Tiba-tiba semua bayangan indah itu hilang, kala seorang jamaah sedikit berkata lantang, “Ayo…, cepat nanti kita terlambat, waktu subuh semakit dekat”. Terhendak dari lamunan kenangan indah masa silam, ku lirik jam tangan hitam di tangan. Ya… rasanya memang tersisa kurang dari 30 menit, saat waktu subuh akan tiba. Waktu terasa mengejar…mendekat.
Sang penguasa sengaja menahan umat Islam berlama-lama bercengkerama dengan Tuhannya di saat yang mustajab ini. Mereka tahu pasti betapa akan dahsyatnya umat Islam bila semua pengikutnya taat melaksanakan sholat Tahajud dan subuh berjamaah di Masjid. Kedahsyatan umat yang tak ingin dilihat. Tak ingin jadi penghambat bagi kejayaan sesaat.
Kini yang terlihat hanya kesunyian diantara bangunan-banguan madrasah; diantara, mihrab-mihrab para pemunajat cinta; diantara kubah-kubah pencari ilmu; diantara sudut-sudut ruang tertentu; diantara kokohnya Masjid Kubah Shokhro’, yang seakan hanya diam termangu.
Kami sedikit berputar mengelilingi Masjid Kubah Shokhro’ yang semua pintu masuknya masih tertutup rapat. Masjid ini memang jarang dibuka untuk sholat tahajud dan subuh. Pintu-pintunya akan dibuka sekitar pukul 09 atau 10 pagi dan akan ditutup ba’da sholat Isya. Semua sholat Fardu juga dilakukan dengan berjamaah di Masjid Kubah Shokhro’.
Barjarak 50 m atau lebih dari pintu Qubbatush Shokhro” menuju Selatan, kami menjumpai lagi “Mawazin” Jembatan Penyeimbang. Agar lebih mudah kita sebut “Gapura” dalam bahasa Indonesia. Berjumlah 4 lengkungan dan puluhan anak tangga batu menuju ke bawah. Berhadap langsung dengan Masjid Al Aqsha al-Masquf (Masjid Al Aqsha yang beratap).
Dari jarak kami berdiri, di akhir tangga terakhir, terbentang square kurang lebih 100 m x 50 m yang seakan menjadi area “penerimaan tamu” bagi para pencari ridho Illahi. Di tengah bagian ahirnya terdapat sebuah Cawan Air, yang di sebut “Al-Ka’s”. Bangunan berbentuk bulat membentuk kolam. Berpagar besi yang di tengahnya terdapat bangunan kecil menyerupai cawan sebagai air mancur. Darinya air keluar ke dalam kolam.
Di sekeliling luar kolam terdapat banyak pancuran kecil untuk orang mengambil wudhu. Dari bagian lantai teratas hingga ke bawah terbagi empat menjadi lingkaran anak tangga yang menambah cantik bentuk “Al-Ka’s”. Di setiap pancuran air wudhu terdapat sebuah kursi batu bagi mereka yang berwudhu.
Al-Ka’s (Tempat wudhu yang berbentuk Cawan) dibangun pada 589 H / 1193 M oleh Sultan Abu Bakar bin Ayyub, yang kemudian diperbaiki lagi oleh Al-Amir Saifuddin Tankiz an-Nashiri wakil Sultan di Syam pada 728 H / 1327 M.
Sang arsitek pembangun Masjid Al-Aqsha al-Masquf (Masjid Al Aqsho yang beratap) seakan menginspirasikan sebuah philosofi “Wahai pencari ridho Illahi, bersihkanlah dirimu sebelum engkau menemui Khaliq-mu”