Sebenarnya apa sih konsep orang Mesir Kuno tentang Batu Obelisk ini? Â Bermula dari kepercayaan Mesir Kuno dengan penyembahan pada para dewanya. Batu obelisk yang bentuknya menyerupai Paku raksasa; bersisi 4 sisi bidang yang semakin ke atas semakin kecil dan dipuncaknya dimahkotai batu berbentuk Pyramida yang biasanya dilapisi emas, perunggu atau paduan logam lain. Â Yang seakan bersinar serta memantulkannya ketika terkena sinar matahari.
Pada mulanya Obelisk merupakan bentuk penghormatan pada Dewa Matahari. Dan para Firaun dipersonifikasikan sebagai putra matahari dari wanita yang melahirkannya. Â Para firaun selalu mendirikan Obelisk untuk dirinya terkait dengan peristiwa penting tertentu. Â Karenanya kita akan temui pada setiap empat sisi obelisk prasasti terpahat yang memulian firaun yang membuatnya. Â Bagi Firaun, Obelisk melambangkan stabilitas dan keabadian.
Konsep Obelisk sebagai sebuah monument juga menginspirasi para arsitektur modern untuk membangun monument sejenis dengan sedikit inprovisasi bentuk dn fungsinya. Tugu Monas, monument di Surabaya,Monumen Linggar jati hingga monument di Washington mengambil bentuk Obelisk sebagai sumber inspirasinya.
Berjalan menjauhi batu Obelisk, kurang lebih  sejarak lemparan lembing Neeraj Chopra atlit asal India pemenang Olympiade Tokyo 2020 (Lemparan terjauhnya 87,58 meter) terdapat sebuah Parasasti berbentuk tidak terlalu bulat tapi mendekati oval,  setinggi 2 meter lebih dengan lebar tak lebih dari 2 meter, yang di pagari rantai  di sisi luarnya. Yang di atasnya terdapat Patung sejenis kumbang besar (Scarabs Beetle) yang di dedikasikan oleh Amenhotep III.
Monument kecil  ini unik dan banyak menarik minat wisatawan, dan mereka mau melakukan hal aneh disana.  Sekelompok wisatawan diajak berkumpul mendekat...dan "sang pemandu wisata membisikan kata-kata berupa mantra. Semua serius, terdiam...saling memandang, lalu tertawa. Setelah itu bersama-sama mereka melakukannya"
Ada apakah geranganan yang terjadi disana? Mau tahu? Â Ini rahasianya,..."Sim Salabim...Abakadabra..." Tenang ...ini bukan sulap, juga bukan sihir. Mohon yang satu perguruan jangan saling mengganggu ritul ini...nanti eyang guru marah...bisa berabe! Disetrap berdiri dengan satu kaki di panjuran air kali... (Intermeso sedikit biar nggak terlalu serius)
Wisatawan dari negera manapun, kadang banyak melakukannya. Menerima saja tanpa pakai logika. Berputar dalam sebuah parade mengeliling monument kumbang dalam hitungan sesuai yang diinginkan. Kok yang diinginkan? Kenapa tidak sama?
Nah kita buka, satu-satu matra yang dibisikan pemandu wisata tadi :
Konsepnya tentu berasal dari kepercayaan Mesir Kuno yang terkait dengan penyembahan dewa. Â Salah satunya Dewa Kephri sang dewa matahari terbit, yang dipersonifikasikan dalam bentuk Kumbang Besar. Â Sehingga ritual mengelilinginya dianggap ritual sakral. Â Ini yang pertama, yang jadi landasannya.