Memasuki komplek Hatshepsut Tempel bagaikan masuk sebuah komplek bangunan nan megah. Dengan design arsitektur yang terencana dan tertata apik, sehingga menampilkan wujudnya yang besar dan megah. Â Yang karenanya para ahli arkeologi menyebut "Hatshepsut Tempel" sebagai maha karya arsitektur Mesir Kuno yang luar biasa pada masanya.Â
Walau sejatinya Hatshepsut Tempel ini hanyalah kamar jenazah bagi para raja dan bangsawan kerajaan Mesir. Tempat mayat yang telah dimumifikasi ditempatkan dalam sebuah peti batu yang disebut dengan Sarkofagus. Andaikan saat ini anda diajak mengunjungi kamar jenazah, apalagi malam hari, sudah dijamin, tanpa berpikir dua kali, Â pasti anda akan menolaknya. Mungkin anda menolak dengan bahasa yang halus dan berkata, "maaf bisa ajak orang lain sajakah, jangan saya" Dan sejuta alasan untuk bisa menolaknya. Jangan khawatir banyak orang yang berpikiran sama seperti anda. (Ayooo...tersenyum sama-sama)
Tapi di Hatshepsut Tempel dan juga Valley of The King hal ini jadi sangat berbeda. Walau hakekatnya sama. Â "Kamar Jenazah-Kamar Mayat" dan mereka rela membayar untuk masuk kedalamnya. Itulah hebatnya kemasan sebuah paket pariwisata. Semua yang seram dan menakutkan jadi bernilai sejarah di mata wisata; bisa mendatangkan uang untuk biaya perawatannya. Â Ok...kita tinggalkan bahasan yang seram-seram, kita lihat sisi positifnya. Arsitektur yang luar biasa.
Di teras pertama yang merupakan bagian halaman depan kuil Hatshepsut, dekat dengan pintu utama, ada sebuah situs pohon tua yng tertinggal hanya akarnya saja. Sebuah Pohon Persea (Sejenis pohon alpukat dari varitas tertentu) yang pada masa kejayaan banyak didatangkan dari beberapa kerajaan tetangga sebagi bagian proses perdagangan dengan mereka.
Beberapa sumber menyebutkan konsep dasar kebun raya dengan ratusan koleksi tanaman di dalamnya sebenarnya bukan di mulai oleh bangsa barat yang awalnya di mulai di Italia pada abad 16. Â Tapi ternyata hal ini sudah ada dan dilakukan sejak zaman firaun Mesir sejak 1500 SM, dimana dalam literatur yang ditemukan di kuil Hatshepsut yang tergambar banyaknya koleksi beberapa jenis pohon di dalamnya. Â Yang mengartikan beberapa Firaun sudah banyak mengumpulkan beberapa jenis pohon dan dengan bangga menanamnya di dekat kuil mereka.
Ditengah matahari yang sedikit menyengat, kami melanjutkan eksplorasi ke kuil Hatshepsut. Â Beberapa orang langsung naik koridor tangga menuju lantai dua. Â Namun dengan hanya melihat jauhnya, lebih banyak yang sudah menyerah. Mereka hanya mengekslorasi lantai dasar saja. Itupun tidak semua. Kami maklum karena sudah banyak yang berusia senja.
Teras bawah yang memiliki ukuran 120 m x 75 m ini dikelilingi tembok dikelilingnya dengan sebuah pintu masuk selebar 2 meter. Dibagian akhir teras bawah terdapat serambil  dengan lebar 25 Meter yang berisi 22 kolom, yang disusun dalam dua baris; 11 kolom di kanan dan 11 kolom lagi di kiri. Baik serambi maupun kolomnya dihiasi dengan  relief yang menarik yang berkisah tentang suatu kejadian.
Dua obelisk (Batu utuh besar seperti bentuk paku; seperti yang ada di Hippodrome, di depan masjid Blue Mosque Istanbul Turkey yang juga berasal dari Mesir) dari Kuil Elephantine ke Kuil Karnk di Thebes, tergambar di relief serambi selatan. Dimana Obelisk dan kuil dipersembahkan Hatshepsut kepada dewa Anum-Re.