"Kemegahan dan Kebesaran "Karnak Temple" di Thebes (Luxor) Mesir adalah karena proses pembangunan dan pemanfaatannya yang lama dan berlanjut.  Eksistensinya melibatkan 30 Firaun yang menjadikannya sebagai tempat pilihan bagi pemujaan para dewanya. Sebuah proses metamorfisis yang sangat panjang dari dari 2.000  SM sampai 35  SM  yang kini sangat layak di tetapkan UNESCO sebagai Sistus Warisan Dunia".
Senja mulai menampakkan jati dirinya. Â Panas yang menyengat mulai berganti dengan redupnya mentari yang seakan hendak cepat-cepat masuk keperaduannya. Â Angin mulai berhembus sejuk walau masih menyisakan sedikit hawa panas, saat kami meninggalkan "Luxor Temple" setelah sebelumya kami mengeksplorasi Maha Karya Arsitektur Mesir Kuno yang megah di "Hatshepsut Tample"
Bukan tidak ingin mengulas "Luxor Tempel" yang juga sangat menarik, namun eksistensinya paling tidak bisa diwakili dengan mengeksplorasi "Karnak Temple" sebagai situs bersejarah yang paling banyak dikunjungi ke dua setelah Komplek Pyramid Giza di Cairo, Mesir. Kuil yang terbesar dan termegah di Thebes, Luxor, Mesir.
Di ruang audiorama terdapat protype Karnak Tempel dalam bentuk seutuhnya sebagai bagian rekayasa design arkelog dari temuan-temuan arkelogi yang ada untuk menggambarkan Karnal Temple sebenarnya. Â Dari prototypenya saja tergambar betapa besar dan megahnya kuil ini.
Karnak temple adalah situs bersejarah yang luas dan terbuka yang di dalamnya termasuk "Karnak Open Air Museum". Â Luasnya yang mencapai 250.000 m2 terbagi menjadi empat bagian utama. Â Tiga diantaranya tidak dibuka untuk umum, yaitu bagian Precinct of Mut, Precinct of Montu dan kuil Amenhotep IV. Â Hanya satu yang terbesar saja yang bisa dikunjungi wisatawan, yaitu Precint of Amun-Re.
Beberapa kuil dan tempat suci yang lebih kecil menghubungkan Prencinct of Mut, Prencinct of Amun-Re dan Luxor temple. Kuil yang sangat kuno adalah Prencinct of Mut yang didedikaskan untuk dewa bumi dan ciptaan, Kondisinya belum dipulihkan karena banyak bagian yang hilang dicuri penduduk untuk digunakan di bangunan lain. Kuil ini pernah dihancurkan Hatshepsut dan sebagian dipugar olehnya. Â Firaun lain membangun kuil-kuil lain disekitarnya untuk mengubah focus atau orientasi area suci ini.
Karnak Temple yang dalam bahasa Arab disebut "Khurnaq" yang bermakna "desa berbenteng" menyajikan peninggalan peradaban Mesir Kuno berupa kuil besar dan kecil, tiang-tiang kolom besar  yang menjulang tinggi dan bangunan-bangunan lainnya. Konstruksinya dimulai sejak pemerintahan Senusret I, Kerajaan Tengah (2000-1700 SM) berlanjut hingga kerajaan Ptolomeus (305 -- 30 SM).  Bangunan yang ada sekarang sebagian besar berasal dari kerajaan baru
Berbeda dengan kuil dan situs lainnya di Mesir, Karnak Tempel mengalami proses pembangunan dan penggunaan yang lama dan berlanjut. Â Diperkirakan ada 30 firaun berkontribusi dalam pembangunan bangunan dan kuil, yang memungkinkan terciptanya ukuran, kompleksitas dan keragaman yang tidak bisa ditemui di kuil lain.
Daerah di sekitar Karnal Temple adalah "Tempat Paling Dipilih" yang dalam kepercayaan mereka disebut Ipet-isut Mesir Kuno. Â Juga merupakan tempat pemujaan utama "Triad Theban" (pemujaan terhadap keluarga Dewa Amun, Permaisuri Nut dan Putranya,Khonsu)Â yang dikepalai Dewa Amun.
Personefikasi Para dewa di Kuil Karnak ini sangat unik dengan ukuran dan jumlah yang sangat banyak. Â Dari dewa yang disembah sejak awal hingga yang disembah kemudian dalam sejarah kepercayaan Mesir Kuno
Karnak Tempel  yang besar dan megah ini dimasukan dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO bersama kota lainnya di Thebes (Luxor) pada 1979.
Group kami mulai memasuki Karnak Temple nyaris bersamaan dengan masuknya turis dari Jerman, Francis dan Jepang. Â Saat hari semakin sejuk dihembus angin menjelang sore. Â Beberapa orang langsung saja berselfie ria di deretan patung domba yang tersusun rapih di kanan kiri ke arah pintu gerbang. Yang lainnya tentu tak mau ketinggalan. Â Ayoo gabung Bro and Sis! Â Foto keluarga besar group dulu.
Ada puluhan patung Sphinx berkepala domba jantan duduk dikiri-kanan menghadap jalan yang seakan menjadi "pagar ayu" menyambut hadirnya wisatawan ke Karnak Temple. Ada yang masih terlihat utuh; ada yang kepala atau tanduknya patah; bahkan ada nyaris tinggal tiga perempat badannya. Mereka menyebutnya Ram Sphinx (Sphinx berkepala Domba Jantan) yang merupakan personifikasi Dewa Amun.
 Puluhan meter dari titik awal kami berdiri terlihat dinding gerbang yang tinggi yang seakan dibelah oleh sebuah jalan sebagai pintu gerbangnya.  Dinding gerbang terbuat dari susunan sejenis bata merah, dengan sebagian atas di sebelah kiri sudah roboh sehingga ketinggian gerbang kanan dan kiri berbeda.  Beberapa sisa pohon palm masih terlihat di sana.  Memberi sedikit nuansa berbeda ditengah dominan warna merah bata.
Perlahan kaki-kaki ini melangkah. Â Entah untuk kesekian ribu kalinya kaki ini melangkah di bumi Mesir yang indah. Â Semoga dicatat bernilai ibadah di sisi Allah, karena niat awal kami adalah mentadaburi bumi Allah dalam program Napak Tilas Jejak Para Nabi. Allahuma aamiin.
Kami memasuki pintu pertama Kuil Karnak yang megah dan besar melalui pintu gerbang tinggi, Â setinggi temboknya yang tak berpintu. Â Bagian pertama terdapat ruang terbuka dengan patung dewa Amun yang besar mendominasi sudut pandang utama. Beberapa Sphinx berwajah domba jantan sebagai perwujudan dewa Amun juga menghiasi bagian ruang kuil ini.Â
Sebuah bangunan terlihat masih utuh ada disebelah kiri, tersusun dari potongan-potongan batu besar yang membentuk bangunan dengan tiga pintu dengan diatasnya masih ada beberapa batu yang berfungsi sebagai canopy. Bangunan tersebut adalah ruang suci Seti II, penguasa kelima dinasti ke 19 Mesir. Bertahtah 1200 -- 1194 SM. Bergelar tahtanya adalah "Userkheperure setepenree - kekuasaan adalah manfestasi atau pilihan Amum-Ra"
Sebuah kolom tinggi dengan ornament berupa bunga kuncup berdiri sendiri terpisah dari kolom lainnya. Â Tampilannya seperti sebuah menara marcusuar. Â Dilatarbelakangi oleh bangunan yang sudah runtuh atau dalam proses pemugaran. Beberapa kolom batu bulat dan besar berketinggan sekitar 10 m tersebar di beberapa titik.
Beberapa bangunan lain juga terlihat runtuh seakan ditelan waktu.  Kami semua serius mendengarkan penjelasan dari pemandu yang secara detil bercerita tentang karnak temple ini dengan penuh antusias.  Walaupun ada juga diantara mereka yang kurang memperhatikan  karena sibuk mengambil foto untuk kenangan.
Yang menarik saat kita  memasuki pintu ke II, Aula Besar Hypostyle daerah pemujaan utama untuk Dewa Amun-Re (The great Hypostyle Hall on Precint of Amun-Re) denga luas 61 Acre atau kurang lebih 246.981 m2, yang dipenuhi dengan kolom-kolom besar yang diukir dengan indah.  Aula seluas 5.000 m2 ini dipenuhi 134 tiang kolom yang tersusun menjadi 16 baris.  Terdapat 122 kolom yang tingginya mencapai 10 meter dan 12 lainnya mencapai 21 meter dengan diameter lebih dari 3 meter.
Bentuknya yang besar dan nyaris bulat sempurna menjadikannya begitu istimewa, sehingga dibutuhkan sedikitnya 8 orang dewasa yang saling berpegang tangan untuk merangkulnya. Diperkirakan satu kolom ini memiliki berat 70 Ton. Bila berat rata-rata gajah dewasa Asia 4000 kg, maka berat 1 kolomnya bias mencapai berat 17,5 ekor gajah asia dewasa. Bisa anda bayangkan beratnya.
Setiap kolom berdiri di atas sebuah dudukan batu bulat yang berdiameter lebih besar sedikit dari kolomnya dengan ketinggian mencapai sepaha manusia dewasa. Yang dengan keberadaannya seakan menjadi pondasi berdirinya kolom. Â Terkadang kita lihat seakan dudukan tersebut bagaikan satu kesatuan dengan kolom yang ada. Tanpa perekat semen atau sejenis yang menyatukannya.
Setiap kolom pada bagian puncaknya pada umumnya memiliki ornament bunga yang cantik dan indah yang kadang satu sama lain berbeda ornament bunganya. Beberapa bermotif daun teratai, beberapa berbentuk daun lain; yang secara keseluruhan motif akhirnya membentuk bunga lotus atau teratai yang sedang mekar. Terutama pada kolom-kolom yang tinggi.
Sementara kolom-kolom yang tidak terlalu tinggi pada umumnya tidak memiliki ornament pada bagian atasnya. Â Namun ada beberapa yang memiliki ornament di tubuh kolomnya. Bahkan terkadang dibagian kolomnyapun tanpa ada ornament. Polos.
Hampir sebagaian besar kolom didekorasi dengan lukisan para dewa atau raja dan cerita kejadian atau mantera pujian yang terkait dengan pemujaan di kuil Karnak ini. Pemujaan terhadap dewa Amun-Re.
Pada bagian atap beberapa kolom seakan diikat oleh sebuah blok batu yang menyatukan kolom-kolom tersebut. Blok batu yang menyatukan kolom juga dihiasi dengan ornament-ornamen yang indah. Â Namun ada juga kolom yang tidak terikat pada bagian atas nya dengan balok batu.
Kami benar-benar menyaksikan betapa hebatnya arsitektur bangunan kuil ini. Â Membangun kuil yang besar dengan material yang berat. Â Yang menimbulkan banyak pertanyaan di benak kami yang awam. Bagaimana cara mereka mengangkut batu-batu besar yang utuh dan nyaris bulat sempurna dari tempat asalnya; Â serta bagaimana cara tekhnis mereka mendirikannya; dan peralatan apa yang digunakan pada masanya?
Beberapa pertanyaan terjawab sesuai logika. Batu-batu besar itu diambil dari beberapa daerah sepanjang jalur sungai Nil. Mombongkarnya dari gunung atau bukit lalu membawanya dengan peralatan sejenis gerobak atau menggelindingkannya dengan rel-rel kayu bulat menuju sungai untuk selanjutnya dengan sejenis rakit besar dialiran melalui sungai Nil hingga ke lokasi tujuan.
Mendirikannya diperluan pengetahuan fisika tentang fungsi alat jungkit yang dengannya orang banyak tas perintah sang firaun yang berkuasa dengan susah payah mendirikannya. Setelah banguan berdiri mereka mulai mendekorasinya. Beberapa mungkin di dekorasi ditempat pembongkaran awal asal batu untuk mempermudah aplikasi pada bangunan yang dibuat. Â Masih banyak teori lainnya dapat menjelaskannya. Wallahu a'alam bishawab.
Bergeser kesebelah kanan ruang yang banyak kolom, dan kita masuk pintu ke III, Â kita akan bertemu dengan sebuah batu obelisk yang utuh berdiri tegak di sana. Yaitu Obelisk Thutmose IÂ dari dinasti ke 18 Mesir, ayah Hatshepsut yang mendirikan "Hatshepsut Tempel" dan sudah kita bahasa di episode ke delapan di Kompasiana. Â Obelisk yang berdiri tegak antara pintu III dan IV.
Hatshepsut sendiri pernah menginginkan adanya obelisk untuk dirinya di Karnak temple yang diambil dari area di Aswan. Satu batu obelisk besar yang dalam proses pengerjaan rusak atau patah sehingga tidak digunakan, namun tetap menjadi situs yang banyak dikunjungi di Aswan yang dikenal dengan "Unfinised Obelisk". Â
 Seandainya obelisk tersebut tidak rusak maka ia akan menjadi yang terbesar dari obelisk yang pernah dibuat sebelumnya.  Beratnya sepertiga lebih besar dari obelisk yang pernah ada sebelumnya, mencapai ukuran 42 meter dengan berat 1.090 ton atau seberat 200 ekor gajah afrika.
Hatshepsut kemudian memerintahkan membuat obelisk lagi yang dibangunnya pada 1457 SM selama disnasti ke 18. Â Yang menjadikan obelisk ini sebagai yang terbesar kedua dari semua obelisk Mesir Kuno. Â Bahannya granit merah muda, dengan tinggi 28,58 meter dan berat 343 ton. Â Letaknya dekat Obelisk Thutmose I di Kuil Karnak.
Sebenarnya apa sih konsep orang Mesir Kuno tentang Batu Obelisk ini? Â Bermula dari kepercayaan Mesir Kuno dengan penyembahan pada para dewanya. Batu obelisk yang bentuknya menyerupai Paku raksasa; bersisi 4 sisi bidang yang semakin ke atas semakin kecil dan dipuncaknya dimahkotai batu berbentuk Pyramida yang biasanya dilapisi emas, perunggu atau paduan logam lain. Â Yang seakan bersinar serta memantulkannya ketika terkena sinar matahari.
Pada mulanya Obelisk merupakan bentuk penghormatan pada Dewa Matahari. Dan para Firaun dipersonifikasikan sebagai putra matahari dari wanita yang melahirkannya. Â Para firaun selalu mendirikan Obelisk untuk dirinya terkait dengan peristiwa penting tertentu. Â Karenanya kita akan temui pada setiap empat sisi obelisk prasasti terpahat yang memulian firaun yang membuatnya. Â Bagi Firaun, Obelisk melambangkan stabilitas dan keabadian.
Konsep Obelisk sebagai sebuah monument juga menginspirasi para arsitektur modern untuk membangun monument sejenis dengan sedikit inprovisasi bentuk dn fungsinya. Tugu Monas, monument di Surabaya,Monumen Linggar jati hingga monument di Washington mengambil bentuk Obelisk sebagai sumber inspirasinya.
Berjalan menjauhi batu Obelisk, kurang lebih  sejarak lemparan lembing Neeraj Chopra atlit asal India pemenang Olympiade Tokyo 2020 (Lemparan terjauhnya 87,58 meter) terdapat sebuah Parasasti berbentuk tidak terlalu bulat tapi mendekati oval,  setinggi 2 meter lebih dengan lebar tak lebih dari 2 meter, yang di pagari rantai  di sisi luarnya. Yang di atasnya terdapat Patung sejenis kumbang besar (Scarabs Beetle) yang di dedikasikan oleh Amenhotep III.
Monument kecil  ini unik dan banyak menarik minat wisatawan, dan mereka mau melakukan hal aneh disana.  Sekelompok wisatawan diajak berkumpul mendekat...dan "sang pemandu wisata membisikan kata-kata berupa mantra. Semua serius, terdiam...saling memandang, lalu tertawa. Setelah itu bersama-sama mereka melakukannya"
Ada apakah geranganan yang terjadi disana? Mau tahu? Â Ini rahasianya,..."Sim Salabim...Abakadabra..." Tenang ...ini bukan sulap, juga bukan sihir. Mohon yang satu perguruan jangan saling mengganggu ritul ini...nanti eyang guru marah...bisa berabe! Disetrap berdiri dengan satu kaki di panjuran air kali... (Intermeso sedikit biar nggak terlalu serius)
Wisatawan dari negera manapun, kadang banyak melakukannya. Menerima saja tanpa pakai logika. Berputar dalam sebuah parade mengeliling monument kumbang dalam hitungan sesuai yang diinginkan. Kok yang diinginkan? Kenapa tidak sama?
Nah kita buka, satu-satu matra yang dibisikan pemandu wisata tadi :
Konsepnya tentu berasal dari kepercayaan Mesir Kuno yang terkait dengan penyembahan dewa. Â Salah satunya Dewa Kephri sang dewa matahari terbit, yang dipersonifikasikan dalam bentuk Kumbang Besar. Â Sehingga ritual mengelilinginya dianggap ritual sakral. Â Ini yang pertama, yang jadi landasannya.
1. Bila Anda menginginan keberuntungan, maka berputarlah 3 kali.
2. Bila Anda Anda atau anak anda atau orang-orang yang anda inginkan agar cepat  menikah, maka berputarlah 7 kali.
3. Bila Anda atau Istri (maaf... mandul) dan ingin segera punya anak , maka berputarlah 9 kali.
4. Bila Anda ingin kelenger hingga mabuk, maka berputarlah terus tanpa berhenti hingga pagi hari (nah yang ini mantranya datang dari perguruan lain yang yang secara sentimen mengganggu acara ritual tadi. Â haa...haa...haa....)
Jadi...jangan heran bila suatu saat Anda datang ke Karnak Temple melihat kejadian serupa. Ya...ritual tadi memang tidak ada dasar ilmiah dan logikanya. Â Mereka melakuan ritual tersebut hanya ingin bersenang-senang belaka. Inilah kunci sebenarnya.
Tak jauh dari sana, tersebuah danau. Danau yang indah dulunya. Saat ini tampak biasa saja. Danau yang digali atas perintah Tuthmosis III (1473-1458 SM) berukuran 120 m x 77 m yang dilapisi dinding batu serta memiliki tangga untuk turun ke dalam danau. Danau ini merupakan rumah bagi Angsa Suci, personefikasi dewa Amun.  Dan simbol "Air Purba" dimana menurut kepercayaan Mesir Kuno, kehidupan muncul darinya.
Danau yang digunakan untuk ritual pensucian dan ritual navigasi yang biasa digunakan para pendeta, dikelilingi oleh tempat tinggal para imam pendeta di sisi timur, bangunan lain yang berfungsi sebagai gudang dan kandang untuk burung air. Â Banyak cerita legenda yang terkait dengan keberadaan danau ini, yang semuanya bermuara kepada kepercayaan mesir kuno yng banyak terkait dengan eksistensi sang dewa mereka.
Terpesona dengan kebesaran dan kemegahan Karnak Temple kami pun sepakat untuk kembali lagi pada malam harinya. Hari ini juga! Â Â Ah...yang benar nih boss? Â Apa tidak salah rencana nih ? Â Lalu apa yang kita cari di sini...apalagi malam hari !!!
Kita akan mencari Sesuatu yang beda. Beda dari biasanya. Yang spektakuler dan membuat kita merasakan apa yang terjadi di dalamnya, di sini di Kuil Karnak yang besar dan megah dalam "Sound and Light in Karnak Temple"
 Ikuti kisahnyanya di bagian terakhir perjalanan kami Menapak Tilasi Jejak Para Nabi selama 18 hari, yang telah dimulai dari Jordania - Palestina yang diduduki Israel dan berakhir di Luxor Mesir.  "Stay tune on"  Kompasiana channel.  Adios Amigos ! Hasta manana, (dibaca hasta manyana), See You Soon!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H