"Hatshepsut Tempel bagaikan sebuah komplek bangunan nan megah. Dengan design arsitektur yang terencana dan tertata apik, sehingga menampilkan wujudnya yang besar dan megah. Â Yang karenanya para ahli arkeologi menyebut Hatshepsut Tempel sebagai maha karya arsitektur Mesir Kuno yang luar biasa pada masanya".
Kaki-kaki yang tadi melangkah lemah dari "Lembah Para Raja- Valley of The Kings" kini sedikit bergairah setelah energinya ditambah.  Makan siang  yang membuat semua peserta begitu berselera karena menunya yang luar biasa.  Ditambah sedikit kesempatan berbelanja melengkapi oleh-oleh untuk orang-orang tercinta di rumah.
Bus kami berhenti di area parkir yang cukup luas.  Semua peserta keluar menerobos panas yang menyengat diluar sana. Masuk kesebuah lorong besar beratap  yang di kiri-kanannya banyak toko-toko belanja.  Untuk para ibu-ibu umumnya, panas menyengat di luar sana seakan tak ada artinya setelah melihat apa yang ada dihadapannya.
Pusat belanja sederhana menjual aneka souvenir dan cendramata khas Mesir banyak tersedia. Pasar sepanjang 50 meter yang disediakan pengelola tempat wisata ini memang cukup apik ditata, seakan memanggil pengunjung kuil Hatshepsut untuk mampir mengunjunginya. Apalagi dengan embel-embel diskon besar yang menggoda. Pas dan cocok untuk mereka. Tak usah diminta mereka sudah menyerbunya. Ya...sudah kodrat wanita...suka berbelanja!
Waktu setengah jam rasanya tak cukup. Kalau tak diingatkan pasti berlanjut. Dengan berat hati mereka berkumpul di ujung lorong toko terakhir, yang hanya berjarak sepuluh meter dari loket pembelian karcis masuk lokasi. Ada yang masih berlari sambil membuat janji kembali pada pemilik toko, karena barangnya belum sempat terbeli.
Masuk lokasi "Hatshepsut Temple" dari loket hingga titik terdekat sangat jauh. Diperlukan kendaraan serupa"Odong-odong" (mobil dengan kereta mobil bersambung seperti banyak ditemui ditempat wisata). Dalam satu pergerakan semua peserta terangkut. Berhenti dititik yang sementinya berhenti.
Dihadapan kami terbentang sebuah bangunan indah yang megah di sebuah lembah luas dan datar. Bangunan 3 tingkat yang memiliki 2 tangga panjang membujur ditengah menuju tingkat 2 dan 3. Â Setelah tangga pertama yang menuju tingkat 2 terbentang halaman luas. Â Teras yang seakan merupakan atap bangunan tingkat pertama. Â Tangga kedua yang bentuknya nyaris serupa membujur ditengah menuju bangunan di lantai ke 3. Â Dengan tebing kapur menjulang tinggi yang menjadi latar belakangnya.
Setiap jalur tangga terbagi tiga bagian. Bagian tengah berupa anak tangga dan sisi kiri-kanannya berupa tangga datar yang memungkinkan kursi roda berjalan diatasnya. Atau serupa jalan menanjak untuk orang yang tidak mau naik anak tangga. Yang terbuat dari potongan batu serupa kramik yang dipasang rapi sepanjang tangga.
Pada setiap tangga dibuat reeling pembatas tangga yang pada bagian awalnya ditempatkan patung dewa Horus berbentuk wujud aslinya, seekor Elang Falcon di sisi kiri dan kanan. Sayangnya elang falcon di sebelah kanan sudah rusak tak berwujud seperti aslinya.
Memasuki komplek Hatshepsut Tempel bagaikan masuk sebuah komplek bangunan nan megah. Dengan design arsitektur yang terencana dan tertata apik, sehingga menampilkan wujudnya yang besar dan megah. Â Yang karenanya para ahli arkeologi menyebut "Hatshepsut Tempel" sebagai maha karya arsitektur Mesir Kuno yang luar biasa pada masanya.Â
Walau sejatinya Hatshepsut Tempel ini hanyalah kamar jenazah bagi para raja dan bangsawan kerajaan Mesir. Tempat mayat yang telah dimumifikasi ditempatkan dalam sebuah peti batu yang disebut dengan Sarkofagus. Andaikan saat ini anda diajak mengunjungi kamar jenazah, apalagi malam hari, sudah dijamin, tanpa berpikir dua kali, Â pasti anda akan menolaknya. Mungkin anda menolak dengan bahasa yang halus dan berkata, "maaf bisa ajak orang lain sajakah, jangan saya" Dan sejuta alasan untuk bisa menolaknya. Jangan khawatir banyak orang yang berpikiran sama seperti anda. (Ayooo...tersenyum sama-sama)
Tapi di Hatshepsut Tempel dan juga Valley of The King hal ini jadi sangat berbeda. Walau hakekatnya sama. Â "Kamar Jenazah-Kamar Mayat" dan mereka rela membayar untuk masuk kedalamnya. Itulah hebatnya kemasan sebuah paket pariwisata. Semua yang seram dan menakutkan jadi bernilai sejarah di mata wisata; bisa mendatangkan uang untuk biaya perawatannya. Â Ok...kita tinggalkan bahasan yang seram-seram, kita lihat sisi positifnya. Arsitektur yang luar biasa.
Di teras pertama yang merupakan bagian halaman depan kuil Hatshepsut, dekat dengan pintu utama, ada sebuah situs pohon tua yng tertinggal hanya akarnya saja. Sebuah Pohon Persea (Sejenis pohon alpukat dari varitas tertentu) yang pada masa kejayaan banyak didatangkan dari beberapa kerajaan tetangga sebagi bagian proses perdagangan dengan mereka.
Beberapa sumber menyebutkan konsep dasar kebun raya dengan ratusan koleksi tanaman di dalamnya sebenarnya bukan di mulai oleh bangsa barat yang awalnya di mulai di Italia pada abad 16. Â Tapi ternyata hal ini sudah ada dan dilakukan sejak zaman firaun Mesir sejak 1500 SM, dimana dalam literatur yang ditemukan di kuil Hatshepsut yang tergambar banyaknya koleksi beberapa jenis pohon di dalamnya. Â Yang mengartikan beberapa Firaun sudah banyak mengumpulkan beberapa jenis pohon dan dengan bangga menanamnya di dekat kuil mereka.
Ditengah matahari yang sedikit menyengat, kami melanjutkan eksplorasi ke kuil Hatshepsut. Â Beberapa orang langsung naik koridor tangga menuju lantai dua. Â Namun dengan hanya melihat jauhnya, lebih banyak yang sudah menyerah. Mereka hanya mengekslorasi lantai dasar saja. Itupun tidak semua. Kami maklum karena sudah banyak yang berusia senja.
Teras bawah yang memiliki ukuran 120 m x 75 m ini dikelilingi tembok dikelilingnya dengan sebuah pintu masuk selebar 2 meter. Dibagian akhir teras bawah terdapat serambil  dengan lebar 25 Meter yang berisi 22 kolom, yang disusun dalam dua baris; 11 kolom di kanan dan 11 kolom lagi di kiri. Baik serambi maupun kolomnya dihiasi dengan  relief yang menarik yang berkisah tentang suatu kejadian.
Dua obelisk (Batu utuh besar seperti bentuk paku; seperti yang ada di Hippodrome, di depan masjid Blue Mosque Istanbul Turkey yang juga berasal dari Mesir) dari Kuil Elephantine ke Kuil Karnk di Thebes, tergambar di relief serambi selatan. Dimana Obelisk dan kuil dipersembahkan Hatshepsut kepada dewa Anum-Re.
Disisi utara relief menggambarkan Hatshepsut sebagai Sphinx yang menghancurkan musuh-musuhnya. Ada juga relief berburu dan memancing dan persembahan kepada para dewa. Â Sementara di ujung luar serambi terdapat patung setinggi 7,8 meter. Â Patung dewa Osiride sebagai salah satu perwujudan dewa Osiris, dewa alam baka.
Kami menapaki tangga teras ke dua (teras tengah) dengan cukup bersusah payah. Â Apalagi di tengah terik matahari yang cukup panas membakar. Jarak yang cukup jauh dengan kemiringan lebih dari 25 derajat membuat paru-paru bekerja ekstra keras untuk bernafas. Perlahan namun pasti akhirnya semua bisa kami lalui.
Tidak sampai itu saja, kami juga harus melalui teras yang luasnya dua kali luas teras sebelumya. Â Teras yang seakan menjadi dinding atap lantai pertama. Agar dapat mengekplor serambi tengah yang ada. Teras tengah kedua di bagian area tangga ini berukuran 75 m x 90 m. Di depannya ada serambi. Â Di sisi kanan terdapat 22 kolom yang disusun dalam 2 barisan. Â Sementara sisi kiri berisi 15 kolom dalam satu baris.
Relief di serambi kanan sangat menojol secara grafis. Ada yang menggambarkan ekspedisi ke Tanah Punt dan pengangkutan barang-barang eksotis ke Thebes; menceritakan kelahiran dewa Hatshepsut kepada Thutmose I, yang diwakili Amun-Re dan Ahmose. Â Yang secara grafis relief melambangkan legitimasi pemerintahan Hatshepsut baik dari garis keturunan kerajaan maupun dari keturunan orang suci.
Di sisi kiri ada beberapa ruang kosong yang belum selesai dibuat. Â Disana juga terdapat Spinx yang ditempatkan dekat tangga naik berikutnya. Juga terdapat kuil untuk dewa Hathor dan Ra.
Untuk mencapai teras teratas (teras ketiga) dibutuhkan perjuangan yang kurang lebih sama saat kita naik ke teras ke dua. Jarak yang cukup jauh dengan kemiringan lebih dari 25 derajat membuat paru-paru bekerja ekstra keras untuk bernafas untuk yang kedua kalinya.  Beberapa peserta sudah nyaris putus asa.  Namun semangatnya  sebagai pengembara dunia terus memacu adrenalinnya. Perlahan namun pasti akhirnya semua bisa teratasi.
Berbeda dengan sebelumnya, teras atas ini terbuka. Ada 26 kolom yang masing-masing dipagari patus Hatshepsut Osiride setinggi 5,2 meter. Yang terbagi dua oleh gerbang granit untuk masuk ke halaman perayaan. Pembagian ini secara tersirat menggambarkan kekuasaan Hatshepsut di Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Dengan makna tersurat ingin diungkapkan bahwa Hatshepsut adalah Raja Mesir Hulu dan Hilir.
Halaman perayaan dikelilingi oleh tiang-tiang, dua deret di sisi utara, timur dan selatan, dan tiga deret di sisi barat. Â Dindingnya diukir relief perayaan Festival indah lembah di utara, Festival Opet di timur dan Ritual Penobatan di selatan. Tiga situs pemujaan yang ada halaman perayaan.
Tempat suci Amun terletak di barat pada poros utama; di utara ada pengadilan pemujaan matahari dan di selatan ada tempat pemujaan yang didedikasikan untuk kamar mayat Hatshepsut dan Thutmose I.
Ketika kita berdiri persis di bagian tengah teras teratas Hatshepsut Tempel dan memandang halaman utama, maka kemegahan karya arsitekturnya terasa luar biasa. Â Berdiri disebuah bangunan tinggi dan megah bak memposisikan diri sebagai sang raja yang hendak bersabda di depan seluruh rakyatnya yang berdiri, berkumpul sambil menunggu titahnya. Â Mereka semua tampak kecil, seakan tak berarti, seakan tak bermakna hidupnya bagi seorang raja yang yang tengah berdiri disana. Â (Woooy...ayoo sudah berhenti menghayalnya... tapi ini fakta Bro...anda bisa membuktikannya bila anda berdiri di sana!)
Ini karya luar biasa untuk seorang firaun wanita.  Loh...kok firaun nya wanita?  Bagaimana bisa?  Bagaimana mungkin wanita bisa melakuan hal luar biasa pada zamannya?  Ya...itulah hebatnya seorang wanita yang banyak tidak diketahui atau setidaknya tidak disadari oleh kaum pria. Kodrat fisiknya memang lemah, tapi..kekuatannya luar biasa. Â
Banyak fakta yang telah membuktikan bahwa kekuatan fisik wanita jauh dari kekuatan pria. Wahai pria yang merasa perkasa...sanggupkan engkau menanggung derita beban di perutmu selama 9 bulan sepuluh hari? Â Wahai pria...sanggupkah engkau mengurus rumah tangga dan mengurus anak-anak sepanjang hari setiap harinya hingga dia dewasa tanpa mengharap imbalan sepeserpun dari hasil kerjanya? Â Saya rasa, dua pertanyaan sudah cukup, dan anda tak akan mampu menjawabnya apalagi melaksanakannya.
Inilah yang terjadi pada diri Hatshepsut, seorang wanita yang lahir pada zaman. Lahir sebagai anak perempuan Firaun Thutmose I dan Ahmose sebagai Permaisuri utamanya. Yang dalam bahasa Mesir berarti "Wanita Terkemuka". Lahir pada 1507 SM dan meninggal pada 1458 SM. Yang berarti Hatshepsut hanya berusia 49 tahun. Â Dalam sejarah dikenal sebagai Firaun wanita yang paling berkuasa kedua setelah Firaun wanita "Sobekneferu" dari dinasti ke 12.
Ia menikah dengan Thutmose II, pewaris firaun setelah ayahnya, dan menjadi permaisuri utamanya. Pernikahannya melahirkan seoarang putrid yangbernama "Neferure" namun tidak melahirkan anak laki-laki sebagai calon penerus firaun. Â Sebagai firaun Thutmose II juga memiliki isti kedua dan seterusnya. Dari istri keduanya Thutmose II mendapatan anak laki-laki pewaris firaun berikutnya yang nanti akan bergelar Thutmose III.Â
Suami Hatshepsut, yaitu Thutmose II adalah Putra dari Thustmose I (Ayah nya Hatshepsut) dari istri keduanya yang bernama Mutnofret yang bergelar putri raja.
Thutmose II diperkiraan meninggal saat anak nya berusia muda, yang kemudian dinobatkan sebagai Thutmose III pada saat usianya sangat dini sekali. Karenanya Hatshepsut sebagai permaisuri utama mengemban tugas sementara sebagai pengganti firaun, sebagai Bupati. Â
Atau dalam istilah pemerintahan sekarang disebut Plt (Pelaksana tugas, yaitu pejabat yang menempati posisi jabatan yang bersifat sementara karena pejabat yang menempati posisi sebelumnya berhalangan atau terkena peraturan hokum sehingga tidak menempati posisi tersebut)
Memulai debut karier nya sebagai Bupati pada dalam masa pemerintahan Thutmose III yang belum bisa berperan sebagai raja pada 1479 SM dan terus memerintah hingga 1478 SM.  Hatshepsut  memerintah dengan menegaskan garis keturunan sebagai putri tunggal sang ayah Thutmose I dan Sang Ibu, Ahmose, Permaisuri utama. Pemerintahan Hatshepsut tercatat selama 22 tahun walau ada paker sejarah yang hanya mencatatnya 21 tahun 9 bulan.
Ahli sejarah mencatat pengesahannya sebagai firaun terjadi dimakam Ramose dan Hotnofer, dimana sebuah guci tembikar atau bejana ditemukan dicap dengan tanggal "tahun 7".  Sementara guci lain ditemukan bercap stempel "Istri Tuhan Hatshepsut" dan guci lain bermaterai "Yang Baik-Dewi Maatkare" oleh ekspedisi Museum Seni Metropolitan 1935-1936 di lereng bukit dekat Thebes.  Semua temuan membuktikan bahwa Hatshepsut diakui sebagi raja dan bukan sebagai ratu.
Dalam pemerintahannya Hatshepsut aktif melakukan perdagangan ke kerjaan tetangganya. Tercatat terjadi ekspedisi ke Punt yang diawasi dan mendanai langsung oleh Hatshepsut pada tahun ke Sembilan pemerintahannya yang menggunakan 5 buah kapal dengan panjang mencapai 21 meter dengan 210 orang yang di dalamnya termasuk 30 pendayung.
Banyak barang perdagangan yang dibeli dari Punt, terutama kemenyan dan mur serta membawa 31 pohon hidup yangdisimpan dalam keranjang. Yang perlu dicatat bahwa sebagian pohon tersebut ditanam di dekat Kuil Htshepsut.
Hatshepsut membangun kejayaan kerajaan dinasti ke delapan belas dengan banyak melakukan ekspedisi perdagangan dan ekspedisi ke Byblos dan Semenenanjung Sinai dan kemungkinan juga melakuan penyerangan ke kerajaan Nubia dan Kanaan. Â Dengan perannya Hatshepsut menjadi Firaun Wanita ternama dizamannya.
Sayangnya setalah kematiannya (muminya ditemukan pada 27 Juni 20017 di lembah para raja dengan kode makam KV60 yang telah diidentifikasaikan sebagai jasatnya) dan peralihan kekuasaan firmaun ke Thumose III, pengrusakan terhadap karya besar Hatshepsut banyak dilakukan di kuilnya.
Banyak patung Hatshepsut dirobohkan bahkan dihancuran atau diubah bentuknya sebelum dikubur dalam lubang. Relief-relief di dinding yang bergambar dirinya di pahat disamarkan atau dihilangkan yang merusak karya seni di dalamnya. Di Karnak temple bahkan ada upaya untuk menutup batu Obelisk nya.
Banyak analisis spekulasi terjadi dari para ahli yang menyatakan bahwa ini upaya sistematis penerusnya atau pihak lain untuk menutupi popularitas Hatshepsut, firaun wanita yang tak ingin menjadi penghalang populeritas Firaun berikutnya atau mungkin upaya menghemat uang untuk membangun monument pemakaman Thutmose III dengan menggunakan pondasi Kuil Hatshepsut.
Atau pengrusakan yang sistematis yang dilakukan oleh Amenhotep II, Â Putra Thutmose III dan para pengikut setianya agar dapat mengukuhkan hak warisnya sebagai firaun berikutnya. Dengan mematahkan garis keturunan kerajaan dengan tidak mencantumkan nama ratu dan menhilangkan gelar kuat dan peran resmi wanita di kerajaan.
Secara logika semua menjadi masuk akal karena anggapan kebencian Thutmose III terhadap populeritas Hatshepsut sejak dirinya diangkat menjadi penguasa Mesir, karena selam ini dia hanya menjadi wakilnya. Â Para ahli menganggap penghapusan populeritas Hatshepsut mirip dengan dammanatio memoriae Romawi.
Namun ada juga ahli yang beranggapan bahwa hipotesa itu terlalu sederhana. Bahwa Thutmose III yang masa mudanya berperan sebagai wakil Hatshepsut, yang dikenal sebagai seorang atlet, penulis, sejarahwan, ahli botani dan arsitek handal yang terkenal gigih dan focus, juga sebagai seorang Jendral, akan melakukan hal yang hina dengan membalas dendam pada ibu tiri dan juga bibinya, Hatshepsut, yang tentunya akan merenungkan  perbuatan tercelanya selama masa dua dekade pemerintahannya.  Wallahu a'lam bishawab.
Ku pandangi sekali lagi semua bangunan yang ada di Hatshepsut temple dari titik tertengah dimana aku bias memandang hampir semuanya. Betapa hebat wanita ini...betapa Allah telah menciptakan karakter wanita yang kuat dan perkasa dengan karya arsitektur yang maha hebat dizamannya. Walau dia hanya wanita yang kadang harus tunduk akan takdir dan kodratnya...
Teringat sebuah bait syair lagu "Island of Life" yang dinyanyikan Jon Anderson dalam sebuah konser bersama maestro instrumen Kitaro bercerita tentang Kehidupan :
....
 Without woman who am I?
Who am I on this island of faith?
Who am I on this island of life?
You are the sea, you are the sky
You are the ocean
I am the earth, I am the island of your love
...
Â
# Berlanjut dengan tulisan berikutnya tentang : Kebesaran dan Kehebatan Karnak Temple
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H