Mereka berharap pemerintah membatalkan rencana kenaikan tarif masuk Candi Borobudur ini. Pasca Pandemi, kondisi sudah mulai bergulir normal jangan sampai terpuruk kembali; karena sudah dua tahun lebih mereka tidak mendapat penghasilan yang pasti, keluh para pedagang asongan yang mengandalkan hidupnya dari kunjungan turis lokal Indonesia.
Masyarakat pun bereaksi terhadap rencana kebijakan kenaikan harga yang luar biasa tersebut. Banyak komentar yang bernada sama, menolak kenaikan harga yang menurut mereka tak masuk logika. Di cannal-cannal media sosial berbagai komentar masyarakat menolak rencana kenaikan harga tiket bagi wisatawan domestik bermunculan. Sebuah reaksi wajar ditengah kondisi ekonomi yang baru mulai menggeliat.
Mengkritisi rencana kenaikan harga tiket Candi Borobudur bagi turis domestic menjadi Rp 750.000 yang naik 15 kali lipat dari tarif sebelumnya, yaitu Rp 50.000 (Untuk usia diatas 10 tahun) Â Sebuah rencana kenaikan yang "Fantastis" yang perlu kita dengar lebih jauh apa alasan utama dan strategy marketing dibalik rencana pemerintas sebagai pengambil kebijakan.
Data yang ada saat ini tiket masuk turis lokal dibandrol dengan harga Rp 50.000 untuk pengunjung usia 10 tahun ke atas. Rp 25.000 untuk usia 3 -10 tahun. Dan Gratis untuk usai 3 tahun ke bawah.
Kalau hanya sekedar  membatasi jumlah pengunjung dan upaya menjaga dan melestarikan budaya bangsa; rasanya masih banyak formulasi lain sebagai solusi jitu untuk menyelesaikannya; dengan tetap meperhatikan hajat hidup rakyat sekitar dan pelaku usaha lain yang terkait dengan keberadaan Candi Borobudur serta kemampuan daya beli wisatawan lokal.
Sementara rencana kebijakan baru tarif masuk Candi Borobudur untuk Wisatawan Asing seperti yang disampaikan Luhut Binsar Pandjaitan adalah: USD 100. Â Bila di kurs dengan nilai dollar Rp 14.400 setara dengan Rp 1.443.000. Tarif Turis Asing Dewasa sebelumnya, Rp 350.000 dan Turis Asing Anak-anak Rp 210.000. Kenaikan hingga 4 kali lebih. Luar biasa!!
Coba bandingkan dengan Heritage lain di dunia, semisal; Tembok Raksasa China yang menjual tiket tanda masuknya mulai RMB (Yuan) 25 hingga RMB (Yuan) 65. Dengan Kurs Rp 2.167 harga tiketnya jadi setara Rp 54.175 s.d. Rp  140.855.
Atau harga Candi Angkor di Kamboja yang membagi tiket dalam kunjungan hari, sebesar Riel Kamboja (KHR) 37 untuk 1 hari; KHR 62 untuk 3 hari dan KHR 72 Â untuk 7 hari. Dengan kurs sebesar Rp 3,547 maka harga masuknya setara dengan Rp 131.239 untuk 1 hari; Rp 219.914 untuk 3 hari dan Rp 255.384 untuk 7 hari.
Benar kita tidak dapat membandingkannya dengan harga-harga tersebut di atas. Semua tergantung pada kebijakan pemerintah masing-masing dalam membuat strategy marketing pada objek wisata andalannya. Namun paling tidak kita bisa bercermin; mengambil sedikit referensi dan rujukan harga yang pantas dalam pasar wisata di dunia.
Dalam Cannal Media Istagramnya, Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bawa pemerintah berencana mengembangkan Candi Borobudur dengan konsep sebagai Laboraturium konservasi cagar budaya bertaraf internasional. Dengan mengambil konsep jawa "Sambatan" yang berarti "gotong royong" dalam mengembangkan konsepnya.