Pengetahuan dan ilmu sudah di dapatkan; oleh-oleh dan cenderamata khas madina Fez sudah dalam genggaman; pandangan mata dan hati sudah terpuaskan; pegal dan lelahnya kaki sudah kita rasakan. Jadi…apalagi yang anda inginkan?
Yang terbaik adalah mengucap kalimat; “Fabiayyi aalaaa-i robbikumaa tukazzibaan – Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan” Q.S 55 : Ar-Rahman. Untuk mensyukuri betapa besar nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada kita. Hingga detik ini.
Matahari masih belum condong sepenuhnya menuju waktu senja saat kami meninggalkan kota Fez yang penuh dengan kenangan sejarah di dalamnya. Kota Fez memandang diam tanpa suara, membiarkan kami pergi tanpa berkata apa-apa.
Dalam diamnya seolah kota Fez berkata,”Pergilah…bawa cerita diriku kepada dunia, katakan pada mereka bagaimana penguasa yang menguasai diriku membuat sejarah dengan meruntuhkan apa yang ada di dalamnya; membangun yang sesuatu yang baru dari yang tersisa atau bahkan mencampakkan nya; dan mempertahankan monumen kemenangan nya seolah kejayaan tak ada akhirnya.
Harapan ku sebenarnya agar setiap penguasa tidak meruntuhkan yang sudah ada; buatlah goresan sejarah baru tanpa merusak yang lama, agar generasi berikutnya bisa menelusuri jejak sejarah suatu bangsa dengan sempurna. Aahh…sudahlah itu hanya sekedar harapan saja. Manusia sebagai penguasa lebih banyak tak pernah ada yang mau mengalahkan dirinya. Itulah kodrat manusia."
“Fez..., aku dengan suara rintihan batinmu…biar nanti kusampaikan pada dunia”.
Jkt/Ksw/12102021/27
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H