KEJENUHAN dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seringkali terjadi, dikarenakan dalam proses belajar mengajarnya yang sangat monoton. Akibatnya anak didik akan merasa jenuh dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga menjadi hambatan tersendiri bagi seorang guru untuk mengalihkan kembali pada materi ajar. Maka, tak jarang guru pun dihinggapi rasa jenuh dan tidak senang dalam meyampaikan materi ajar.
Seharusnya guru menyadari betul bahwa pelajaran bukan hanya kumpulan fakta semata, malainkan sekumpulan proses yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Apalagi paradigma pendidikan saat ini, guru dituntut untuk mengembangkan sikap kreatifnya. Agar peserta didik merasa senang terhadap materi yang akan diajarkan.
Seiring dengan kebutuhan di atas, lewat buku “100+ Ice Breaker Penyemangat Belajar”, saya Kusumo Suryoharjuno, sebagai penulis dan Trainer mencoba memberikan nuansa tambahan bagi guru dalam mengajar. Saya menganggap bahwa sebaiknya dalam penyampaian bahan ajar, guru tidak bersifat monoton, menjemukan dan kurang menggugah semangat belajar siswa. Dalam buku ini, saya mengajak guru untuk menghidupkan suasana di dalam kelas dengan menggunakan Ice Breaker yang berdurasi 2-5 menit di awal, di akhir, bahkan disela-sela KBM. Itulah yang saya sampaikan dalam acara Workshop Ice Breaker Penyemangat Belajar untuk Guru guru se-Jawa Tengah di Gedung PKK Jalan Sriwijaya Kota Semarang. Acara di ikuti oleh lebih dari 400 Guru dan seluruh peserta sangat antusias mengikuti acaranya hingga selesai.
Ice Breaker itu sendiri merupakan peralihan situasi dari membosankan, mengantuk, menjemukan, dan tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk mendengarkan atau melihat orang yang berbicara di depan kelas atau ruangan pertemuan.
Saya memberikan rumus sederhana, supaya ketika mengajar guru mampu membuat kelas menjadi lebih hidup. Rumusnya adalah CG + CP = SB P, artinya jika siswa Cinta Guru Plus Cinta Pelajaran, maka akan Semangat Belajar, semangat belajar akan mengantarkan sukses meraih Prestasi.
Untuk mencari tahu jawaban seputar permasalahan proses pembelajaran, buku setebal 138 halaman ini menjadi solusi bagi mereka yang sering berada di depan audien, untuk menghidupkan suasana kelas menjadi lebih hidup, khususnya bagi guru. Secara garis besar melalui buku ini, pembaca akan disuguhi bermacam-macam Ice Breaker itu sendiri, diantaranya:
Pertama, Games. Permainan untuk Ice Breaker adalah kegiataan simulasi yang melibatkan siswa. Dimana durasi waktu yang diperlukan berkisar antara 1-5 menit. Tema Indah Bersama sebagai contohnya;
- Siswa diminta berpasangan dengan posisi saling berhadapan
- Rapikan penampilan pasangannya dari atas ke bawah
- Kegiatan merapikan tidak boleh bergantian dengan pasangan, tetapi harus bersamaan dilakukan dengan pasangannya.
Tujuan dari permainan ini adalah kepedulian terhadap sesama teman. Ini bisa dilakukan di awal sebelum KBM.
Kedua, Menyanyi. Saya memaparkan bahwa menyanyi sebagai Ice Breaker adalah kegiatan yang paling mudah dan disukai, tetapi jarang digunakan guru kecuali guru seni suara. Menyanyi bisa dilakukan oleh anak-anak, remaja maupun dewasa sekalipun yang dinyanyikan boleh jadi tidak sesuai dengan usianya. Namun, jika dikemas dengan baik, menyanyi dapat membuat suasana kelas menjadi gembira.
Ketiga, Senam. Senam untuk Ice Breaker itu sendiri adalah gerakan-gerakan sederhana yang mudah dilakukan, tidak terlalu menguras tenaga atau keringat, tidak pula membahayakan dan tetap ada unsur kegembiraan. Kedip-kedipan mata, naik turunkan hidung, misalnya.
Keempat, Kalimat Pembangkit Semangat. Kalimat di sini harus mampu memotivasi kegiatan belajar mengajar dan tentunya bersifat posiotif.
Kelima, Kalimat Indah Penuh Makna. Untuk ice breaker, Kalimat Indah Penuh Makna ini bertujuan supaya memotivasi proses KBM dan bersifat positif yang mencerminkan suatu komunitas atau teladan yang akan didapatkan. Saya mengutip ucapan Sufyan Ats-Tsauri, “Ilmu itu memanggil amal. Jika ia menjawab, maka ilmu itu akan bermanfaat, tetapi bila ia tidak menjawab, maka ilmu itu akan pergi” (hal. 65)
Keenam, Story Telling. Bercerita untuk Ice Breaker adalah menyampaikan sebuah kisah nyata berdasar kenyataan atau yang bersifat fiksi yang keduanya mengandung hikmah teladan. Biasanya bercerita metode yang sangat disukai oleh peserta didik.
Ketujuh, TepukTangan. Teknik bertepuk tangan untuk ice breaker ini sangat efektif mengonsentrasikan para siswa sebelum memulai KBM. Mengkondisikan para siswa agar kembali segar dan focus mengikuti KBM, maupun untuk memberi perasaan senang ketika mengakhiri KBM. Teknik ini juga cukup mudah dan dapat langsung diterapkan tanpa memerlukan persiapan yang panjang. Salah satu contohnya : Jika disebutkan “Subhanallah” dijawab tepuk 1x, jika disebutkan “Alhamdulillah”, dijawab tepuk 2x, jika disebutkan “Laailaahaillallah”, dijawab tepuk 3x, dan jika disebutkan “Allahu Akbar”, dijawab Allahu Akbar.
Kedelapan, Senam Otak. Teknik ini sangat efektif untuk membuat otak siap bekerja, karena diawali dengan sebuah gerakan. Jika kita melatih otak, kita akan mempengaruhi tubuh secara positif. Jika kita melatih tubuh, kita akan mempengaruhi otak secara positif.
Kesembilan, Humor. Humor sebagai ice breaker adalah suatu kegiatan untuk membantu siswa menemukan jati diri mereka sesungguhnya. Jika siswa dituntut ketat dan bertingkah laku sempurna, maka dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman. Sebaliknya, jika disampaikan dengan rasa humor, dapat membuat siswa menemukan rasa percaya diri mereka dan tumbuh secara positif.
Kesepuluh, Tebak-tebakan. Tebak-tebakan sebagai ice breaker adalah suatu kegiatan untuk merangsang rasa ingin tahu siswa serta membangun kreatifitas siswa dalam membuat dan menjawab permasalahan dari sisi yang unik.
Saya tidak hanya memberikan metode yang diterapkan untuk Ice Breaker saja, melainkan juga ada jurus ampuh untuk Pengantar Belajar.
Tentunya kehadiran buku yang saya tulis ini tidak hanya bernilai bagi guru saja. Tetrapi juga sangat cocok sebagai panduan bagi trainer, tutor dan professional pendidikan dalam mengelola Ice Breaker di dalam ruangan kelas / ruangan pelatihan.
Kelebihan dari buku ini adalah memberikan kiat-kiat sederhana untuk penyemangat belajar, sehingga pembaca akan lebih merasa tergugah dalam mengajar.
Tentunya kelemahan pada buku ini sangatlah jelas. Yaitu tidak adanya audio visual yang menunjang dalam mempraktekkan ice breaker ini. Sehingga pembaca diharuskan ber-improvisasi dalam penyampaiannya. Namun demikian, penyajian ide-ide segar yang inspiratif seolah menutupi kekurangan itu. Dan buku ini layak untuk dijadikan panduan bagi seorang guru yang kreatif.
Salam,
Kusumo, Trainer Nasional / Penulis Buku "ICE BREAKER PENYEMANGAT BELAJAR"
HP.085230129264
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H