Â
"Kebijakan Pemerintah terkait rencana kenaikan harga tiket Candi Borobudur naik hingga Rp 750.000,- menuai kontra pada semua lapisan yang terkait dalam ekosistem ekonomi dan budaya yang bersentuhan dengannya. Kebijakan Pemerintah dinilai tidak melihat kondisi ekonomi masyarakat, walau dibeberapa kebijakan dianggap mampu memberi solusi jangka panjang untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya bangsa ini. Rasa memang tak bijak menaikan harga tiket hingga 15 kali lipat untuk masyarakat Indonesia yang ingin menyaksikan karya budaya bangsanya sendiri apalagi disaat ekonomi bangsa baru mulai menggeliat"
Dunia Pariwisata Indonesia, Sabtu, 4 Juni 2022 lalu dibuat heboh dengan berita rencana kenaikan tarif masuk candi Borobudur yang diumumkan Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Harga tiket Masuk Candi Borobudur akan naik menjadi Rp 750.000 untuk Turis Domestik.
Luhut Binsar Pandjaitan, selaku Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi menyampaikan wacana kenaikan harga tersebut dikawasan Candi Borobudur. "Kenapa kita lakukan itu, karena rekomendasi dari UNESCO dan pakar. Telah terjadi penurunan dan keausan batu (Candi Borobudur)" seperti kutipan Kompas.com. Diperkirakan rencana kenaikan harga tiket tersebut akan mulai berlaku satu bulan kedepan.
Para Pelaku Pariwisata; Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (Asita) Jawa Tengah; Biro Perjalanan Wisata; Penjual tiket Online; Â ahli sejarah, masyarakat sebagai turis domestik, hingga pedagang yang sering mangkal di sekitar Candi Borobudur pun angkat bicara. Â
Mengutip berita dari BBC News Indonesia, Prof. Dr. Sri Margana, Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Gajah Mada menyebut rencana kenaikan harga ini "Akal-akalan". Beliau mengatakan, " Membatasi kunjungan dengan cara menaikan tiket secara ugal-ugalan itu juga akal-akalan saja, mau melindungi objeknya tapi tidak mau berkurang penghasilannya"
Namun pria yang menekuni Ilmu Sejarah dan Arkeologi ini juga sepakat dengan upaya melindungi warisan dunia ini. Pembatasan pengunjung Borobudur memang dianggap perlu untuk melindungi Borobudur. Dengan tingkat kunjungan yang meningkat setiap tahunnya pengaturan pengujung agar bisa menikmati keindahan candi Borobudur dengan tetap menjaga kelestariannya mutlak dilakukan. Sri Margana mengatakan, "Membatasi kunjungan untuk preservasi heritage yang sudah ribuan tahun umurnya itu baik"
Prof. Dr. Sri Margana menawarkan dua solusi untuk membatasi tingkat kunjungan wisata ke Candi Borobudur tanpa harus menaikan harga tiket hingga berkali lipat sampai ratusan ribu rupiah. "Masih ada cara yang lebih bijak, yaitu dengan membatasi kuota kunjungan, khususnya bagi para pengunjung rombongan dengan melakukan reservasi lebih dulu. Atau mengatur aliran pengunjung sedemikian rupa sehingga tidak merusak heritage. Misalnya membedakan tiket bagi mereka yang ingin naik ke candi atau hanya berkeliling di sekitar candi," usulnya.
Di sisi lain, Pegiat Pariwisata Jawa Tengah, Daryono, yang aktif sebagai penasehat Asita Jawa Tengah mengatakan, "Ini terlalu mahal kenaikannya. Hendaknya semua stakeholder diajak ngomonglah biar bisa kasih masukan-masukan agar tidak merugikan semua pihak; mulai dari turis local, biro perjalanan dan lainnya" seperti dikutip wartawan di Solo yang melaporkannya untuk BBC News.
Menurutnya, kondisi ini diprediksi akan memberatkan pelaku usaha perjalanan wisata yang akan mengalami kerugian. Beberapa dari mereka bahkan sudah memesan tiket tujuan wisata setahun sebelum program dilaksanakan. Sudah dapat dibayangkan berapa kerugian yang akan ditanggungnya.
Lain halnya dengan para pedagang asongan di sekitar Komplek Candi Borobudur. Pada umumnya mereka sangat keberatan dengan kenaikan harga yang terlalu tinggi yang akan berdampak signifikan pada penurunan jumlah pengunjung Candi Borobudur. Terkait dengan harga tiket pelajar yang hanya Rp 5.000, mereka menyatakan bahwa pelajar hanya hadir saat momen libur sekolah yang waktunya sangat terbatas. Sementara yang menjadi harapan mereka adalah turis domestik yang selalu hadir setiap hari.