Mungkin bila ada yang bertanya, ada berapa sebenarnya jenis tenaga kesehatan yang ada di negeri ini ? tentunya banyak sekali yang tidak bisa menyebutkan dengan pasti dan tegas, akan tetapi sebenarnya sudah ada tenaga kesehatan yang dikelompok – kelompokan, misal tenaga medis yang berisi dokter dan dokter gigi lalu tenaga keperawatan yang berisi perawat, bidan dan perawat gigi, berikutnya tenaga kefarmasian yang berisi apoteker dan asisten apoteker, ada juga tenaga kesehatan masyarakat yang berisi epidemiolog kesehatan, entomology kesehatan dan sanitarian serta penyuluh kesehatan, ada pula tenaga gizi yang berisi nutrisionis dan dietisien, ada yang bernama tenaga ketrampilan fisik yang berisi fisioterapis, okupasi terapis dan terapi wicara, ada lagi yang bernama tenaga keteknisan medis yang isinya radiografi, teknis gigi, teknisi elektromedik, refraksionis optisien, ortotik prostetik dll.
Dari sekian banyak itu hanya ada beberapa profesi yang namanya terdengar sangat familiar dimasyarakat termasuk oleh anak – anak yang berusia dibawah 5 tahun. Profesi dokter, dokter gigi, perawat dan bidan tidak bisa dipungkiri manjadi nama – nama profesi yang sering terucap saat anak – anak usia sekolah dasar dan bahkan sekolah menengah atas ketika kepada mereka diberikan pertanyaan apa cita – citanya nanti.
Kafamiliaran untuk menyebut nama profesi dokter, dokter gigi, perawat dan bidan tidak terlepas dari seringnya mereka dan para masyarakat berinteraksi dengan ke 4 profesi itu saat mereka merasa harus berkunjung ke klinik atau rumah sakit saat tubuhnya mengalami gangguan kesehatan. Pekerjaan dan aktifitas dokter, dokter gigi, perawat dan bidan di klinik atau rumah sakit yang tidak tersembunyi dan dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat dalam hal ini pasien menyebabkan ke 4 profesi ini lebih mudah diingat dan dibicarakan bila dibandingkan dengan profesi tenaga kesehatan lainnya semisal Apoteker.
Apoteker yang juga merupakan profesi penting di institusi rumah sakit tidaklah seterkenal dengan profesi lainnya yang ada di rumah sakit seperti dokter, dokter gigi, perawat maupun bidan. Padahal dengan kewenangannya yang cukup luas mestinya Apoteker sudah menjadi kata yang sering diucapkan pula oleh anak – anak saat meraka ditanyakan apa cita – citanya nanti. Banyak faktor yang menyebabkan mengapa profesi Apoteker tidak sementerang profesi lainnya dalam hal keterkenalan, diantaranya menurut analisa penulis adalah bahwa Apoteker bekerja diruang yang tersembunyi dan tertutup, walaupun ada kegiatan swamedikasi atau saat memberikan informasi obat itupun dibatasi oleh tempat dan waktu yang tidak nyaman.
Umumnya tampilan Apotek dimanapun selalu ada etalase dan bahkan beberapa etalase tempat memamerkan obat yang dijual yang sekaligus sebagai penyekat antara ruang pasien dan ruang petugas apotek termasuk Apoteker. Faktor sederhana inilah yang kedepan mesti dipikirkan bagaimana seharusnya tampilan sebuah apotek sehingga dengan tata ruang yang sedemikian rupa dapat menghapus sekat kedekatan fisik antara seorang Apoteker dengan mereka yang membelanjakan uangnya untuk membeli atau menebus obat.
Dokter, dokter gigi, perawat dan bidan sudah dapat dipastikan dimanapun mereka bekerja tidak dibatasi oleh sekat apapun sehingga mereka dapat langsung berkomunikasi dengan nyaman ketika melayani customernya, lebih dari itu bahwa dalam bekerja pun profesi dokter, dokter gigi, perawat dan bidan hampir selalu bersentuhan fisik kepada customernya, entah itu hanya sekedar mengukur suhu tubuh, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi badan sampai menimbang berat badan (kepada bayi).
Sentuhan fisik yang dilakukan oleh dokter, dokter gigi, perawat dan bidan kepada customernya (pasien) tentu menjadi sesuatu hal yang akan menjadi kenangan terutama peristiwa saat memasukan obat lewat proses injeksi maupun infuse ke pasien yang kebetulan masih berusia dibawah 12 tahun. Pada peristiwa ini biasanya entah itu orang tua ataupun saudara – saudara si pasien akan terus bertanya – tanya kepada sipasien yang masih kecil ini tentang siapa yang menyuntiknya tadi dan biasanya siorang tua pasien akan mengajari menjawabnya dengan menyebut kata dokter atau dokter gigi atau perawat atau bidan.
Pertanyaaan dan jawaban serta peristiwa yang menyakitkan yang dialami si anak tadi akan menjadi kenangan dan terus teringat sehingga menurut kesimpulan penulis faktor inilah yang menjadikan mengapa profesi dokter, dokter gigi, perawat dan bidan menjadi lebih familiar di anak – anak bila dibandingkan dengan profesi Apoteker dan lainnya.
Sebenarnya masih banyak dan tersedia cara beragam untuk menjadikan profesi Apoteker menjadi terkenal dan familiar di masyarakat. Kalau sementara ini dikalangan Apoteker sendiri banyak yang menyimpulkan beberapa alasan mengapa sulit untuk menjadi terkenal yang diantaranya disebutkan karena faktor tulisan gelar pendidikan ada dibelakang, tidak punya singkatan untuk menyebut Apoteker dan lain sebagainya, sebenarnya itu hanyalah alasan – alasan yang miskin kreatifitas. Diantara sekian banyak cara itu yang paling sederhana untuk menjadi terkenal adalah dengan membuat berita.
Banyak ilmuwan – ilmuwan dari ilmu sosial yang menyimpulkan jika ingin terkenal buatlah berita tentang dirimu setiap hari. Penulis sudah bolak balik menuliskan kata kunci di mesin pencari berita untuk mencari tahu apakah ada berita yang berisi tentang Apoteker di media massa, ternyata sampai lelah jari ini mencari tidak satupun penulis mendapatkan berita tentang aktifitas Apoteker atau sekelompok Apoteker bahkan organisasi dari Apoteker yang mempunyai berita di media massa. Miris memang, bagaimana profesi Apoteker ingin dikenal oleh masyarakat tetapi tidak mempunyai kegiatan atau aktifitas yang diliput oleh berbagai media nasional bahkan lokal sekalipun.
Mengetahui tidak adanya berita yang dicari dari Prof. Goggle lalu penulis berusaha melihat dari web organisasi Apoteker Indonesia. Di web Ikatan Apoteker Indonesia itu penulis berharap akan banyak mendapatkan berita seputar kegiatan dan aktifitas Apoteker baik secara pribadi maupun kelompok serta organisasi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Penulis langsung menuju ke kolom pilihan berita dan mendapati 4 pilihan yakni 1. Berita organisasi 2. Pharma update 3. Public warning dan 4. Berita ringan. Ternyata oh ternyata setelah penulis menjatuhkan pilihan pertama pada berita organisasi dan membaca semua yang ada disitu tidak satupun ada berita tentang kegiatan dari profesi Apoteker yang dipublikasikan. Yang justru menggelikan di berita organisasi itu justru lebih banyak menampilkan sosok atau berita dari kegiatan Bpk. Dani Pratomo, sementara sang ketua IAI sendiri yang terpilih untuk memimpin IAI periode 2014 sampai 2018 yakni yang terhormat Bpk. Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt, hanya didapatkan 2 berita. Yang lebih membuat penulis tergelak adalah dalam 10 berita tentang Bpk. Dani Pratomo disitu masih disebut sebagai Ketua Umum IAI.
Entah apa dasar dari admin pada web IAI tersebut sehingga justru lebih banyak menampilkan berita tentang Bpk. Dani Pratomo yang masih disebut sebagai Ketua Umum IAI dari pada Ketua Umum IAI yang sesungguhnya ( berita di post kan bulan Maret 2016 dimana periode 2014 – 2018 Ketua Umum IAI adalah yang terhormat Bpk. Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt ).
Setelah puas menyakini tidak ada satupun berita tentang kegiatan Apoteker yang bersentuhan langsung dengan masyarakat yang dijadikan berita oleh media massa lalu penulis memilih pada kolom agenda kegiatan pada web IAI tersebut dan ternyata disitupun setali tiga uang, tidak ada kegiatan yang akan membuat profesi Apoteker dapat dikenal oleh masyarakat.
Akhirnya setelah lelah mencari penulis berkesimpulan “Apoteker, ingin dikenal tetapi tidak punya berita”. Masih panjang rasanya perjalanan Apoteker untuk menjadi familiar dimasyarakat selama Apoteker sendiri tidak berusaha membangun kedekatan dengan masyarakat secara langsung maupun lewat media massa. Sepertinya sulit buat Apoteker menemukan cara untuk dikenal atau barangkali Apoteker lebih dekat kepada sikap dan rasa malas untuk membangun secara perlahan agar profesi Apoteker menjadi familiar di masyarakat, entahlah.