajeman Kapal Pesiar menawarkan banyak program Shore Excursion kepada semua penumpang. Bahkan setiap program dipresentasikan secara khusus setiap harinya di ruangan tertentu untuk memberi informasi selengkap-lengkapnya tentang program shore excursion tersebut.

Harga program shore excursion Kapal Pesiar bervariasi tergantung destinasi yang akan dikunjungi, lama program, fasilitas dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk mengikuti dan mensupport pelaksanaan program. Bekerja sama dengan tour operator setempat, Manajemen Kapal Pesiar membuat program-program kunjungan yang menarik di setiap “docking atau tender” di pelabuhan tujuan.

Terkadang beberapa program sangat diminati oleh penumpang kapal pesiar, sehingga kuota seat nya habis. Sementara peminatnya masih banyak dalam list antrian. Namun di bawah sana, saat kita chek out dari kapal pesiar, banyak dijumpai counter travel di luar mitra Kapal pesiar yang menjual program-program tour yang nyaris sama dengan yang dilakukan oleh Kapal Pesiar. Untuk harga relative sama.

Namun yang harus menjadi perhatian penumpang Kapal Pesiar. Jika kita mengambil paket Shore Excursion dari Kapal pesiar dengan travel mitra kerjanya, maka bila karena sesuatu hal  terjadi keterlambatan kedatangan peserta kembali ke Kapal Pesiar sesuai time limit yang telah ditentukan, maka Kapal Pesiar akan menunggunya.

Sebaliknya bila mereka tour dengan travel di luar mitra Kapal Pesair, bila ada keterlambatan sesuai time limit, maka mereka akan ditinggal dan harus menyusul di destinasi berikutnya dengan biaya sendiri. Risiko tinggi ya? Karenanya semua harus on Time.

Syukurnya group kami sudah sepakat sebelum berangkat dari Jakarta menuju New Zealand, untuk memilih program-program shore excursion yang akan diikuti, sehingga semua sudah confirm tinggal menjalankan saja.

Di Tauranga, kami mengambil paket shore excursion “Hobbiton Movie Set”. Sebuah lokasi shooting Film Trilogi The Lord of The Rings” dan Trilogi Film “The Hobbit”. Film fantasi tingkat tinggi ini merupakan karya epik penulis Inggris, J.R.R. Tolkien. “The Lord of The Ring” merupakan salah satu buku terlaris, dengan lebih dari 150 juta eksemplar terjual dan diterjemahkan dalam 38 bahasa. Dan telah dinobatkan sebagai novel terbaik Inggris sepanjang masa dalam jejak pendapat BBC 2003 The Big Read.

Hobbiton Movie Set Cermin Kesuksesan Film The Lord of the Rings dan The Hobbit | Dok.Pseudopanax.TomHall.Jackieick
Hobbiton Movie Set Cermin Kesuksesan Film The Lord of the Rings dan The Hobbit | Dok.Pseudopanax.TomHall.Jackieick

Bertema utama pada tokoh antagonis, Pangeran Kegelapan Sauron, yang di zaman sebelumnya menciptakan satu cincin untuk menguasai cincin kekuatan lainnya yang diberikan kepada Manusia, Kurcaci dan Peri, dalam upayanya menaklukan seluruh Dunia Tengah.

Awal ceritanya dimulai dari “Shire”, tanah pedesan Hobbit yang mengingatkan pada pedesaan Inggris. Cerita berkisar di Dunia Tengah (Middle Earth), mengikuti pencarian untuk menghancurkan satu Cincin Utama, melalui tokoh Hobbit Bernama “Frodo, Sam, Merry dan Pippin”.

Sementara “The Hobbit” juga diangkat dari Novel fantasi anak-anak “There and Back Again” karya penulis Inggris J.R.R. Tolkien, yang diterbitkan pada 1937. Menceritakan tokoh utamanya, "Bilbo Baggins" Sang Hobbit yang meningglkan desa “Shire” yang tenang untuk mendapatkan bagian dari harta karun yang dijaga seekor naga Bernama “Smaug”.

Petualangan Bilbo Baggins dikisahkan dalam beberapa episode; yang memperkenalkan makhluk tertentu sesuai imajinasi Tolkien. Bilbo Baggins memperoleh tingkat kedewasaan, kompetensi dan kebijaksanaan baru dengan menerima sisi baik dan buruk dalam petualangnya. Klimaks cerita terjadi saat pertempuran Lima Pasukan dengan karakter dan makhluk-makhluk imajinasi karya Tolkien. Keterkaitan Cerita “The Hobbit” dan “The Lord of The Rings” sangat erat seakan terintegrasi menjadi sebuah cerita yang sangat menarik.

“Hobbiton Movie Set” merupakan tujuan wisata yang sangat populer di New Zealand. Kehadirannya telah menyumbangkan devisa negara yang sangat besar triliunan rupiah per tahun. Tercatat pada 2019 saja, kehadiran turis telah menambah kocek negara New Zealand sebanyak 630 juta dollar NZ atau setara dengan Rp 6,3 Triliun. Fantastis!

3-62a7108ebb4486519c331063.jpg
3-62a7108ebb4486519c331063.jpg
Populer dan Sangat Menarik Untuk Dikunjungi, itulah Hobbiton Movie Set | Dok.Pribadi

Berada di sebuah Pertanian Keluarga milik Alexander seluas 500 Hektar yang dimilikinya sejak tahun 1978. Berlokasi sekitar 8 km dari Hinueran dan 10 km barat daya Matamata, Waikato, New Zealand. Tempat ini merupakan lokasi shooting Film Trilogi The Lord of The Rings dan Trilogi The Hobbit. 

Kontur pertanian yang ada ternyata menarik perhatian Peter Jackson, sang sutradara film saat mulai mencari lokasi yang cocok untuk serial film The Lord of the Rings dari udara pada 1998.  Ia menyatakan bahwa daerah pertanian itu “seperti sepotong Inggris Kuno”. Sementara Alan Lee, sang decorator set film berkomentar bahwa perbukitan di lokasi peternakan itu, “tampak seperti para Hobbit telah memulai penggali”. Yang juga membuat mereka tertarik adalah keberadaan dengan aliran danau yang Panjang yang seakan berfungsi ganda sebagai sungai.

Negosiasi pun dimulai dengan Alexander sang pemilik pertanian. Setelah sepakat, merekapun memulai pekerjaan pada Maret 1999, dengan mengubah beberapa bagain pertanian sesuai set untuk Hobbiton dan bagian lain seperti sebuah desa kecil yang disebut “Shire”  (Devonshire) dimana sang sutradara Peter Jackson pernah tinggal di desa tersebut di Inggris selama 25 tahun.

Pembangunan Hobbiton Movie Set ini dibantu Angkatan darat New Zealand yang membawa alat berat untuk membangun jalan sepanjang 1, 5 km ke lokasi dari jalan lokal terdekat dan pekerjaan pembukaan tanah pada tahap awal. Kemudian dibangun fasad untuk 37 lubang rumah Hobbit, kebun serta pagarnya, pabrik dan jembatan lengkung ganda. 

Memindahkan pohon Oak seberat 26 ton yang telah tumbuh di dekat Matamata di atas “Bag End”- sebuah area set film yang terbuka ditutupi rerumputan hijau dan pepohonan perdu lainnya, dimana terdapat sebuah pohon Oak yang tinggi besar dengan cabang-cabang ranting yang panjang. Setelah semua siap. Lahan yang ada dibiarkan setahun untuk mengkondisikan kesan alami sebelum shooting dimulai.

4-62a7110abb44866592561033.jpg
4-62a7110abb44866592561033.jpg
Atraktif dan menarik walau harus bersimbuh peluh saat mengeksplorasi Hobbiton Movie Set | Dok.Pribadi

Dari Taurangga Harbour Group kami Bersama beberapa turis dari Australia, Inggris, Amerika dan Jepang berada dalam satu bus menuju Matamata, lokasi dimana Hobbiton Movie Set berada. Tentunya setelah melalu beberapa pemerikasaan security dan Imigrasi singkat. ID yang kami perlihatkan cukup “Cruise Pass”. Tak perlu Paspor. Karena Paspor semua penumpang disimpan manajemen Cruise. Semua dilakukan sesuai prosedur imigrasi. Toh semua ID penumpang Cruise ada di dalam Cruise ID tersebut.

Sekedar informasi, apabila kita melakukan perjalanan dengan Kapal Pesiar dengan Rute: Sidney (Australia) – New Zealand (Dengan beberapa distinasi kunjungan) – Sidney; Maka kita cukup hanya memiliki Visa Kunjungan Australia saja dan tidak perlu memiliki Visa Kunjungan New Zealand. Karena Kapal Pesiar menjamin Visa New Zealand bagi semua penumpangnya selama mereka tidak tinggal (Bermalam – diluar Cruise) di New Zealand. Dan mengakhiri program tour dengan kapal pesiarnya di Sidney (Australia). 

Jarak Hobbiton Movie Set kurang lebih 30 menit dengan menggunakan turis Bus. Driver Bus kami yang juga merangkap guide adalah seorang Wanita muda dan energik. Namanya Ms.Ana. Nama yang cantik seperti orangnya. Tinggi, ramping, dengan rambut blondi. 

Bercelana Blue Jean dan menggunakan kemeja hem khas Wanita. Ana menyapa kami dengan ramah dan menerangkan semua detil perjalanan yang dilaluinya. Khas gaya “bule” New Zealand. Cekatan, ramah dan professional.

Tiba di lokasi, Ana menyerahkan group kepada Ms. Petty, Local Destination Guide di Hobbiton Movie Set. Petty tak secantik Ana, namun penampilannya sangat menarik, Full smile dan sedikit baby face. Dengan gaya professionalnya Petty mulai membawa group memulai tour.

Peta ekplorasi Hobbiton Movie Set | Dok.demagicube
Peta ekplorasi Hobbiton Movie Set | Dok.demagicube

Kami memulainya dari Pine Grove – Hutan pinus. Petty menjelaskan latar belakang Hobbiton Movie Set seperti yang telah saya jelaskan di atas, sambil terus berjalan perlahan diikuti oleh semua peserta tour yang antusias mendengarkan penjelasannya.

Seperti biasa…, karakter umum turis warga +62 (Warga negera Indonesia), saat guide menjelaskan banyak yang tak terlalu menyimak. Mereka malah sibuk bergaya di depan kamera Smartphone nya, saling berganti peran menjadi model dan fotografer. Prinsip kebanyakan mereka: first;  Selfie or Wefie , Second;  Selfi and Wefie, third, Selfie or Wefie again. Kalau nanti kurang jelas… “Tanya saja sama Tour Leader”, Itu kata mereka. Cakeeep…. 

Sebagai seorang Tour Leader sejati dengan jam terbang tinggi (maaf sedikit promosi ah…), saya hanya senyum dan maklum. Toh mereka tidak selalu bisa mengunjungi objek yang ada, apalagi yang jauh seperti ini. “Harus ada bukti Otentik Foto dan yang bisa langsung tayang di Medsos”. Itulah kebanyakan prinsip turis warga +62.  Walaupun sebenarnya nanti Local Guide juga akan memberikan waktu untuk berfoto ria. Tapi bagi mereka, tak ada moment terlewatkan untuk diabadikan di camera HP. 

Petty The Guide, terus berjalan di depan memimpin group tour yang mengikutinya. Sekali-kali dia berhenti dan memandang jauh ke belakang di mana banyak warga +62 yang sedikit tertinggal, karena sibuk berfoto ria dengan teman sejawatnya. Tangan pajangnya melambai, memanggil peserta tournya agar segera bergabung. Mereka yang melihat, segera bergegas dengan sedikit berlari lalu bergabung sambil tersipu-sipu karena turis dari negara lain tersenyum pada mereka.

Kini kami berada di taman bunga milik desa dimana terdapat sebuah pohon Oak besar yang mereka sebut “The Party Tree” tempat dimana para Hobbit menggelar pesta di desanya. Seperti terlihat pada secuen film saat Gandalf The Grey yang diperankan Ian McKellen, si penyihir baik sahabat para Hobbit mengunjungi Bilbo Beggins, dan memainkan sihirnya menciptakan kembang api untuk menghibur anak-anak para Hobbit.

Di dekatnya ada 14 rumah hobbit tersebar di sekitar Pohon Oak. Sementara 30 rumah hobbit lain tersebar agak jauh dari “The Party Tree”. Rumah Hobbit yang ada saat ini adalah set rumah para Hobbit pada saat shooting Film "The Hobbit". Rumah Hobbit sebelumnya yang dibangun untuk setting film The Lord of the Rings Sebagian besar sudah rusak karena memang tidak dibangun untuk bertahan lama, yang sebagian besar dibongkar seusai pembuatan film.

Pada tahun 2010, rumah para Hobbit ini dibangun Kembali dengan cara yang lebih permanen untuk kepentingan film The Hobbit: An Unexpected Journey. Penggarapan Film nya dimulai pada 2011.

7-62a71239bb4486300f2358e2.jpg
7-62a71239bb4486300f2358e2.jpg
Rumah Hobbit yang ada, tidak semuanya berbentuk utuh seperti rumah layaknya. Kebanyak hanya merupakan eksterior depan rumah; lengkap dengan teras, halaman dengan taman kecil dengan bunga-bunga indah atau perlengkapan kerja petani, pagar halaman rumah yang dihiasi bunga, sampai prototype hasil perkebunan seperti Labu Punkim dan aneka buah hasil kebun para Hobbit.

Kita tidak bisa membuka pintunya. Apalagi masuk ke dalamnya. Karena sudah nempel dengan dinding tanah di belakangnya. Memang ada beberapa rumah Hobbit yang dibangun selayaknya rumah. Seperti yang terlihat pada saat Bilbo Beggins menjamu Gandalf The Grey di rumahnya.

Pembangunan rumah Hobbit telah dirancang dan dibangun dalam 3 skala yang berbeda. Ada yang memang dibangun dengan skala kecil untuk Hobbit. Ada yang dibangun dengan skala besar untuk membuat aktor Hobbit tampak lebih kecil dan yang dibangun dengan skala kerdil; untuk adegan dengan tokoh kurcaci. Terkadang warna pintu juga digunakan untuk membedakan skala bangunan. Pintu yang berwarna biru berarti skala besar, yaitu untuk manusia.

Tour Hobbiton Movie Set pun terus berlanjut. Kami terus mengikuti Ms Petty turun naik bukit diantara rimbunnya gulma dan pohon-pohon perdu lainnya; menyebrangi jembatan kecil; melintasi jalan diantara pohon-pohon rindang hingga tiba di “Bag End”. Padang rumput terbuka dengan sebuah pohon Oak besar tinggi menjulang dengan dahan-dahan besar bercabang panjang menjulang.

Rumah Hobbit Tampil Unik Dan Menarik | Dok.Pribadi&100%PureNZ 
Rumah Hobbit Tampil Unik Dan Menarik | Dok.Pribadi&100%PureNZ 

Kehadiran pohon ini menarik karena seakan menjadi focus area yang ada. Beberapa orang terlihat berfose dengan latar belakang pohn Oak besar ini. Dari Bag And ini kita dapat melihat sebuah danau luas di bawahnya dengan jempatan melengkung dan sebuah bangunan di sisi kirinya yang memiliki kincir air. Beberapa meter di depannya terdapat bangun besar  yang disebut “The Shires Rest Café” tempat akan berakhirnya kegiatan tour di Hobbiton Movie set. Area ini juga dikenal dengan sebutan “The Green Dragon”

Sambil terus bercerita tentang area Hobbiton Movie Set Ms. Petty yang memandu tour kami mengajak peserta terus bergerak menuju bagian akhir tour, yang jaraknya masih sekitar kurang lebih 1 km dari Bag And. Counter tanah pertanian yang turun naik membuat perjalanan cukup menguras energi, ditambah sinar matahari yang bersinar cerah di musim panas ini. Namun jangan salah, Musim panas di New Zaland berkisar 15- 20 derajat Celsius. Jadi udaranya sangat nyaman dan segar.

Akhir Eksplorasi Hobbiton Movie Set Di Jembatan Lengkung Dan Sungan Menuju The Shires Rest Cafe | Dok.Pribadi
Akhir Eksplorasi Hobbiton Movie Set Di Jembatan Lengkung Dan Sungan Menuju The Shires Rest Cafe | Dok.Pribadi

Berjalan naik-turun perbukitan tanah pertanian area Hobbiton Movie Set ini memang sangat mengesankan dengan pemandangan yang indah; menyehatkan dengan udara yang bersih dan pohon-pohon yang hijau; serta mengasyikan dengan kecerian tour bersama sahabat-sahabat terdekat.

Akhirnya kami tiba di jembatan lengkung berbahan batu. Jembatan yang menyebarangi danau yang tak terlalu luas, namum memiliki aliran danau yang bagaikan sungai. Di sisinya terdapat sebuah rumah kayu beratap Jerami tebal dengan kincir air kecil yang berputar. Di design sangat unik dan klasik khas sebagai rumah pedesaan zaman dulu di Inggris.

Dan Tour Hobbiton Movie Set pun berakhir di “The Shires Rest Café". Semua peserta pun dapat mengambil minuman segar Pelepas dahaga. Sambil melepas dahaga dan Lelah kami pun memeilih duduk di banyak bangku kayu taman yang tersedia, sambal menunggu santab siang yang telah disediakan bagi group tour dari Kapal Pesiar.

1-62a70fd7fdcdb46bc4029e02.jpg
1-62a70fd7fdcdb46bc4029e02.jpg
Suasana makan siangpun demikian meriah dengan banyaknya group-group tour Hobbiton Movie Set yang berkumpul sehabis tour. Aneka makanan lezat pun dihidangkan dan minuman menyegarkan dalam gelas-gelas besar khas Inggris masa lalu. Rasanya kami benar-benar dalam suasana pesta yang diselenggarakan para Hobbit dekat “Party tree” dimana Bilbo Beggins, Frodo, Sam, Merry dan Pippin serta Gandalf The Gray Sang Penyihir baik hadir Bersama kami.

Eksterior dan Interior
Eksterior dan Interior "The Shires Rest Cafe" di Green Dragon, Hobbiton Movie Set | Dok.100%PureNewZealand

Mengekslpolasi "Hobbitob Movie Set" rasanya mengalami sendiri pengalaman Bilbo Beggins atau Frodo berada di kampung halamannya sendiri. Itulah kehebatan daya imajinasi yang bila digarap secara professional menghasilkan sebuah pengalaman batin yang melibatkan orang lain sebagai penikmat hasil akhir imajinasi. Semoga seniman-seniman film Indonesia dapat berkreasi sepertihalnya Peter Jackson, sang sutradara

Tiba-tiba sebuah kembang api besar menyala dan bersinar indah di sekitar kami, Saat Gandalf The Gray mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan memainkan sihirnya. Bunyi keras menggema di sekitar kami dan cahaya warna hijau membumbung tinggi. Kemudian menyatu membentuk sebuah Seekor Naga Besar berwarna Hijau. Kami semua mengira The Green Dragon yang ada di The Shires Rest Cafe bangkit dari persembunyiannya. Semua berteriak, aaahhh.... Tapi…sayangnya itu hanya Imajinasi ku.  Sama halnya seperti Peter Jackson saat berimajinasi membuat Film nya dari karya novel J.R.R. Tolkien.

Jakarta/12062022/Ksw/46

Baca Semua artikel Perjalanan Mengeksplorasi Indahnya New Zealand Dengan Kapal Pesiar di Kompasiana :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun