Selama lima ratus tahun pembangunan Alcazars berubah silih berganti disetiap masa kekuasaan para raja. Berbagai gaya aristektur datang silih berganti. Dari elemen Muslim, Gotik, Romawi, Renaisans dan Barok. Bahkan perpaduan diantara gaya arsitektur yang ada. Tidak ada tersisa design arsitektur awal, tetapi strukturnya mungkin diperbaharui dengan elemen ornament dan pola yang menjadi trand pada masanya.
Alcazars juga terkenal dengan dekorasi ubinnya. Ubin yang digunakan adalah ubin majolica dan ubin arista. Dalam teknik arista, tubuh hijau dicap dan setiap segmen ubin memiliki tonjolan. Teknik ini menghasilkan ubin dengan glasir transparan yang tidak rata.
Seni keramik majolica dikembangkan kemudian pada abad ke-15-16. Inovasi ini memungkinkan untuk "melukis" langsung pada keramik yang dilapisi dengan glasir buram putih. Menjadi pusat perdagangan, Seville memiliki akses ke produksi skala besar ubin ini. Mereka terutama dari desain geometris yang terinspirasi oleh ornamen arab.
Pada abad ke-16, Raja Katolik menugaskan seorang seniman Italia dari Pisa, Francisco Niculoso (disebut Pisano) untuk membuat dua altarpieces ubin majolica untuk kapel pribadi mereka di istana. Satu masih ada di oratorium apartemen kerajaan, yang lain hilang. Kemudian, seniman Cristbal de Augusta membuat karya ubin di Palacio Gotico. Menampilkan binatang, kerub dan desain bunga dan memberikan istana tampilan permadani yang cerah.
Pintu utama Istana Alcazars diberi nama dari ubin yang bertatahkan di atas pintu, yaitu Pintu Singa. Dengan lukisan singa bermahkota memegang salib di cakarnya dan membawa tulisan Gotik.
Mengeksplorasi Alcazars serasa berada diberbagai masa perkembangan gaya arsitektur yang berkembang di dunia. Menyaksikan bahwa selera penguasalah yang akhirnya menentukan keabadian suatu gaya arsitektur pada sebuah bangunan.
Mengeksplorasi Sevilla bagaikan membuka lembaran-lembaran sejarah Panjang perjalanan peradaban manusia. Lengkap dengan ambisi dunia para penguasa yang mengatasnamakan sebuah kerajaan mewakili sebuah bangsa bahkan atas nama agama. Kemenangan; penguasaan wilayah; mengekploitasi penduduknya; dan meninggalkan jejak-jejak sejarah bagi dunia terkadang menjadi ambisi utama.
Itulah ambisi para pemimpin dunia. Mereka ingin rekam jejak kejayaan dan prestasinya dilihat generasi berikutnya. Seperti halnya di Sevilla dimana ada tiga Mutiara indah dunia disematkan sebagai kalung indah warisan dunia oleh UNESCO. Untuk kita para pencinta sejarah dunia.
Jkt/Ksw/15052022/42