Ini adalah cerita pengalaman pribadi yang benar-benar gila yang harus disampaikan kepada publik dengan harapan kejadian serupa tidak dialami oleh siapapun juga.
Cerita berawal saat 2 orang tukang datang kerumah untuk memperbaiki lantai kamar mandi diatas yang ternyata akhir - akhir ini airnya merembes sehingga membuat eternit dilantai bawah terdapat genangan air yang kemudian lama kelamaan menjadi tetesan air yang jatuh tepat diruang tamu.
Proses renovasi yang sederhana itu lumayan ruwet, diawali dengan mendatangi kantor pengelola untuk meminta surat ijin renovasi yang kemudian diberikan 3 lembar formulir isian. Pada formulir itu mensyaratkan adanya tanda tangan persetujuan dari tetangga yang tinggal dikiri dan kanan rumah.
Setelah dengan susah payah mendapatkan tanda tangan dari tetangga lalu menstransfer sejumlah uang sebesar Rp200 ribu sebagai syarat administrasi dan mendepositokan uang sebesar Rp 10 juta sebagai uang jaminan (versi pihak kantor pengelola) kepada kantor pengelola.
Semua persyaratan sudah dipenuhi proses ijin masuk kepada proses pengajuan dan sehari kemudian terbitlah surat ijin renovasi dirumah yang ditempati.
Tukang yang mungkin paling senior menginfokan bahwa pekerjaan akan berlangsung selama 4 hari karena harus mengangkat semua keramik diruang kamar mandi, melepas kaca-kaca pembatas serta mengangkat toilet duduk baru kemudian membonkar cor an untuk diganti dengan cor an baru sebelum dipasangi keramik seperti semula lagi.
Ruang tidur yang kebetulan bersebelahan dengan ruang kamar mandi sehari itu ditutup total hingga pada sore hari setelah tukang pulang dan kondisi rumah sudah bersih kembali barulah pintu ruang tidur pribadi dibuka kembali.
Saya mempunyai keunikan dalam hal memilih tempat tidur, yakni mata akan sangat sulit terpenjam saat tidur tidak dikamar sendiri. Dimanapun lokasi tidur walau suite room sebuah hotel pun tidak akan mampu membuat mata cepat terpenjam. itulah mengapa saya tidak pernah berlama - lama saat berkunjung atau sedang bekerja diluar kota.
Saat kejadian kebetulan saya hanya sendiri karena istri tercinta sedang berdinas ke Tanggamus Lampung. Istri bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kementerian Kesehatan yang kerap kali berdinas keluar Provinsi untuk mengurus penyakit Filariasis (kaki gajah).
Setiap hendak berangkat tidur saya memang membiasakan diri untuk meminum segelas air putih hangat, ini biasanya saya lakukan dibawah sambil menonton televisi.
Saat itu entah mengapa saya justru membawa air panas dengan segelas ukuran lebih besar dari biasanya dengan harapan kalau nanti haus tidak turun naik lagi. Menonton tayangan televisi dikamar atas sambil tiduran membuat mata langsung terlelap dan kurang lebih 30 menit kemudian terbangun karena ada suara pintu terbuka, saat bangun lalu saya meminum air yang tadi sudah saya siapkan kemudian berangkat tidur lagi.
Sekitar jam 3 pagi kembali terbangun lalu terasa ingin buang air kecil, karena malas turun kebawah untuk buang air kecil karena sedang mengantuk berat dan kebetulan sedang sendiri tiba – tiba timbul inisiatif untuk buang air kecil kegelas kosong tadi.
Setelah proses buang air kecil selesai kemudian gelas yang penuh urin itu saya letakan pada tempat semula.
Lalu 10 menit berselang saya mulai merasakan hal yang berbeda tidak seperti biasanya. Tiba – tiba saja saya mengalami batuk – batuk yang berkepanjangan dan ada rasa ingin muntah berkali – kali disertai dengan sedikit pusing.
Sebagai Apoteker saya sudah terbiasa bertanya kepada orang yang membeli obat tanpa resep dokter tentang keluhannya, setelah orang yang mau membeli obat itu menceritakan keluhannya lalu saya menanyakan makanan atau minuman apa yang terakhir dia konsumsi.
Mengingat itu semua saya pun melakukan hal yang sama kepada diri saya sendiri. Saya mengevaluasi apa saja yang sudah saya konsumsi sebelum ada batuk, rasa ingin muntah dan pusing ini. Jawabannya adalah baru saja meminum segelas air dikamar.Â
Duarrr, seperti ada suara rentetan TNT saat dulu ikut pembukaan Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa setelah saya menyadari itu adalah urin yang saya minum hasil buang air kecil semalam. Langsung saja saya menyodok – nyodok kerongkongan saya dengan harapan bisa memuntahkan cairan urin tadi.
Upaya saya tidak berhasil dan malah membuat batuk menjadi – jadi ditambah rasa jijik yang tidak berkesudahan. Solusi terakhir saya ambil dengan meminum air putih sebanyak – banyaknya dengan harapan terjadi pengenceran didalam perut sehingga kadar volume urin yang diminum menjadi kecil volumenya.
Hingga kini kejadian itu terus terbayang dan rasa jijik tetap masih ada walau batuk, rasa ingin muntah dan pusing sudah tidak ada. Pesan dari tulisan ini adalah jangan mencontoh buang air kecil dikamar tidur dan menampungnya disebuah gelas. Salam. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H