Aku terperanjat kaget, kutatap wajahnya karena khawatir dia main-main atau sekedar canda belaka.
"Kamu nggak main-main nih?
"Aku serius, asalkan kamu siap menjadi anggota parlemen pusat!"
"Benar nih"
"Iya ...Pokoknya kalau kamu mau, biar aku yang mengurusi, kamu hanya duduk manis saja,"
Udin kemudian berbisik padaku dan aku hanya mengangguk-anggukan kepala kepala, setuju apa yang dikatakan Udin.
"Jadi selanjutnya apa yang harus aku lakukan?"
"Kamu mah memantau saja, biar aku dengan kawan-kawan bergerak untuk memenangkan kami menjadi anggoa dewan,"
Aku sedikit  lega dan  bahagia, karena selama ini yang aku pikirkan adalah semua  memerlukan biaya yang tidak sedikit. Namun  dengan adanya tawaran dari Udin, aku merasa lega, terlebih uang yang disiapkan tidak sedikit.
Sudah lama aku mengenal Udin, namun yang selama kutahu, dia pandai sekali melobi dan melakukan komunikasi dengan berbagai kalangan. Pekerjaannya dibidang proyek, Â dia bisa mengerjakan proyek pemerintah dengan angka bisa mencapai milyaran rupiah.
Aku sering diajak untuk ikut mengerjakan proyeknya dan sebebagian besar proyek yang dia garap bisa dikerjakan dengan baik.Â