Mohon tunggu...
Kusendra Adhitama
Kusendra Adhitama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Antropologi Universitas Airlangga

Pelajar Antropologi Kontak: https://www.instagram.com/kusnw

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Antropolog Muslim dalam Menyikapi Berita Bohong (Hoax) Seiring Berkembangnya Teknologi Digital

30 Mei 2023   13:03 Diperbarui: 30 Mei 2023   13:26 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesatnya perkembangan teknologi media massa di era digital ini telah memberikan banyak kemudahan dalam berkomunikasi. Sekarang komunikasi dapat dilakukan dengan mudah melalui media sosial dan dapat digunakan oleh hampir setiap orang. Media sosial adalah media yang digunakan oleh pengguna untuk saling berbagi teks, gambar, suara, video, dan informasi dengan orang lain (Kotler & Keller, 2015). Di era digital ini, informasi dan berita dapat disebarkan dengan mudah dan cepat melalui platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Whatsapp, dan Youtube. Tidak hanya itu, penerima informasi juga dapat langsung berinteraksi antar sesama pengguna sosial media.

Dengan kemudahan dan cepatnya informasi yang disampaikan kepada khalayak ramai, kini media sosial menjadi media yang banyak digunakan oleh berbagai penyedia berita untuk menyebarkan informasi. Tidak hanya itu, setiap orang juga dapat membagi informasi kepada sesama pengguna media sosial. Dalam perkembangannya, kemudahan dalam membagi informasi ini telah memicu penyebaran berita bohong (hoax). 

Sebagai contoh saat masa pandemi Covid-19 dalam periode 2020-2022, Kemenkominfo menemukan 5366 konten berita bohong (Annur, 2022). Berita bohong yang disebarkan media sosial pun juga bervariasi. Tidak hanya tentang kesehatan, berita bohong yang disebarkan di media sosial juga meliputi: politik, agama, lingkungan, kerusuhan, dan bencana alam (Rizaty, 2022).

Kini perkembangan teknologi digital telah mencapai tahap pengembangan AI. AI atau Artificial Intelligence merupakan teknologi yang dikembangkan oleh pakar teknologi untuk menciptakan teknologi dengan kecerdasan buatan seperti manusia. AI merupakan sebuah sistem yang dapat belajar, membentuk nalar, dan bertindak secara otomatis dengan tujuan untuk menciptakan sebuah sistem yang dapat berpikir dan bertindak seperti kecerdasan manusia (Russel & Norvig, 2010). 

Perkembangan AI ini tentu memberikan berbagai manfaat kepada manusia dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Namun perkembangan AI ini telah melahirkan kecemasan baru. Pengembangan AI seperti kemunculan teknologi perubah wajah dan perubah suara yang digunakan untuk menciptakan berita bohong. Teknologi ini dapat membuat video atau suara dari seseorang atau tokoh yang seolah-olah nyata meskipun orang tersebut tidak melakukannya (Amodei et al., 2016). 

Penyebaran berita bohong atau hoax yang semakin banyak tentu menimbulkan berbagai keresahan kepada pengguna media sosial. Berita bohong dapat berdampak merusak seperti mempengaruhi opini publik, menimbulkan konflik sosial, mempengaruhi proses demokrasi, hingga penipuan. 

Oleh karenanya, penyebaran berita bohong di media sosial perlu dilawan. Sebagai seorang antropolog muslim, penting untuk menyikapi beredarnya berita bohong di media sosial. Beredarnya berita bohong di sosial media merupakan fenomena sosial di era digital. Banyak kerugian yang tercipta dari beredarnya berita bohong sehingga merugikan khalayak ramai. Oleh karenanya peneliti juga ingin mengkaji bagaimana pandangan ajaran Agama Islam terhadap berita bohong dan bagaimana seorang Antropolog Muslim dalam menyikapi berita bohong yang beredar di media sosial seiring berkembangnya teknologi digital.

Antropolog muslim, tentu melihat maraknya berita bohong (hoax) di media sosial sebagai suatu fenomena yang mengkhawatirkan.  Melihat dampak yang dapat disebabkan oleh beredarnya berita bohong di media sosial tentu sebagai seorang antropolog muslim dapat berperan dalam pemberantasan berita bohong. Antropolog muslim memiliki pemahaman mendalam tentang isu dan fenomena yang terjadi dalam masyarakat terlebih dilandasi oleh keimanan. 

Dalam ajaran Islam, setiap berita bohong atau hoax harus dicegah dan diatasi. Bahkan sejak dalam sejarah persebaran agama Islam, berita bohong atau hoax sudah ada. Berita hoax saat itu menyangkut hadis dan ajaran dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad saw. namun dipalsukan oleh kelompok yang menentangnya. Oleh karena itu, Allah berfirman untuk selalu menelusuri lebih dahulu atas informasi yang telah didapatkan, apakah informasi tersebut benar atau belum.

Upaya dalam menelusuri kebenaran informasi ini disebut dengan tabayyun. Hal ini termaktub dalam Q.S. Al-Hujurat Ayat 6 (49:6) dan Q.S. An-Nur Ayat 12 (24:12).

Q.S. Al-Hujurat Ayat 6 (49:6):

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun