Sudahkah kamu membaca novel satir politik karangan George Orwell berjudul 'Animal Farm'? Karangan Inggris klasik itu sebetulnya ringan untuk dibaca tetapi sanggup menggugah pikiran saya yang kerap mengikuti perbincangan netizen di sosial media mainstream di Indonesia, sebut saja seperti Twitter, Instagram, Facebook atau bahkan grup WhatsApp.
Mari berkenalan sebentar dengan kisah 'Animal Farm' yang ditulis Orwell untuk menggambarkan totalitarianisme Uni Soviet sebelum Perang Dunia II.Â
Orwell bercerita bahwa telah terjadi sebuah reformasi di Peternakan Manor yang dikelola manusia seperti layaknya peternakan biasa. Para hewan ternak di Manor menginginkan perubahan karena merasa dijajah oleh Tuan Jones (manusia).Â
Suatu hari, pemberontakan meletus. Para hewan mulai dari babi, sapi, kuda, ayam, anjing, keledai, biri-biri hingga tikus memenangkan pemberontakan di peternakan yang kemudian mereka namai 'Peternakan Binatang'.Â
Dalam cerita ini digambarkan bahwa para babi adalah golongan kerah putih yang memiliki kecerdasan melebihi hewan lain sehingga mereka menjadi kaum pemikir yang kelak sebagian dari mereka menjadi rakus akan kekayaan, korup, manipulatif dan pembohong.Â
Kambing digambarkan sebagai cendekiawan yang tetap diam ketika kemungkaran sedang terjadi. Gagak digambarkan sebagai para pemuka agama yang memberikan ajaran mengenai Surga sedangkan para biri-biri merupakan pengikut setia babi yang tidak berpikir sedikitpun.
Boxer, teman kita yang saya sebut di judul, adalah seekor kuda jantan yang memiliki tubuh tinggi besar. Dia bekerja paling keras, bangun paling pagi, hewan yang paling sulit dikalahkan marwahnya di Peternakan Binatang, bahkan bendera Peternakan Binatang merupakan cap kukunya.Â
Sayangnya, dia bukan hewan yang cerdas meski paling berdedikasi. Moto hidupnya ada dua; 'Aku harus bekerja lebih keras' dan 'Napoleon (pemimpin) selalu benar'. Boxer menurut saya adalah gambaran paling representatif dari banyak netizen Indonesia saat ini. Kenapa?
1. Netizen seringkali hanya pakai satu kacamata kuda
Peternakan Binatang memiliki satu mimpi besar untuk membangun kincir angin dengan tujuan untuk meningkatkan produksi peternakan tanpa mengharuskan semua binatang bekerja keras.Â
Namun pada perjalanannya, kincir angin itu diserang berkali-kali padahal dalam membangunnya semua binatang bekerja keras 2 bahkan 5 kali lebih keras jika dibanding 'pemerintahan' Jones.
Kincir angin itu sama dengan Indonesia yang punya tujuan untuk melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kita juga berusaha keras mewujudkannya.
Sementara itu di Peternakan Binatang, Boxer mungkin tidak pakai kacamata, tetapi dia hanya fokus pada 2 moto hidupnya. Dia hanya percaya apa yang dia dengar dari para babi yang saat itu memimpinnya.Â
Hasilnya, dia selalu berusaha memenuhi keinginan para penguasa tak peduli jika kebijakan mereka itu sebetulnya berpihak pada kaumnnya atau tidak. Tak peduli bahwa para binatang harus bekerja lebih keras dan harus bangun lebih pagi. Yang penting pemimpinnya selalu benar.Â
Terdengar seperti idealisme cebong dan kampret, belum?
2. Berusaha paling keras
Masih ingat dengan moto Boxer, bukan? Menurut saya, dialah pahlawan sebenarnya di Peternakan Hewan. Sama seperti di Indonesia, di mana masyarakat adalah pahlawan yang berusaha untuk kesejahteraan bangsanya sendiri, membayar pajak untuk pembangunan bersama, berusaha tidak nyinyir di sosmed jika tidak ingin terjerat UU ITE.Â
Sangat keras, tapi masih kurang keras karena tujuan itu belum juga terwujud seperti kincir angin para binatang yang memeras keringat para binatang bertahun-tahun setelah kemerdekaan mereka.
3. Mudah Lupa
Peternakan Binatang yang berdiri dengan asas komunisme, menurut saya, memang jauh lebih buruk kondisinya daripada di Indonesia. Tidak ada internet di sana sehingga tidak ada jejak digital. Tapi sungguh bahkan dengan jejak digital, netizen juga mudah lupa. Ya, hanya sedikit lebih pintar dibanding Boxer yang hanya sanggup menghafal huruf A-D.
Kenapa saya bilang begitu? Masih ingat kasus Z yang dilakukan calon pemimpin A kemudian dihujat netizen? Kesalahan A juga dilakukan oleh calon pemimpin B dan mungkin juga C dan D, tetapi kenapa jika itu adalah pemimpin pilihan kamu lalu kamu biarkan hal itu lewat saja? Padahal siapapun pelakunya, Z adalah hal yang dibenci sesama kaummu dan mungkin di masa depan akan menyakitimu juga.
Di Peternakan Hewan, Boxer tidak bisa membaca. Tetapi istrinya Clover yang digambarkan sebagai sosok penuh simpati hanya bisa merasakan sesuatu yang salah dalam pemerintahan para babi. Sayangnya, dia tidak bisa mengingat apa yang benar meski tahu ada yang keliru.
4. Dijagal
Tahu tidak, nasib kita jika terus menerus menjadi Boxer? Kita dijagal.
Namun, beberapa hewan yang bisa membaca tahu kuda itu dibawa mobil ke penjagalan. Hanya beberapa hari kemudian Boxer dikabarkan meninggal karena sakit dan jenazahnya dikubur di sekitar rumah sakit. Padahal yang terjadi para babi mendapatkan uang untuk pesta wiski mereka dari penjagal Boxer.
Sobat netizen, kita bukan kuda yang sulit menghafal abjad dan hidup dengan ideologi Binatangisme. Kita punya internet dan buku. Kita boleh bersuara. Cobalah Googling lebih banyak fakta dan berita dan perbanyak berdiskusi sebelum berusaha membela mati-matian. Penguasa (atau calon) kita bukan para babi (semoga), tetapi ini bukan tentang babi atau kuda. Ini tentang menggunakan akal atau jadi dijagal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H