Mohon tunggu...
Kusno Haryanto
Kusno Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Apoteker yang Merdeka

Assessor Of Competency BNSP No.Reg.MET.000.003425 2013, Apoteker alumni ISTN Jakarta, Magister Farmasi Universitas Pancasila Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apoteker, Ingin Dikenal tapi Tak Punya Berita

5 September 2016   18:46 Diperbarui: 5 September 2016   19:01 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Mungkin bila ada yang bertanya,  ada berapa sebenarnya jenis tenaga kesehatan yang ada di negeri ini ? tentunya banyak sekali yang tidak bisa menyebutkan dengan pasti dan tegas, akan tetapi sebenarnya sudah ada tenaga kesehatan yang dikelompok – kelompokan, misal tenaga  medis yang berisi dokter  dan dokter gigi  lalu tenaga keperawatan yang berisi perawat, bidan dan perawat gigi, berikutnya tenaga kefarmasian yang berisi apoteker dan asisten apoteker, ada juga tenaga kesehatan masyarakat yang berisi epidemiolog kesehatan, entomology kesehatan dan sanitarian serta penyuluh kesehatan, ada pula tenaga gizi yang berisi nutrisionis dan dietisien, ada yang bernama tenaga ketrampilan fisik yang berisi fisioterapis, okupasi terapis dan terapi wicara, ada lagi yang bernama tenaga keteknisan medis yang isinya radiografi, teknis gigi, teknisi elektromedik, refraksionis optisien, ortotik prostetik dll.

Dari sekian banyak itu hanya ada beberapa profesi yang namanya terdengar sangat familiar dimasyarakat  termasuk oleh anak – anak yang berusia dibawah 5 tahun. Profesi dokter, dokter gigi, perawat dan bidan  tidak bisa dipungkiri manjadi nama – nama profesi yang sering terucap saat anak – anak usia sekolah dasar dan bahkan sekolah menengah atas ketika kepada mereka diberikan pertanyaan apa cita – citanya nanti. 

Kafamiliaran untuk menyebut nama profesi dokter, dokter gigi, perawat dan bidan tidak terlepas dari seringnya mereka dan para masyarakat berinteraksi dengan ke 4 profesi itu saat mereka merasa harus berkunjung ke klinik atau rumah sakit saat tubuhnya mengalami gangguan kesehatan. Pekerjaan dan aktifitas dokter, dokter gigi, perawat dan bidan di klinik atau rumah sakit yang tidak tersembunyi dan dapat berinteraksi langsung  dengan masyarakat dalam hal ini pasien menyebabkan ke 4 profesi ini lebih mudah diingat dan dibicarakan bila dibandingkan dengan profesi tenaga kesehatan lainnya semisal Apoteker.

Apoteker yang juga merupakan profesi  penting di institusi rumah sakit tidaklah seterkenal dengan profesi  lainnya yang ada di rumah sakit seperti dokter, dokter gigi, perawat maupun bidan. Padahal dengan kewenangannya yang cukup luas mestinya Apoteker sudah menjadi kata yang sering   diucapkan  pula oleh anak – anak saat  meraka ditanyakan  apa cita – citanya nanti.  Banyak faktor yang menyebabkan  mengapa profesi Apoteker tidak sementerang profesi lainnya dalam  hal  keterkenalan, diantaranya menurut analisa penulis adalah bahwa Apoteker bekerja diruang  yang tersembunyi dan tertutup, walaupun ada kegiatan swamedikasi atau saat memberikan informasi obat  itupun  dibatasi oleh tempat dan waktu yang  tidak nyaman. 

Umumnya  tampilan  Apotek dimanapun  selalu ada etalase dan bahkan beberapa etalase tempat memamerkan obat yang dijual yang sekaligus sebagai penyekat antara ruang pasien dan ruang petugas apotek termasuk Apoteker. Faktor sederhana inilah yang kedepan mesti dipikirkan bagaimana seharusnya tampilan sebuah apotek sehingga dengan tata ruang yang sedemikian  rupa dapat menghapus sekat kedekatan fisik antara seorang Apoteker dengan mereka yang membelanjakan uangnya untuk membeli atau menebus obat.

Dokter, dokter gigi, perawat dan  bidan sudah dapat dipastikan dimanapun mereka bekerja tidak dibatasi oleh sekat apapun sehingga mereka dapat langsung berkomunikasi dengan  nyaman  ketika melayani customernya, lebih dari itu bahwa dalam bekerja pun profesi dokter, dokter gigi, perawat dan  bidan hampir selalu bersentuhan fisik kepada customernya, entah itu hanya sekedar mengukur suhu  tubuh, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi badan sampai menimbang  berat badan (kepada bayi).  

Sentuhan fisik yang dilakukan oleh dokter, dokter gigi, perawat dan bidan kepada customernya (pasien)  tentu  menjadi  sesuatu hal  yang  akan  menjadi  kenangan terutama peristiwa saat memasukan obat lewat proses injeksi maupun infuse ke pasien yang kebetulan masih berusia dibawah 12 tahun. Pada peristiwa ini biasanya entah  itu orang tua ataupun saudara – saudara si pasien  akan terus  bertanya – tanya kepada  sipasien yang masih kecil  ini tentang siapa yang menyuntiknya tadi dan  biasanya siorang tua pasien akan mengajari menjawabnya dengan  menyebut kata dokter atau dokter gigi atau perawat atau  bidan. 

Pertanyaaan dan  jawaban serta peristiwa yang menyakitkan yang dialami si anak tadi akan menjadi kenangan dan terus teringat sehingga menurut kesimpulan penulis faktor inilah yang menjadikan  mengapa  profesi dokter, dokter gigi, perawat dan bidan menjadi lebih familiar di anak – anak bila dibandingkan dengan profesi Apoteker dan lainnya.

Sebenarnya masih banyak dan  tersedia cara beragam  untuk  menjadikan profesi Apoteker menjadi terkenal dan familiar di masyarakat. Kalau sementara ini dikalangan Apoteker sendiri banyak yang menyimpulkan beberapa alasan  mengapa sulit untuk menjadi terkenal yang diantaranya disebutkan karena faktor tulisan gelar pendidikan ada dibelakang, tidak punya singkatan  untuk menyebut  Apoteker dan lain sebagainya, sebenarnya itu hanyalah  alasan – alasan  yang  miskin  kreatifitas.  Diantara sekian banyak cara itu  yang paling  sederhana untuk menjadi terkenal adalah dengan  membuat berita.

Banyak ilmuwan – ilmuwan dari ilmu sosial yang  menyimpulkan  jika ingin terkenal  buatlah berita tentang dirimu setiap hari. Penulis sudah bolak balik menuliskan  kata kunci di mesin pencari berita untuk mencari tahu apakah ada berita yang  berisi  tentang Apoteker di media massa, ternyata sampai  lelah jari ini mencari tidak satupun  penulis mendapatkan berita tentang aktifitas Apoteker atau  sekelompok Apoteker bahkan organisasi dari Apoteker yang mempunyai berita di media massa. Miris memang, bagaimana profesi Apoteker  ingin dikenal oleh masyarakat  tetapi tidak mempunyai kegiatan atau aktifitas yang diliput oleh berbagai media nasional bahkan lokal sekalipun.

Mengetahui tidak adanya berita yang dicari dari Prof. Goggle lalu penulis berusaha melihat dari web organisasi Apoteker Indonesia. Di web Ikatan Apoteker Indonesia  itu penulis berharap akan banyak mendapatkan  berita seputar kegiatan dan aktifitas Apoteker baik secara pribadi maupun kelompok serta organisasi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.  

Penulis langsung menuju ke kolom pilihan berita dan mendapati 4 pilihan yakni 1. Berita organisasi 2. Pharma update 3. Public warning dan 4. Berita ringan. Ternyata oh ternyata setelah penulis menjatuhkan pilihan pertama  pada berita organisasi dan membaca semua yang ada disitu tidak satupun ada berita tentang kegiatan dari profesi Apoteker yang dipublikasikan. Yang justru menggelikan di berita organisasi  itu  justru  lebih  banyak  menampilkan sosok atau berita dari kegiatan Bpk. Dani Pratomo, sementara sang ketua IAI sendiri yang terpilih untuk memimpin IAI periode 2014 sampai 2018 yakni yang terhormat Bpk. Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt,  hanya didapatkan 2 berita. Yang  lebih membuat penulis tergelak adalah dalam 10 berita tentang Bpk. Dani Pratomo disitu  masih disebut sebagai Ketua Umum IAI. 

Entah  apa dasar dari  admin pada web IAI tersebut  sehingga justru lebih banyak menampilkan  berita tentang Bpk. Dani Pratomo yang masih disebut sebagai  Ketua Umum IAI dari pada  Ketua Umum IAI yang sesungguhnya  ( berita di post kan bulan Maret 2016 dimana periode 2014 – 2018 Ketua Umum IAI adalah  yang terhormat Bpk. Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt ). 

Setelah puas menyakini  tidak ada satupun berita tentang kegiatan Apoteker yang bersentuhan langsung dengan masyarakat yang dijadikan berita oleh media massa lalu penulis memilih  pada kolom agenda kegiatan pada web IAI tersebut dan ternyata disitupun setali tiga uang, tidak ada  kegiatan yang  akan  membuat profesi Apoteker dapat dikenal oleh masyarakat. 

Akhirnya setelah  lelah mencari penulis berkesimpulan “Apoteker, ingin dikenal tetapi tidak punya berita”. Masih panjang rasanya perjalanan Apoteker untuk menjadi familiar dimasyarakat selama Apoteker sendiri tidak berusaha membangun kedekatan dengan masyarakat secara langsung maupun  lewat media massa. Sepertinya sulit buat  Apoteker menemukan cara untuk dikenal atau barangkali Apoteker lebih dekat kepada sikap dan  rasa  malas untuk  membangun secara perlahan agar profesi Apoteker menjadi familiar di masyarakat, entahlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun