Kelima, Kalimat Indah Penuh Makna. Untuk ice breaker, Kalimat Indah Penuh Makna ini bertujuan supaya memotivasi proses KBM dan bersifat positif yang mencerminkan suatu komunitas atau teladan yang akan didapatkan. Saya mengutip ucapan Sufyan Ats-Tsauri, “Ilmu itu memanggil amal. Jika ia menjawab, maka ilmu itu akan bermanfaat, tetapi bila ia tidak menjawab, maka ilmu itu akan pergi” (hal. 65)
Keenam, Story Telling. Bercerita untuk Ice Breaker adalah menyampaikan sebuah kisah nyata berdasar kenyataan atau yang bersifat fiksi yang keduanya mengandung hikmah teladan. Biasanya bercerita metode yang sangat disukai oleh peserta didik.
Ketujuh, TepukTangan. Teknik bertepuk tangan untuk ice breaker ini sangat efektif mengonsentrasikan para siswa sebelum memulai KBM. Mengkondisikan para siswa agar kembali segar dan focus mengikuti KBM, maupun untuk memberi perasaan senang ketika mengakhiri KBM. Teknik ini juga cukup mudah dan dapat langsung diterapkan tanpa memerlukan persiapan yang panjang. Salah satu contohnya : Jika disebutkan “Subhanallah” dijawab tepuk 1x, jika disebutkan “Alhamdulillah”, dijawab tepuk 2x, jika disebutkan “Laailaahaillallah”, dijawab tepuk 3x, dan jika disebutkan “Allahu Akbar”, dijawab Allahu Akbar.
Kedelapan, Senam Otak. Teknik ini sangat efektif untuk membuat otak siap bekerja, karena diawali dengan sebuah gerakan. Jika kita melatih otak, kita akan mempengaruhi tubuh secara positif. Jika kita melatih tubuh, kita akan mempengaruhi otak secara positif.
Kesembilan, Humor. Humor sebagai ice breaker adalah suatu kegiatan untuk membantu siswa menemukan jati diri mereka sesungguhnya. Jika siswa dituntut ketat dan bertingkah laku sempurna, maka dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman. Sebaliknya, jika disampaikan dengan rasa humor, dapat membuat siswa menemukan rasa percaya diri mereka dan tumbuh secara positif.
Kesepuluh, Tebak-tebakan. Tebak-tebakan sebagai ice breaker adalah suatu kegiatan untuk merangsang rasa ingin tahu siswa serta membangun kreatifitas siswa dalam membuat dan menjawab permasalahan dari sisi yang unik.
Saya tidak hanya memberikan metode yang diterapkan untuk Ice Breaker saja, melainkan juga ada jurus ampuh untuk Pengantar Belajar.
Tentunya kehadiran buku yang saya tulis ini tidak hanya bernilai bagi guru saja. Tetrapi juga sangat cocok sebagai panduan bagi trainer, tutor dan professional pendidikan dalam mengelola Ice Breaker di dalam ruangan kelas / ruangan pelatihan.
Kelebihan dari buku ini adalah memberikan kiat-kiat sederhana untuk penyemangat belajar, sehingga pembaca akan lebih merasa tergugah dalam mengajar.
Tentunya kelemahan pada buku ini sangatlah jelas. Yaitu tidak adanya audio visual yang menunjang dalam mempraktekkan ice breaker ini. Sehingga pembaca diharuskan ber-improvisasi dalam penyampaiannya. Namun demikian, penyajian ide-ide segar yang inspiratif seolah menutupi kekurangan itu. Dan buku ini layak untuk dijadikan panduan bagi seorang guru yang kreatif.
Salam,